Revolusi Nasional Indonesia: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 63:
Pada September 1945 kontrol instalasi infrastruktur utama, termasuk stasiun kereta api dan trem di kota-kota besar di Jawa, telah diambil alih oleh Republik pemuda. Untuk menyebarkan pesan revolusioner, pemuda mendirikan stasiun radio mereka sendiri dan koran, serta grafiti yang menyatakan sentimen nasionalis. Pada sebagian besar pulau-pulau di Indonesia, komite perjuangan dan milisi dibentuk. Koran Republik dan jurnal yang umum di Jakarta, Yogyakarta, dan Surakarta, yang memupuk generasi penulis yang dikenal sebagai Angkatan 45 ('generasi 45') sebagian besar dari mereka banyak yang percaya bahwa pekerjaan mereka bisa menjadi bagian dari revolusi.
Para pemimpin Republik berjuang untuk dapat berdamai dengan orang-orang populer di Indonesia yang sentimen, di karenakan beberapa menginginkan perjungan menggunakan senjata, dan yang lain lebih memilih menggunakan cara pendekatan yang lebih beralasan. Beberapa pemimpin seperti [[Tan Malaka]] menyebarkan gagasan bahwa ini adalah perjuangan revolusioner untuk dipimpin dan dimenangkan oleh pemuda Indonesia. Soekarno dan Hatta, sebaliknya, lebih tertarik dalam perencanaan sebuah pemerintah dan lembaga untuk mencapai kemerdekaan melalui diplomasi. Pro-Revolusi melakukan demonstrasi yang berlangsung di kota-kota besar, termasuk salah satu yang dipimpin oleh Tan Malaka di Jakarta dengan lebih dari 200.000 orang, yang akhirnya berhasil dipadamkan oleh Soekarno dan Hatta, karna takut akan kekerasan yang terjadi.
== Kekacauan internal ==
|