Kesultanan Siak Sri Inderapura: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
a
Menolak 2 perubahan teks terakhir (oleh 125.165.99.240 dan Zeromus) dan mengembalikan revisi 7153430 oleh MimihitamBot
Baris 25:
|image_map = Istana Siak.jpg
|capital = Buantan,<br /> Siak Sri Inderapura
|common_languages = [[Bahasa MelayuMinang|Minang]], [[Bahasa MinangMelayu|Melayu]]
|government_type = Monarki
|title_leader = Yang Dipertuan Besar
Baris 42:
{{Sejarah Indonesia}}
 
'''Kesultanan Siak Sri Inderapura''' adalah sebuah [[Kerajaan Melayu]] [[Islam]] yang pernah berdiri di [[Kabupaten Siak]], Provinsi [[Riau]], [[Indonesia]]. Kerajaan ini didirikan di [[Buantan]] oleh ''[[Raja Kecil|Raja Kecik]] dari Johor[[kerajaan Pagaruyung|Pagaruyung]]'' bernamabergelar [[Sultan Abdul Jalil Rahmad Syah I|Sultan Abdul Jalil]] pada tahun [[1723]], Rajasetelah Keciksebelumnya adalahterlibat gelardalam perebutan tahta [[Kesultanan Johor|Johor]]. Dalam perkembangannya, Kesultanan Siak muncul sebagai sebuah kerajaan [[bahari]] yang diberikankuat<ref>''The karenaEdinburgh semasihGazetteer, kecilOr iaGeographical sudahDictionary'', menjadiA. Constable and Company, raja1822.</ref> Rajadan Kecikmenjadi adalahkekuatan keturunanyang sahdiperhitungkan daridi Sultanpesisir Mahmudtimur Syah[[Sumatera]] IIdan yang[[Semenanjung dibunuhMalaya]] olehdi Datuktengah Bendaharatekanan Kesultanan[[imperialisme]] Johor[[Eropa]]. danJangkauan iapunterjauh diungsikanpengaruh kekerajaan Pagaruyungini besertasampai ibunya,ke Encik[[Sambas]] Pongdi [[Kalimantan Barat]], dengansekaligus diantarmengendalikan olehjalur parapelayaran panglimaantara Sumatera dan datuknya[[Kalimantan]].<ref Kemudianname="Andaya2"/><ref Rajaname="Barnard"/><ref Pagaruyungname="Syair"/> punPasang mengasuhsurut beliaukerajaan sampaiini dewasatidak lepas dari persaingan dalam memperebutkan penguasaan jalur perdagangan di [[Selat Malaka]]. Setelah ia[[Proklamasi dewasaKemerdekaan Indonesia]], RajaSultan KecikSiak punterakhir, pulang[[Syarif menuntutKasim balasII|Sultan setelahSyarif sebelumnyaKasim terlibatII]] dalammenyatakan perebutankerajaannya tahtabergabung dengan [[KesultananIndonesia|Republik Johor|JohorIndonesia]].<ref name="Samin"/>
 
Dalam perkembangannya, Kesultanan Siak muncul sebagai sebuah kerajaan [[bahari]] yang kuat<ref>''The Edinburgh Gazetteer, Or Geographical Dictionary'', A. Constable and Company, 1822.</ref> dan menjadi kekuatan yang diperhitungkan di pesisir timur [[Sumatera]] dan [[Semenanjung Malaya]] di tengah tekanan [[imperialisme]] [[Eropa]]. Jangkauan terjauh pengaruh kerajaan ini sampai ke [[Sambas]] di [[Kalimantan Barat]], sekaligus mengendalikan jalur pelayaran antara Sumatera dan [[Kalimantan]].<ref name="Andaya2" /><ref name="Barnard" /><ref name="Syair" /> Pasang surut kerajaan ini tidak lepas dari persaingan dalam memperebutkan penguasaan jalur perdagangan di [[Selat Malaka]]. Setelah [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia]], Sultan Siak terakhir, [[Syarif Kasim II|Sultan Syarif Kasim II]] menyatakan kerajaannya bergabung dengan [[Indonesia|Republik Indonesia]].<ref name="Samin" />
 
