Nambi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Kenrick95Bot (bicara | kontrib)
k Bot: Penggantian teks otomatis (-di tahun +pada tahun)
Baris 15:
Menurut ''Kidung Panji Wijayakrama'' dan ''Kidung Ranggalawe'', pengangkatan Nambi inilah yang memicu terjadinya pemberontakan [[Ranggalawe]] di [[Tuban]] tahun [[1295]]. Ranggalawe merasa tidak puas atas keputusan tersebut karena Nambi dianggap kurang berjasa dalam peperangan. Atas izin Raden Wijaya, Nambi berangkat memimpin pasukan Majapahit menyerang Tuban. Dalam perang itu, Ranggalawe mati di tangan [[Kebo Anabrang]].
 
Menurut <nowiki>[[Mansur Hidayat]]</nowiki>, penulis sejarah , Arya Wiraraja dan Lamajang Tigang Juru ini, Nambi adalah salah seoarang putra Arya Wiraraja yang tetap ikut berperan di dalam intern kerajaan Majapahit. Pengangkatannya sebagai Maha Patih tidak disetujui oleh saudaranya sendiri yaitu Ranggalawe yang menginginkan Sora yang merupakan paman dari pihak ibu menjadi Patih karena dinilai punya keberanian. Akibat perang Ranggalawe ini, Ranggalawe yang merupakan seoarang putra kesayangan Arya Wiraraja gugur , sehingga menjadikan aahnya bersedih dan sangat marah. Arya Wiraraja kemudian membangun ibu kota berbenteng yang kemudian dikenal dengan nama Arnon atau Kuto Renon ang dalam bahasa Jawa kuno adalah "Kuto artinya kota berbenteng" dan "Renon atau Renu artinya marah". Jadi Kutorenon sendiri berarti sebuah ibu kota berbenteng ang dibangun karena marah. Akibat kejadian ini Nambi pun tidak diterima oleh Arya Wiraraja sampai masa sakitnya dipada tahun 1314 Masehi.
 
Di dalam pemerintahan Majapahit sendiri, Mpu Nambi adalah salah seorang pendukung setia Wangsa Rajasa, sehingga ketika Prabu Jayanagara naik tahta dan menyingkirkan Tribuwana Tunggadewi, Mpu Nambilah yang berada di garda depan untuk menentangnya. Hal inilah yang membuat hubungan kedua petinggi Majapahit itu menjadi renggang dan kemudian dimanfaatkan oleh seorang tokoh bernama Mahapati.