Pasar Senen: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Membatalkan 1 suntingan oleh 114.79.12.200 (pembicaraan). (TW)
ini yang benar
Baris 1:
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Pasar Senen TMnr 20018021.jpg|thumb|300px|Pasar Senen pada tahun [[1970]]an]]'''Pasar Snees''' atau yang sekarang lebih dikenal dengan nama '''Pasar Senen''' merupakan pasar tertua yang ada di [[Jakarta]]. Dinamai Pasar Snees karena pedagangan di pasar ini yang awalnya berlangsung setiap hari [[Senin]] dan didominasi oleh masyarakat etnis Cina. Dalam perjalannya nama pasar ini berubah menjadi Vink passer (merujuk kepada arsitek pengembangnya [[Yustinus Vinck]]).
 
Waktu pembangunan Pasar Senen bersamaan dengan waktu pembangunan [[Pasar Tanah Abang]], yakni pada [[30 Agustus]] [[1735]] oleh seorang tuan tanah yang juga seorang arsitek bernama [[Yustinus Vinck]] dari lahan milik anggota Dewan Hindia bernama [[Corrnelis Chastelein]]. Meskipun awalnya pasar ini hanya dibuka pada hari Senin, namun pada tahun [[1766]], pasar yang ramai dikunjungi ini akhirnya dibuka untuk hari selain hari [[Senin]].
 
Dalam perkembangannya wajah pasar Senen serta kawasan disekelilingnya senantiasa berubah. Selama lebih dari 274 tahun kawasan pasar ini menyimpan banyak cerita dan sejarah terjadi didalamnya. Di era pra kemerdekaan([[1930]]an), kawasan sekitar pasar Senen merupakan kawasan berkumpulnya para intelektual muda serta para pejuang bawah tanah dari [[School tot Opleiding van Indische Artsen|Stovia]]. Beberapa pemimpin pergerakan seperti [[Chairul Saleh]], [[Adam Malik]], juga [[Soekarno]] dan [[Mohammad Hatta]], acap menggelar pertemuan di kawasan ini.
 
Di zaman [[Sejarah Nusantara (1942-1945)|penjajahan Jepang]] ([[1942]]) hingga tahun [[1950]]an, kawasan sekitar Pasar Senen menjadi tempat favorit berkumpulnya para seniman dari era pujangga baru. Mereka dijuluki Seniman Senen. Nama-nama seperti [[Ajip Rosidi]], [[Sukarno M. Noor]], [[Wim Umboh]], dan [[HB Yasin]], muncul dari Senen.
 
Memasuki era [[1970]]-[[1990]]an, nama kawasan Pasar Senen semakin membesar dan tumbuh sebagai pusat ekonomi dan hiburan. Bahkan saat pertunjukan film bioskop mulai dikenalkan di [[Jakarta]], Senen tak ketinggalan. Dua gedung Bioskop “Rex” dan “Grand” dibangun guna memenuhi keinginan masyarakat akan hiburan.
 
Fenomena kehebohan kawasan Pasar Senen sebagai pusat perekonomian dan hiburan semakin menjadi saat Gubernur Ali Sadikin mencanangkan pembangunan “Proyek Senen” yang dilengkapi fasilitas gedung parkir melingkar. Itulah lokasi gedung parkir pertama yang ada di Jakarta.
 
Sayangnya sejak peristiwa kerusuhan massal tahun [[1998]], pamor kawasan Pasar Senen mulai redup. Berbagai penjarahan dan pelecehan terhadap sejumlah wanita keturunan Tionghoa berlangsung disini mengakibatkan banyaknya pemodal yang umumnya warga keturunan Tionghoa lari dari Senen itu untuk mencari lokasi yang lebih aman.
 
Kini, kawasan Pasar Senen mulai ditinggalkan. Kemegahan dan kemewahannya perlahan memudar. Kios-kios besar kini digantikan oleh para pedagang kaki lima yang menggelar dagangannya hingga tepi jalan. Kawasan pasar bersejarah itupun mulai menjadi kumuh dan tidak terawat.
 
== Referensi ==