== Etimologi ==
Baris 54 ⟶ 52:
Perkembangan [[agama]] [[Islam]] di Siak, menjadikan kawasan ini sebagai salah satu pusat penyebaran dakwah Islam, hal ini tidak lepas dari penggunaan nama ''Siak'' secara luas di kawasan Melayu. Jika dikaitkan dengan pepatah [[Minangkabau]] yang terkenal: ''Adat menurun, syara’ mendaki'' dapat bermakna masuknya Islam ke dataran tinggi pedalaman Minangkabau dari Siak sehingga orang-orang yang ahli dalam agama Islam, sejak dahulu sampai sekarang, masih tetap disebut dengan ''Orang Siak''.<ref name="Jasmi"/> Sementara di [[Semenanjung Malaya]], penyebutan Siak masih digunakan sebagai nama jabatan yang berkaitan dengan urusan agama Islam.<ref>Lamry, M. S., Nor, H. M., (1993), ''Masyarakat dan Perubahan'', Penerbit Universiti Kebangsaan Malaysia, ISBN 9679422496.</ref><ref>www.jais.gov.my [http://www.jais.gov.my/borang/2010/IklanJawatanKosongS41S27S17.pdf Iklan Jawatan Kosong]</ref>
 
Walau telah menerapkan [[hukum]] Islam pada masyarakatnya, namun sebagian adapula pengaruh [[Minangkabau]] dengan identitas [[matrilineal]]nya masih mewarnai tradisi masyarakat Siak. Dalam pembagian warisan, masyarakat Siak mengikut kepada hukum waris sebagaimana berlaku dalam Islam. Namun dalam hal tertentu, mereka menyepakati secara [[adat]] bahwa untuk warisan dalam bentuk [[rumah]] hanya diserahkan kepada anak perempuan saja.<ref name="Luthfi"/>
 
== Masa awal ==
Membandingkan dengan catatan [[Tomé Pires]] yang ditulis antara tahun 1513-1515, ''Siak'' merupakan kawasan yang berada antara ''Arcat'' dan ''Indragiri'' yang disebutnya sebagai kawasan pelabuhan raja [[Minangkabau]],<ref>Cortesão, Armando, (1944), ''The Suma Oriental of Tomé Pires'', London: Hakluyt Society, 2 vols.</ref> kemudian menjadi vasal Malaka sebelum ditaklukan oleh [[Portugal]]. Munculnya [[VOC]] sebagai penguasa di Malaka, Siak diklaim oleh Johor sebagai bagian wilayah kedaulatannya sampai munculnya Raja KecikKecil.<ref name="Andaya2"/>
 
Dalam [[Syair Perang Siak]], [[Raja Kecik|Raja Kecil]] putra [[Pagaruyung]], didaulat menjadi penguasa Siak atas mufakat masyarakat di [[Bengkalis]], sekaligus melepaskan Siak dari pengaruh [[Kesultanan Johor|Johor]].<ref name="Syair"/> Sementara Raja KecikKecil dalam [[Hikayat Siak]] disebut juga dengan ''sang pengelana'' pewaris Sultan Johor yang kalah dalam perebutan kekuasaan.<ref name="Barnard3"/> Berdasarkan korespodensi [[Indermasyah dari Suruaso|Sultan Indermasyah]] [[Yang Dipertuan Pagaruyung]] dengan Gubernur Jenderal Belanda di [[Melaka]] waktu itu, menyebutkan bahwa [[Sultan Abdul Jalil Rahmad Syah I|Sultan Abdul Jalil]] merupakan saudaranya yang diutus untuk urusan dagang dengan pihak [[Vereenigde Oostindische Compagnie|VOC]].<ref>{{cite journal | last = Coolhaas| first = W.P. | year = 1964 | title = Generale Missiven der V.O.C.| journal = Journal of Southeast Asian History | volume =2 | issue = 7 | doi =10.1017/S0217781100003318 }}</ref> Kemudian Sultan Abdul Jalil dalam suratnya tersendiri, yang ditujukan kepada pihak Belanda menyebut dirinya sebagai ''Raja KecikKecil'' dari Pagaruyung, akan menuntut balas atas kematian [[Sultan Johor]].<ref>NA, VOC 1895, ''Malacca'', 30 Januari 1718, fols.55-6.</ref>
 
