Islam di Papua: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
PaFra (bicara | kontrib)
PaFra (bicara | kontrib)
Baris 11:
Masa antara abad XIV-XV memiliki arti penting dalam sejarah kebudayaan Nusantara, di mana pada saat itu ditandai hegemoni Majapahit sebagai Kerajaan Hindu-Budha mulai pudar. Se-zaman dengan itu, muncul jaman baru yang ditandai penyebaran Islam melalui jalur perdagangan Nusantara. Melalui jalur damai perdagangan itulah, Islam kemudian semakin dikenal di tengah masyarakat Papua. Kala itu penyebaran Islam masih relatif terbatas di kota-kota pelabuhan. Para pedagang dan ulama menjadi guru-guru yang sangat besar pengaruhnya di tempat-tempat baru. Sebagai kerajaan tangguh masa itu, kekuasaan Kerajaan Majapahit meliputi seluruh wilayah Nusantara, termasuk Papua. Beberapa daerah di kawasan tersebut bahkan disebut-sebut dalam kitab [[Kakawin Nagarakretagama|Negarakertagama]], sebagai wilayah Yurisdiksinya.
 
Menurut Thomas W. Arnold : "The Preaching of Islam”, setelah kerajaan Majapahit runtuh, dikalahkan oleh kerajaan Islam Demak, pemegang kekuasan berikutnya adalah Demak Islam. Dapat dikatakan sejak zaman baru itu, pengaruh kerajaan Islam Demak juga menyebar ke Papua, baik langsung maupun tidak. Dari sumber-sumber Barat diperoleh catatan bahwa pada abad ke XVI sejumlah daerah di Papua bagian barat, yakni wilayah-wilayah Waigeo, Missool, Waigama, dan Salawati, tunduk kepada kekuasaan [[Kesultanan Bacan|Sultan Bacan]] di Maluku.
 
Bertolak dari kenyataan ini maka berdasarkan ceritera populer dari masyarakat Islam Sorong dan Fak – fak, bahwa agama Islam masuk di Irian Jaya sekitar abad ke 15 yang di lalui oleh pedagang – pedagang Muslim. Daerah – daerah yang sudah mengenal dan memeluk Agama Islam itu tidak ada pembinaan terus menerus, cukup di tanamkan oleh pedagang – pedagang muslilm yang singgah di tempat – tempat itu kemudian mereka meninggalkan tanpa pembinaan seterusnya. Untuk daerah Merauke, Islam di kenal melalui pembuangan – pembuangan yang beragama Islam oleh penjajahan Belanda yang berasal dari Sumatera, Kalimantan, Maluku dan Jawa, sehingga sampai saat ini ada istilah yang populer di Merauke dengan nama JAMER ( Jawa Merauke ).