Pompeii: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 40:
Sebuah gempa lainnya, yang lebih ringan, terjadi pada [[64]]; peristiwa ini dicatat oleh [[Kehidupan Dua Belas Kaisar|Suetonius]] dalam biografinya tentang [[Nero]][http://penelope.uchicago.edu/Thayer/E/Roman/Texts/Suetonius/12Caesars/Nero*.html#20], dalam ''De Vita Caesarum'', dan oleh [[Tacitus]] dalam Buku XV dari ''[[Tawarikh (Tacitus)|Annales]]'' [http://mcadams.posc.mu.edu/txt/ah/tacitus/TacitusAnnals15.html] karena hal ini terjadi ketika Nero berada di Napoli dan tampil dalam sebuah pertunjukan untuk pertama kalinya di sebuah [[panggung]] umum. Suetonius mencatat bahwa kaisar tidak memedulikan gempa itu dan terus bernyanyi hingga selesai lagunya, sementara Tacitus mencatat bahwa teater itu runtuh setelah orang-orang di dalamnya dievakuasi.
[[Penulis]] [[Plinius yang Muda|Plinius Muda]] menulis bahwa getaran bumi itu "tidaklah begitu menakutkan karena sering terjadi di Campania".
Pada awal Agustus tahun 79, mata air dan sumur-sumur mengering [http://www.mnsu.edu/emuseum/archaeology/sites/europe/pompeii.html]. Getaran-getaran gempa ringan mulai terjadi pada [[20 Agustus]] 79 [http://www.archaeology.co.uk/cwa/issues/cwa4/pompeii/eruption.htm], dan menjadi semakin sering pada empat hari berikutnya, namun peringatan-peringatan itu tidak disadari orang, dan pada sore hari tanggal [[24 Agustus]], sebuah letusan gunung berapi yang mematikan terjadi. Ledakan itu merusakkan wilayah tersebut, mengubur Pompeii dan daerah-daerah pemukimanlainnya. Kebetulan tanggal itu bertepatan dengan [[Vulcanalia]], perayaan dewa api Romawi.
Laporan saksi mata satu-satunya yang bertahan dan dapat diandalkan tentang peristiwa ini dicatat oleh [[Plinius yang Muda|Plinius Muda]] dalam dua pucuk surat[http://www.eyewitnesstohistory.com/pompeii.htm] kepada sejarahwan [[Gaius Cornelius Tacitus|Tacitus]]. Dari rumah pamannya di [[Misenum]], sekitar 35 km dari gunung berapi itu, Plinius melihat sebuah gejala luar biasa yang terjadi di atas Gn. Vesuvius: sebuah awan gelap yang besar berbentuk seperti pohon pinus muncul dari mulut gunung itu. Setelah beberapa lama, awan itu dengan segera menuruni lereng-lereng gunung dan menutupi segala sesuatu di sekitarnya, termasuk laut yang di dekatnya.
"Awan" yang digambarkan oleh Plinius Muda itu kini dikenal sebagai [[aliran piroklastik]], yaitu awan gas yang sangat panas, debu, dan batu-batu yang meletus dari sebuah vulkano. Plinius mengatakan bahwa beberapa gempa bumi terasa pada saat letusan itu dan diikuti oleh getaran bumi yang dahsyat. Ia juga mencatat bahwa debu juga jatuh dalam bentuk lapisan-lapisan yang sangat tebal dan desa tempat ia berada harus dievakuasi. Laut pun tersedot dan didorong mundur oleh suatu "gempa bumi", sebuah gejala yang disebut oleh para geologiwan modern sebagai [[tsunami]].
Gambarannya lalu beralih kepada fakta bahwa matahari tertutup oleh letusan itu dan siang hari menjadi gelap gulita. Pamannya, [[Plinius yang Tua|Plinius Tua]] mengambil beberapa kapal untuk meneliti gejala ini dan menyelamatkan orang-orang yang terperangkap di kaki gunung itu. Karena tidak dapat mendarat dekat vulkano itu karena angin yang tidak menguntungkan dan debu yang dihasilkan letusan itu, Plinius Tua melanjutkan perjalanan ke [[Stabiae]] sekitar 4,5 km dari Pompei. Ia meninggal di sana keesokan harinya. Dalam suratnya yang pertama kepada Tacitus, kemenakannya menduga bahwa ini disebabkan karena pamannya menghirup gas beracun. Namun Stabiae 16 km jauhnya dari tempat kejadian dan rekan-rekannya tampaknya tidak terpengaruh oleh hirupan udara itu, dan karena itu kemungkinan sekali kematiannya disebabkan karena Plinius yang gemuk itu [http://www.hort.purdue.edu/newcrop/history/lecture19/lec19.html] meninggal karena [[stroke]] atau [[serangan jantung]] [http://volcanology.geol.ucsb.edu/pliny.htm].
== Lenyap selama 16 abad ==
|