Sebelumnya dari catatan [[Belanda]], telah mencatat pada tahun 1674, ada datang utusan dari [[Johor]] untuk mencari bantuan bagi raja [[Minangkabau]] berperang melawan raja [[Jambi]].<ref>Andaya, L.Y., (1971), ''The Kingdom of Johor, 1641-1728: a study of economic and political developments in the Straits of Malacca''. s.n.</ref> Dalam salah satu versi [[Sulalatus Salatin]] juga menceritakan tentang bagaimana hebatnya serangan [[Kesultanan Jambi|Jambi]] ke Johor (1673),<ref>Samad, A. A., (1979), ''[[Sulalatus Salatin]]'', Dewan Bahasa dan Pustaka.</ref> yang mengakibatkan hancurnya pusat pemerintahan Johor, yang sebelumnya juga telah dihancurkan oleh [[Portugal]] dan [[Kesultanan Aceh|Aceh]].<ref>Borschberg, P., (2004), ''Iberians in the Singapore-Melaka Area and Adjacent Regions (16th to 18th Century)'', Otto Harrassowitz Verlag, ISBN 3447051078.</ref><ref>Ricklefs, M.C., (2002), ''A History of Modern Indonesia Since C. 1200'', Stanford University Press, ISBN 0804744807.</ref> Kemudian berdasarkan surat dari raja [[Jambi]], [[Ingalaga dari Jambi|Sultan Ingalaga]] kepada VOC pada tahun 1694, menyebutkan bahwa Sultan Abdul Jalil dari Pagaruyung, hadir menjadi saksi perdamaian dari perselisihan mereka.<ref>NA, VOC 1557, Jambi, 1 April 1694, fols.35-6.</ref>
 
Pada tahun 1718 Sultan Abdul Jalil berhasil menguasai [[Kesultanan Johor]]<ref name="Andaya2">Andaya, L.Y., (1972), ''Raja Kechil and the Minangkabau conquest of Johor in 1718'', JMBRAS, 45-2.</ref> sekaligus mengukuhkan dirinya sebagai Sultan Johor dengan gelar ''Yang Dipertuan Besar Johor'', namun pada tahun 1722 terjadi pemberontakan yang dipimpin oleh Raja Sulaiman anak Bendahara Johor, yang juga menuntut hak atas tahta Johor, dibantu oleh pasukan bayaran dari [[Bugis]]. Akhir dari peperangan ini, Raja Sulaiman mengukuhkan diri menjadi penguasa Johor di pedalaman Johor, sementara Sultan Abdul Jalil, pindah ke [[Bintan]] dan kemudian tahun 1723 membangun pusat pemerintahan baru di sehiliran [[Sungai Siak]] dengan nama ''Siak Sri Inderapura''.<ref name="Syair">Cave, J., Nicholl, R., Thomas, P. L., Effendy, T., (1989), ''Syair Perang Siak: a court poem presenting the state policy of a Minangkabau Malay royal family in exile'', Malaysian Branch of the Royal Asiatic Society</ref> Sementara pusat pemerintahan Johor yang sebelumnya berada sekitar muara [[Sungai Johor]] ditinggalkan begitu saja, dan menjadi ''status quo'' dari masing-masing penguasa yang bertikai tersebut. Sedangkan klaim Raja KecikKecil sebagai pewaris sah tahta Johor diakui oleh komunitas [[Orang Laut]], kelompok masyarakat yang bermukim pada kawasan kepulauan membentang dari timur Sumatera sampai ke Lautan Cina Selatan dan loyalitas ini terus bertahan sampai kepada beberapa keturunan Raja KecikKecil berikutnya.<ref name="Andaya1">Andaya, L.Y., (1975), ''The Kingdom of Johor, 1641-1728'', Kuala Lumpur: Oxford University Press.</ref>
 
