Teras, Boyolali: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
|||
Baris 7:
| penduduk=-
| kelurahan= 13
| nama camat=
| kepadatan=- jiwa/km²
| provinsi=Jawa Tengah
}}
'''Teras''' adalah sebuah [[kecamatan]] di [[Kabupaten Boyolali]], [[Jawa Tengah]], [[Indonesia]]. Kantor Kecamatan Teras tereletak di Jalan Solo-Semarang, Teras, Boyolali
== Batas Wilayah ==
Baris 21:
== Desa/kelurahan ==
{{col-css3-begin|2}}
# [[Bangsalan, Teras, Boyolali|Bangsalan]]
Baris 36 ⟶ 35:
# [[Tawangsari, Teras, Boyolali|Tawangsari]]
# [[Teras, Teras, Boyolali|Teras]]
{{col-css3-end}}
[[Berkas:Kecamatan teras.jpg|thumb|left|
Asal mula nama Teras menurut cerita serat Babad Pengging Serat Mataram, nama Teras tak disebutkan. Demikian juga pada masa Kerajaan Demak Bintoro maupun Kerajaan Pengging, nama Teras belum dikenal. Menurut legenda nama Teras berhubungan dengan ceritera Ki Ageng Pandan Arang (Bupati Semarang pada abad XVI).
Alkisah, Ki Ageng Pandan Arang yang lebih dikenal dengan Tumenggung Notoprojo diramalkan oleh Sunan Kalijogo sebagai Wali penutup menggantikan Syeh Siti Jenar. Oleh Sunan Kalijogo, Ki Ageng Pandan Arang diutus untuk menuju ke Gunung Jabalakat di Tembayat (Klaten) untuk syiar agama Islam. Dalam perjalananannya dari Semarang menuju Tembayat Ki Ageng banyak menemui rintangan dan batu sandungan sebagai ujian. Ki Ageng berjalan cukup jauh meninggalkan anak dan istri ketika berada di sebuah hutan belantara beliau dirampok oleh tiga orang yang mengira beliau membawa harta benda ternyata dugaan itu keliru maka tempat inilah sekarang dikenal dengan nama Sala Tiga.
▲[[Berkas:Kecamatan teras.jpg|thumb|left|450px|Pembagian wilayah administrasi desa di Kecamatan Teras]]
Perjalanan diteruskan hingga sampailah di suatu tempat yang banyak pohon bambu kuning atau bambu Ampel dan tempat inilah sekarang dikenal dengan nama Ampel yang merupakan salah satu kecamatan di Boyolali. Dalam menempuh perjalanan yang jauh ini, Ki Ageng Pandan Arang semakin meninggalkan anak dan istri. Sambil menunggu mereka, Ki Ageng beristirahat di sebuah Batu Besar yang berada di tengah sungai. Dalam istirahatnya Ki Ageng Berucap “ BAYA WIS LALI WONG IKI” yang dalam bahasa indonesia artinya “Sudah lupakah orang ini”. Dari kata Baya Wis Lali/ maka jadilah nama Boyolali.
Batu besar yang berada di Kali Pepe yang membelah kota Boyolali mungkinkah ini tempat beristirahat Ki Ageng Pandan Arang. Mungkin tak ada yang bisa menjawab dan sampai sekarang pun belum pernah ada meneliti tentang keberadaan batu ini. Demikian juga sebuah batu yang cukup besar yang berada di depan Pasar Sunggingan Boyolali, konon menurut masyarakat setempat batu ini dulu adalah tempat untuk beristirahat Nyi Ageng Pandan Arang. Dalam istirahatnya Nyi Ageng mengetuk-ngetukan tongkatnya di batu ini dan batu ini menjadi berlekuk-lekuk mirip sebuah dakon (mainan anak-anak tempo dulu). Karena batu ini mirip dakon, masyarakat disekitar Pasar Sunggingan menyebutnya Mbah Dakon dan hingga sekarang batu ini dikeramatkan oleh penduduk dan merekapun tak ada yang berani mengusiknya.
{{Teras, Boyolali}}
{{Kabupaten Boyolali}}
{{Jawa Tengah}}
|