Bambang Soegeng: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Andri.h (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
{{Infobox Officeholder
[[Berkas:Bambang Sugeng Suara Rakyat 21 Dec 1952 p1.JPG|jmpl|Bambang Soegeng]]
|honorific-prefix = <small>Mayor Jenderal TNI Anumerta</small>
'''Bambang Sugeng''' (lahir di [[Tegalrejo]], [[Magelang]], [[31 Oktober]] [[1913]] - [[1977]]) adalah [[Kepala Staf TNI Angkatan Darat]] pada [[5 Desember]] [[1952]] hingga [[2 Mei]] [[1955]]. Ia juga pernah menjabat sebagai [[Duta Besar]] [[Indonesia]] untuk [[Vatikan]], [[Jepang]], dan [[Brasil]].
|name = Bambang Soegeng
|image = Djenderal Major Bambang Sugeng.png
|imagesize = 200px
|caption =
|office = Kepala Staf TNI Angkatan Darat
|order = 3
|president = [[Soekarno]]
|term_start = [[22 Desember]] [[1952]]
|term_end = [[8 Mei]] [[1955]]
|predecessor = [[Abdul Haris Nasution]]
|successor = [[Zulkifli Lubis]]
|spouse = Sukemi (meninggal tahun 1946)<br>Istiyah
|profession = [[Tentara]]
|religion = [[Kristen Protestan]]
|signature =
}}
[[Mayor Jenderal]] [[TNI]] [[Anumerta]] '''Bambang Sugeng''' ({{lahirmati|[[Tegalrejo]], [[Magelang]]|31|10|1913|[[Jakarta]]|22|6|1977}}) adalah seorang tokoh militer Indonesia dan pernah menjadi [[Kepala Staf TNI Angkatan Darat]] ke-3 yang menjabat dari tanggal [[22 Desember]] [[1952]] hingga [[8 Mei]] [[1955]].<ref name="buku bambang"/>
 
Selain berkarier di dunia militer, Bambang juga pernah menjabat sebagai [[Duta Besar]] [[Indonesia]] untuk [[Vatikan]], [[Jepang]], dan [[Brasil]].
 
Bambang meninggal dunia pada usia 63 tahun dengan pangkat terakhir [[Mayor Jenderal]] [[Anumerta]] dan dimakamkan ditanah kelahirannya Tegalrejo, Magelang. Mulai tanggal [[1 November]] [[1997]], pemerintah Indonesia menaikkan pengkatnya menjadi [[Letnan]] [[Jenderal]] (Kehormatan).<ref>Keputusan Presiden Nomor 50/ABRI Tahun 1997</ref>
 
==Kehidupan awal==
Bambang lahir di [[Magelang]], [[Jawa Tengah]] merupakan putra sulung dari 6 bersaudara. Ayahnya bernama Slamet dan ibunya bernama Zahro. Ia menempuh pendidikan [[HIS]] di Tegalrejo, kemudian melanjutkan ke [[MULO]] di [[Purwokerto]] dan menyelesaikan pendidikan [[AMS]] bagian A di [[Yogyakarta]]. Karena cita-citanya menjadi ahli hukum, Bambang sempat melanjutkan pendidikannya ke [[RHS]] di [[Jakarta]] tetapi tidak selesai karena sekolahnya ditutup oleh [[Jepang]] yang mulai berkuasa di Indonesia.
 
Pada tahun [[1936]], Bambang menikah dengan Sukemi yang berasal dari [[Temanggung]] dan dikaruniai 3 orang anak (1 putri dan 2 putra). Pernikahannya dengan Sukemi tidak bertahan lama, karena sakit paru-paru, istrinya meninggal dunia pada tahun [[1946]]. Bambang kemudian menikah lagi dengan Istiyah yang berasal dari [[Banjarnegara]] dan dikaruniai 2 orang putri.
 
Sebelum memulai karier militernya, Bambang sempat bekerja sebagai pegawai negeri pada pemerintah [[Kabupaten Temanggung]] sebagai juru tulis.<ref name="buku bambang">{{cite book||last= |first= |authorlink= |coauthors= |title=Jenderal Mayor Bambang Sugeng, Kiprahnya sebagai Prajurit dan Diplomat, KASAD ke-3 |year=2006 |publisher=Dinas Pembinaan Mental Angkatan Darat |location=Bandung |id=}}</ref>
 
==Karier militer==
[[Berkas:Bambang Sugeng Suara Rakyat 21 Dec 1952 p1.JPG|jmplthumb|right|150px|Bambang Soegeng tahun 1952]]
Karier militer Bambang dimulai pada tahun 1943 saat ia mengikut pendidikan perwira [[PETA]] ''Gyugun Renseitai'' di [[Bogor]]. Setelah lulus ia menjadi ''Cudanco'' (komandan kompi) dan ditempatkan di Magelang. Pada tahun [[1944]] Bambang sudah menjadi ''Daidanco'' (komandan peleton) di [[Gombong]].
 