== Masa keemasan ==
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM De Sultan van Siak met rijksgroten in de afdeling Bengalis oostkust van Sumatra TMnr 60012313.jpg|thumb|250px|Sultan Siak dan Dewan Menterinya serta Kadi Siak pada tahun 1888]]
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Installatie van de Sultan van Siak in 1889 in aanwezigheid van resident Michielsen overste Van der Pol en assistent-resident Schouten Oost-Sumatra TMnr 10001571.jpg|thumb|250px|Upacara penobatan Sultan Siak pada tahun 1899]]
Dengan klaim sebagai pewaris [[Kesultanan Malaka|Malaka]],<ref name="Barnard">Barnard, T. P., (2003), ''Multiple centres of authority: society and environment in Siak and eastern Sumatra, 1674-1827'', KITLV Press, ISBN 90-6718-219-2.</ref> pada tahun 1724-1726 [[Raja Kecik|Sultan Abdul Jalil]] melakukan perluasan wilayah, dimulai dengan memasukan [[Rokan]] ke dalam wilayah Kesultanan Siak, membangun pertahanan armada laut di [[Bintan]]. Namun tahun 1728 atas perintah Raja Sulaiman, [[Yang Dipertuan Muda]] bersama pasukan Bugisnya, berhasil menekan Raja KecikKecil keluar dari kawasan kepulauan. Raja Sulaiman kemudian menjadikan [[Pulau Bintan|Bintan]] sebagai pusat pemerintahannya dan atas keberhasilan itu Yang Dipertuan Muda diberi kedudukan di [[Pulau Penyengat]].<ref name="Andaya1"/>
 
Sementara Raja KecikKecil terpaksa melepas hegemoninya pada kawasan kepulauan dan mulai membangun kekuatan baru pada kawasan sepanjang pesisir timur [[Sumatera]]. Antara tahun 1740-1745, Raja KecikKecil kembali bangkit dan menaklukan beberapa kawasan di [[Semenanjung Malaya]].<ref>Ryan, N.J., (1969), ''The making of modern Malaysia and Singapore: a history from earliest times to 1966'', Oxford University Press.</ref> yakni Ancaman dari Siak, serta pada saat bersamaan Johor juga mulai tertekan oleh orang-orang [[Bugis]] yang meminta balas atas jasa mereka. Hal ini membuat Raja Sulaiman pada tahun 1746 meminta bantuan Belanda di Malaka dan menjanjikan memberikan Bengkalis kepada Belanda, kemudian direspon oleh VOC dengan mendirikan gudang pada kawasan tersebut.<ref>Miller, F.P., Vandome, A.F., McBrewster, J., (2010), ''Johor Sultanate'', VDM Verlag Dr. Mueller e.K., ISBN 6133801638.</ref><ref>Abshire, J., (2011), ''The History of Singapore'', ABC-CLIO, ISBN 0313377421.</ref>
 
Sepeninggal Raja KecikKecil tahun 1746, klaim atas Johor memudar, dan pengantinya Sultan Mahmud fokus kepada penguatan kedudukannya di pesisir timur Sumatera dan daerah vazal di Kedah dan kawasan pantai timur Semenanjung Malaya. Pada tahun 1761, Sultan Siak membuat perjanjian ekslusif dengan pihak Belanda, dalam urusan dagang dan hak atas kedaulatan wilayahnya serta bantuan dalam bidang persenjataan.<ref name="Anthony"/> Walau kemudian muncul ''dualisme'' kepemimpinan di kerajaan ini yang awalnya tanpa ada pertentangan di antara mereka, Raja Muhammad Ali, yang lebih disukai Belanda, kemudian menjadi Sultan Siak, sementara sepupunya Raja Ismail, tidak disukai oleh Belanda, muncul sebagai ''Raja Laut'', menguasai perairan timur Sumatera sampai ke Lautan Cina Selatan, membangun kekuatan di gugusan [[Pulau Tujuh]].<ref name="Barnard1">Barnard, T.P., ''Texts, Raja Ismail and Violence: Siak and the Transformation of Malay Identity in theEighteenth Century'', Journal of Southeast Asian Studies, Vol. 32, No. 3 (Oct., 2001), pp. 331-342.</ref>
 
