Komik: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Pai Walisongo (bicara | kontrib)
k Membatalkan 1 suntingan oleh Cleass (pembicaraan): Spam. (TW)
Baris 19:
Untuk lingkup Nusantara, seorang penyair dari semenanjung Melayu (sekarang Malaysia) [[Harun Amniurashid]] (1952) pernah menyebut 'cerita bergambar' sebagai rujukan istilah ''cartoons'' dalam bahasa Inggris. Di Indonesia terdapat sebutan tersendiri untuk komik seperti diungkapkan oleh pengamat budaya [[Arswendo Atmowiloto]] (1986) yaitu cerita gambar atau disingkat menjadi ''cergam'' yang dicetuskan oleh seorang komikus Medan bernama [[Zam Nuldyn]] sekitar tahun 1970. Sementara itu [[Seno Gumira Ajidarma]] (2002), jurnalis dan pengamat komik, mengemukakan bahwa komikus [[Teguh Santosa]] dalam komik Mat Romeo (1971) pernah mengiklankan karya mereka dengan kata-kata "disadjikan setjara filmis dan kolosal" yang sangat relevan dengan novel bergambar.
 
=== Istilah cerita bergambar ===anonymous is back ! hhhhh
Akronim cerita (ber)gambar, menurut [[Marcell Boneff]] mengikuti istilah cerpen ([[cerita pendek]]) yang sudah terlebih dahulu digunakan, dan konotasinya menjadi lebih bagus, meski terlepas dari masalah tepat tidaknya dari segi kebahasaan atau etimologis katanya.
 
Tetapi menilik kembali pada kelahiran komik, maka adanya teks dan gambar secara bersamaan dinilai oleh [[Francis Laccasin]] (1971) sebagai sarana pengungkapan yang benar-benar orisinal. Kehadiran teks bukan lagi suatu keharusan karena ada unsur ''motion'' yang bisa dipertimbangkan sebagai jati diri komik lainnya.
 
Karena itu di dalam istilah komik klasik indonesia, cerita bergambar, tak lagi harus bergantung kepada cerita tertulis. Hal ini disebut Eisner sebagai ''graphic narration'' (terutama di dalam [[film]] dan komik).
 
== Posisi komik di dalam seni rupa ==