Setelah [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia]] [[17 Agustus]] [[1945]], Bambang diangkat menjadi Komandan Resiman [[TKR]] di [[Wonosobo]] dengan pangkat [[Letnan Kolonel]]. Setelah proses Reorganisasi dan Rasionalisasi (ReRa) [[TNI]] pada tahun 1948, ia diangkat menjadi Komandan Divisi III yang meliputi [[Banyumas]], [[Pekalongan]], [[Kedu]] dan [[Yogyakarta]].
Bambang Sugeng pernah memimpin pasukan [[TKR]] pada saat [[Agresi Militer I]] ([[1947]]) dan [[Agresi Militer II]] ([[1948]]). Selain itu ia juga termasuk perwira yang terlibat dalam perencanaan [[Serangan Umum 1 Maret 1949]]. Sebagai penguasa teritorial, Bambang mengendalikan jalannya pertempuran di wilayah Divisi III [[Jawa Tengah]] dan [[Yogyakarta]] pada masa 1948-1949. Dari tangan pria kelahiran Magelang itu muncul Perintah Siasat dan Intruksi Rahasia untuk melakukan perang propaganda terhadap [[Belanda]].
 
Dengan posisinya yang senior kemudian Pemerintah menunjuknya untuk menjadi wakil Panglima Besar [[Sudirman]] atau Wakil 1 Kepala Staf Angkatan Perang (KSAP). Sosoknyamulai yang[[21 bisaSeptember]] diterima[[1944]] semuahingga pihak[[27 yang menjadikanya satu-satunya alternatif bagi PresidenDesember]] [[Soekarno1949]]. saatPada mencopotbulan [[AHJuni]] Nasution[[1950]] yangBambang mendalangidiangkat menjadi Panglima [[PeristiwaKodam V/Brawijaya|Divisi I/TT V 17Jawa OktoberTimur]].
 
Sosoknya yang bisa diterima semua pihak yang menjadikanya satu-satunya alternatif bagi Presiden [[Soekarno]] saat mengangkatnya sebagai [[KASAD]] setelah mencopot [[AH Nasution]] yang dianggap mendalangi [[Peristiwa 17 Oktober]]. Bambang menggunakan pendekatan unik khas Indonesia yaitu musyawarah untuk menyatukan para perwira TNI yang terbelah akibat [[Peristiwa 17 Oktober]] dan menghasilkan [[Piagam Djogja 1955]]. Piagam yang meredam friksi di dalam militer membuat Soekarno yang pada akhirnya mengangkat kembali AH Nasution menjadi KSADKASAD.
 
Bambang juga yang memprakarsai pencatatan setiap prajurit TNI atau Nomor Registrasi Pusat NRP yang kemudian ditiru pada pencatatan organisasi sipil atau Nomor Induk Pegawai NIP.<ref name="buku bambang"/>
 
Setelah berhasil menyatukan kembali para perwira [[TNI Angkatan Darat]] melalui Piagam Djogja 1955, Bambang mengundurkan diri sebagai KASAD pada tanggal [[8 Mei]] [[1955]].<ref>Keputusan Presiden Nomor 117/M Tahun 1955</ref>
 
==Karier diplomat==
Bambang menggunakan pendekatan unik khas Indonesia yaitu musyawarah untuk menyatukan para perwira TNI yang terbelah akibat [[Peristiwa 17 Oktober]] dan menghasilkan [[Piagam Djogja 1955]]. Piagam yang meredam friksi di dalam militer membuat Soekarno yang pada akhirnya mengangkat kembali AH Nasution menjadi KSAD.
Setelah berhenti dalam dinas militer, Bambang ditunjuk oleh [[Presiden]] [[Soekarno]] menjadi
[[Duta Besar]] [[Indonesia]] untuk [[Vatikan]] yang dijabat dari tanggal [[1 Agustus]] [[1956]] hingga [[Januari]] [[1960]].<ref>Keputusan Presiden Nomor 385/M Tahun 1956</ref> Kemudian pada tanggal [[19 Januari]] [[1960]] hingga tahun [[1964]] ia menjadi [[Duta Besar]] [[Indonesia]] untuk [[Jepang]].<ref>Keputusan Presiden Nomor 12/M Tahun 1960</ref> Pada tahun [[1964]] hingga [[4 November]] [[1966]] menjadi Duta Besar di [[Brasil]].
 
== Referensi ==
Bambang juga yang memprakarsai pencatatan setiap prajurit TNI atau Nomor Registrasi Pusat NRP yang kemudian ditiru pada pencatatan organisasi sipil atau Nomor Induk Pegawai NIP.
{{reflist}}
 
== Pranala luar ==
*{{id}} [http://www.temanggungkab.go.id/potensi.php?mnid=108 Situs Pemda Temanggung - Monumen Bambang Sugeng]
 
{{Kotak_mulai}}
{{s-mil}}
{{kotak suksesi|jabatan=[[Kepala Staf TNI Angkatan Darat]]|pendahulu=[[Abdul Harris Nasution]]|pengganti=[[Zulkifli Lubis]]|tahun=22 Desember 1952 - 8 Mei 1955}}
{{Kotak_selesai}}