Pada [[1764]], Encik Lah menyusun sejarah perang Siak (''Syair Perang Siak'') di [[Palembang]].<ref>{{cite book |title=Bahasa Melayu, Bahasa Dunia - Sejarah Singkat |last=Collins |first=James T. |year=2005 |publisher=[[KITLV]] bekerja sama dengan [[Pusat Bahasa]] dan [[Yayasan Obor Indonesia]] |location=[[Jakarta]] |isbn=979-461-537-4 |page=69}}</ref> Sekitar tahun 1767, Raja Ismail, telah menjadi duplikasi dari Raja KecikKecil, didukung oleh [[Orang Laut]], terus menunjukan dominasinya di kawasan perairan timur Sumatera, dengan mulai mengontrol perdagangan [[timah]] di [[Pulau Bangka]], kemudian menaklukan Mempawah di Kalimantan Barat. Sebelumnya Raja Ismail juga turut membantu [[Terengganu]] menaklukan [[Kelantan]], hubungan ini kemudian diperkuat oleh adanya ikatan perkawinan antara Raja Ismail dengan saudara perempuan Sultan Terengganu. Pengaruh Raja Ismail di kawasan Melayu sangat signifikan mulai dari Terengganu, Jambi dan [[Palembang]]. Laporan Belanda menyebutkan Palembang telah membayar 3000 [[ringgit]] kepada Raja Ismail agar jalur pelayarannya aman dari gangguan, sementara [[Hikayat Siak]] menceritakan tentang kemeriahan sambutan yang diterima oleh Raja Ismail sewaktu kedatangannya ke Palembang.<ref name="Barnard1"/>
 
Pada abad ke-18 Kesultanan Siak telah menjadi kekuatan yang dominan di pesisir timur [[Sumatera]]. Tahun 1780 Kesultanan Siak menaklukkan daerah [[Langkat]], dan menjadikan wilayah tersebut dalam pengawasannya,<ref>''Penelitian dan pengkajian naskah kuno daerah Jambi'', Volume 2, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Nusantara, 1989</ref> termasuk wilayah [[Deli]] dan [[Serdang]].<ref>Cribb, R. B., Kahin, A., (2004), ''Historical dictionary of Indonesia'', Scarecrow Press, ISBN 0-8108-4935-6.</ref> Di bawah ikatan perjanjian kerjasama dengan VOC, pada tahun 1784 Kesultanan Siak membantu VOC menyerang dan menundukkan [[Selangor]],<ref>Karl Hack, Tobias Rettig, (2006), ''Colonial armies in Southeast Asia'', Routledge, ISBN 0-415-33413-6.</ref> sebelumnya mereka telah bekerjasama memadamkan pemberontakan [[Raja Haji Fisabilillah]] di [[Pulau Penyengat]].
Baris 80 ⟶ 78:
== Perdagangan ==
Kesultanan Siak Sri Inderapura mengambil keuntungan atas pengawasan perdagangan melalui [[Selat Melaka]] serta kemampuan mengendalikan para perompak di kawasan tersebut. Kemajuan perekonomian Siak terlihat dari catatan Belanda yang menyebutkan pada tahun 1783, ada sekitar 171 kapal dagang dari Siak menuju Malaka.<ref>Lee Kam Hing, (1986), ''The Shipping Lists of Dutch Melaka; A Source for the Study
of Coastal trade and Shipping in the Malay peninsula during the 17th and 18th centuries'', in: Mohd. Yusoff Hashim et al., Kapal dan Harta Karam; Ships and Sunken Treasure, pp. 53-76, Kuala Lumpur: Muzium Malaysia.</ref> Siak menjadi kawasan segitiga perdagangan antara Belanda di Malaka dan Inggris di [[Pulau Pinang]].<ref>''The London general gazetteer, or Geographical dictionary: containing a description of the various countries, kingdoms, states, cities, towns, &c. of the known world'', W. Baynes & Son, 1825.</ref> Namun disisi lain kejayaan Siak ini memberi kecemburuan pada keturunan Yang Dipertuan Muda terutama setelah hilangnya kekuasaan mereka pada kawasan [[Kepulauan Riau]]. Sikap ketidaksukaan dan permusuhan terhadap [[Sultan Siak]], terlihat dalam [[Tuhfat al-Nafis]],<ref>[[Ali Haji bin Raja Haji Ahmad]], (1997), ''[[Tuhfat al-Nafis]]'', Fajar Bakti.</ref> di mana dalam deskripsi ceritanya mereka mengambarkan Sultan Siak sebagai ''orang yang rakus akan kekayaan dunia''.
 
