Kerajaan Selaparang: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 9:
Betara Nala memiliki seorang putra bernama '''Deneq Mas Putra Pengendeng Segara Katon Rambitan''' yang bernama asli '''Sayyid 'Abdrurrahman'''. Beliau ini dikenal pula dengan nama [[Wali Nyatok]], seorang muballigh dan [[Wali|Wali Allah]]. Kata ''"Nyatoq"'' artinya Nyata. Ia disebut sebagai pendiri [[Kerajaan Kayangan]] yang merupakan cikal bakal Kerajaan Selaparang. Namun, karena ketinggian ilmu tarekatnya ([[thariqah]]), maka beliau memilih untuk mengundurkan diri dari panggung Kerajaan Kayangan dan kemudian menetap di desa [[Rambitan]], [[Lombok Tengah]], sebagai penyebar agama Islam di wilayah ini.<ref>{{id}} Lalu Djelenga. ''Keris di Lombok''. Mataram. 2002. Yayasan Pusaka Selaparang. hlm. 20.</ref> '''Wali Nyatok''' ini di Pulau [[Bali]] terkenal dengan nama '''Pedanda Sakti Wawu Rauh''' atau '''Dang Hyang Dwijendra'''. Adapun di [[Sumbawa]] terkenal dengan nama '''Tuan Semeru''', sedangkan di [[Pulau]] [[Jawa]] beliau bernama '''Aji Duta Semu''' atau '''Pangeran Sangupati'''. Wali Nyatoq dikenal juga di Lombok dengan nama '''Datu Pangeran Djajing Sorga''' yang dipercaya datang dari [[Majapahit]], Kabangan, [[Jawa Timur]], untuk menyebarkan agama Islam. Ia mengarang kitab Jatiswara, Prembonan, Lampanan Wayang, Tashawwuf dan Fiqh. Dalam proses menyebarkan agama Islam, salah satu media yang digunakannya adalah [[Wayang]], sebagaimana yang dilakukan pula oleh [[Sunan Kalijaga]]. Adapun bentuk mistik [[Islam]] yang dibawanya merupakan kombinasi ([[sinkretisme]]) antara mistisme Islam ([[Sufisme]]) dengan salah satu ajaran filsafat [[Hindu]], yaitu [[Advaita Vedanta]].<ref>{{id}} Usri Indah Handayani. ''Peninggalan Sejarah dan Kepurbakalaan Nusa Tenggara Barat''. Mataram. 2004. Museum Negri Prov NTB.</ref>
Kembali ke soal Kerajaan Selaparang dan Ghaus 'Abdurrazzāq. Tidak diketahui secara pasti kapan tepatnya beliau masuk ke [[Pulau Lombok]]. Namun pendapat terkuat menyebutkan bahwa beliau datang ke [[Pulau Lombok]] untuk pertama kalinya sekitar tahun 600-an [[Hijriyah]] atau [[abad ke-13]] [[Masehi]] (antara tahun 1201 hingga 1300 [[Masehi]]). Ghaus 'Abdurrazzāq mendarat di [[Lombok Utara]] yang disebut dengan [[Bayan]]. Beliaupun menetap dan berda'wah di sana. Beliau kemudian menikah dan lahirlahi tiga orang anak, ya'ni '''Sayyid Umar''', yang kemudian menjadi datu
Kemudian Ghaus 'Abdurrazzāq menikah lagi dengan seorang putri dari [[Kerajaan Sasak]] yang melahirkan dua orang anak, ya'ni seorang putra bernama '''Sayyid Zulqarnain''' (dikenal juga dengan sebutan '''Syaikh 'Abdurrahman''') atau disebut pula dengan '''Ghaos 'Abdurrahman''', dan seorang putri bernama '''Syarifah Lathifah''' yang dijuluki dengan '''Denda Rabi'ah'''. Sayyid Zulqarnain inilah yang kemudian mendirikan Kerajaan Selaparang sekaligus pula sebagai [[Datu]] (raja) pertama dengan gelar Datu Selaparang atau Sulthan Rinjani.<ref>{{fr}} Galih Widjil Pangarsa. ''Les mosquees de Lombok: Evolution architecturale et diffusion de l'islam''. Archipel No 44, EHESS. Paris, 1992.</ref>
|