Curug Cipendok: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Penggantian teks otomatis (-[[File: +[[Berkas:)
Baris 100:
Nama Curug Cipendok bermula dari legenda yang masih berkaitan dengan sejarah Perang Diponegoro. Perang ini merupakan perang lima tahun (1825-1830) antara Pangeran Diponegoro melawan Pemerintah Kolonial Hindia Belanda. Perang yang dimenangkan Belanda itu membuat seluruh wilayah kerajaan Surakarta termasuk wilayah Dulangmas, meliputi Kedu, Magelang, Banyumas berada dibawah kekuasaan pemerintahan kolonial. Perjanjian tersebut tertuang dalam perjanjian Dulangmas. <ref> [https://sites.google.com/site/wisataairterjun/jawa-tengah/curug-cipendok---karang-tengah---banyumas Curug Cipendok - Banyumas]</ref>
 
Salah satu wilayah Banyumas, yaitu Ajibarang, saat itu dipimpin oleh seorang Wedana Priangan timur bernama Raden Ranusentika. Pada saat itu diberi tugas untuk melakukan kerja rodi, berupa pembukaan hutan belantara di sekitar lereng Gunung Slamet untuk dijadikan area perkebunan. Sudah delapan bulan lamanya beliau memimpin pembukaan hutan di lereng Gunung Slamet, namun belum juga mendapatkan hasil. Senantiasa terjadi keanehan, pada saat pohon-pohon selesai ditebang, esoknya tumbuh lagi seperti semula. Seolah-olah seperti belum pernah ditebang sama sekali. Kejadian ini terjadi berulang-ulang, sehingga membuat bingung dan pusing Raden Ranusentika.
 
Karena baru kali ini menemukan permasalahan yang aneh, maka kemudian Raden Ranusentika berdoa dan bermohon kepada Tuhan dengan cara bertapa beberapa saat. Karena merasa belum mendapat petunjuk juga, beliau kemudian menyudahi bertapanya. Sembari mengusir kegundahan dan mencari jalan keluar, Raden Ranusentika pergi memancing ikan di dekat air terjun. Di tengah-tengahnya memancing, tiba-tiba beliau merasa kailnya seperti ditarik-tarik oleh ikan yang besar, sampai-sampai gagang pancingnya melengkung.
Baris 106:
Namun alangkah terkejutnya, saat pancingnya ditarik bukannya ikan yang didapat, melainkan sebuah barang mirip cincin yang merupakan pendok atau cincin warangka keris yang bersinar kuning keemasan. Ketika didekatkan, tiba-tiba Raden Ranusentika bisa melihat banyak sekali makhluk halus yang berada di hutan yang telah ditebang habis. Mereka semua yang selama ini menggagalkan pekerjaan Raden Ranusentika.
 
Atas usulan Breden Santa, seorang kepala pekerja, air terjun dimana Raden Ranusentika menemukan pendok keris, dinamakan Curug Cipendok. Berasal dari [[Bahasa Sunda]] kata curug yang berarti air terjun dan pendok atauberarti cincin dari bilah keris.
Selain menemukan pendok, Raden Ranusentika juga ditemui seorang makhluk halus berujud peri, bernama Dewi Masinten Putri Sudhem yang bersedia membantu menyelesaikan pekerjaan pembukaan hutan tersebut. Akhirnya, pekerjaan pembukaan hutan berhasil diselesaikan dengan baik. Dewi Masinten Putri Sudhem kemudian diboyong ke Kadipaten Ajibarang, menjadi garwa padmi (selir) dari Raden Ranusentika. <ref> [http://wongpwt.wordpress.com/2009/02/17/keindahan-panorama-curug-cipendok/ Keindahan Panorama Curug Cipendok]</ref>
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM De waterval bij Rempoewah in de buurt van Poerwokerto. TMnr 60004349.jpg|thumb|400px|Curug Cipendok di sekitar tahun 1900]]