Peranan [[Sungai Siak]] sebagai bagian kawasan inti dari kerajaan ini berpengaruh besar terhadap kemajuan perekonomian Siak Sri Inderapura. Sungai Siak merupakan kawasan pengumpulan berbagai produk perdagangan, mulai dari kapur barus, benzoar bahkan timah dan emas. Sementara pada saat bersamaan masyarakat Siak juga telah menjadi eksportir kayu yang utama di Selat Malaka serta salah satu kawasan industri kayu terutama untuk pembuatan kapal maupun untuk bangunan. Dengan cadangan [[kayu]] yang berlimpah, pada tahun 1775 Belanda mengizinkan kapal-kapal Siak mendapat akses langsung kepada sumber [[beras]] dan [[garam]] di [[Pulau Jawa]], tanpa harus membayar kompensasi kepada VOC namun tentu dengan syarat Belanda juga diberikan akses langsung kepada sumber kayu di Siak, yang mereka sebut sebagai kawasan hutan hujan yang tidak berujung.<ref>VOC 3470, ''Secret Letters from Malacca to Batavia for 1775'', f. 339-34.</ref>
Baris 99 ⟶ 97:
 
== Struktur pemerintahan ==
Karena Raja Kecik dibesarkan di Kerajaan Pangaruyung, pengaruhPengaruh [[Kerajaan Pagaruyung ]]<nowiki/>pun, juga mewarnai sistem pemerintahan pada Kesultanan Siak., Setelahsetelah Sultan Siak, terdapat ''Dewan Menteri'' yang mirip dengan kedudukan ''[[Basa Ampek Balai]]'' di [[Minangkabau]]. Dewan Menteri ini memiliki kekuasaan untuk memilih dan mengangkat [[Sultan Siak]], sama dengan ''Undang Yang Ampat'' di [[Negeri Sembilan]].<ref>Martin, L., (1889), ''The Negri Sembilan: their origin and constitution'', Singapore, Foreign and Commonwealth Office Collection.</ref> Dewan Menteri bersama dengan Sultan menetapkan undang-undang serta peraturan bagi masyarakatnya.<ref name="Luthfi"/><ref name="Sejarah"/>
Dewan menteri ini terdiri dari:
# Datuk Tanah Datar
Baris 106 ⟶ 104:
# Datuk Kampar
 
Seiring dengan perkembangan zaman, Siak Sri Inderapura juga melakukan pembenahan sistem birokrasi pemerintahannya. Hal ini tidak lepas dari pengaruh model birokrasi pemerintahan yang berlaku di Eropa maupun yang diterapkan pada kawasan kolonial Belanda atau Inggris. Modernisasi sistem penyelenggaraan pemerintahan Siak terlihat pada naskah ''[[Ingat Jabatan]]'' yang diterbitkan tahun 1897. Naskah ini terdiri dari 33 halaman yang panjang serta ditulis dengan [[Abjad Jawi]](Arab-Melayu). ''Ingat Jabatan'' merupakan dokumen resmi Siak Sri Inderapura yang dicetak di [[Singapura]], berisi rincian tanggung jawab dari berbagai posisi atau jabatan di pemerintahan mulai dari pejabat istana, wakil kerajaan di daerah jajahan, [[pengadilan]] maupun [[polisi]]. Pada bagian akhir dari setiap uraian tugas para birokrat tersebut ditutup dengan peringatan serta perintah untuk tidak khianat kepada [[sultan]] dan ''nagari''.<ref name="Barnard4"/>
 
Perkembangan selanjutnya, Siak Sri Inderapura juga menerbitkan salah satu kitab [[hukum]] atau undang-undang, dikenal dengan nama ''[[Bab al-Qawa'id]]''.<ref>Junus, H., ''Bab al-Qawa'id: Kitab Pegangan Hukum Dalam Kerajaan Siak'', Yayasan Pusaka Riau.</ref> Kitab ini dicetak di Siak tahun 1901, menguraikan hukum yang dikenakan kepada masyarakat [[Melayu]] dan masyarakat lain yang terlibat perkara dengan masyarakat Melayu. Namun tidak mengikat orang Melayu yang bekerja dengan pihak pemerintah Hindia-Belanda, di mana jika terjadi permasalahan akan diselesaikan secara bilateral antara Sultan Siak dengan pemerintah [[Hindia-Belanda]].<ref name="Luthfi"/>
Baris 196 ⟶ 194:
Berkas:id-sia15.GIF| Distrik Tanah Datar
</gallery>
</center>
 
== Lihat Pula ==