Iodometri: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 24:
karena zat pereduksi ditentukan dengan titrasi menggunakan larutan iod, maka dalam penentuan zat pengoksidasi didasarkan pada reduksi oleh ion I<sup>-</sup> sehingga harus digunakan larutan KI untuk titrasi. namun kenyataanya titrasi ini tidak dapat dijalankan karen auntuk menentukan titik ekivalenya tidak mungkin. ketika oksidator seperi K2Cr2O7 dititrasi dengan laruta KI, menurut reaksi berikut:<br />
 
:K<sub>2</sub>Cr<sub>2</sub>O<sub>7</sub> + 6KI + 14HCL → 3I<sub>2</sub> + 8 KCl + 2 CrCl<sub>3</sub> + 7H<sub>2</sub>O
akhir reaksi ditandai oleh penghentian pelepasa iod. namun keadaan tersebut tidak dapat diamati. ketika larutan digunakan sebagai indikator, pengamatan I<sub>2</sub> yang muncul dapat terpantau dengan mudah (warna biru) namun bukan ketika ercapai pembentukan I<sub>2</sub> pertama kali.
dalam kasus ini digunaan metoda substitusi tidak langsung, yaitu pada campuran kalium iodida dan larutan asam (dalam jumlah berlebih) ditambahkan dengan volume tertentu oksidator yang akan ditentukan (sebagai contoh larutan K<sub>2</sub>Cr<sub>2</sub>O<sub>7</sub> ). kemudian dibiarkan sekitar 5 menit untuk menyelesaikan reaksi tersebut. selanjutnya ion yang dilepaskan dititrasi denga tiosulfat. banyaknya grek iod ekivalen dan grek tiosulfat akan sama dengan zat pengoksidasi (K<sub>2</sub>Cr<sub>2</sub>O<sub>7</sub>). karena itu meski penentuan K<sub>2</sub>Cr<sub>2</sub>O<sub>7</sub> dan Na<sub>2</sub>S<sub>2</sub>O<sub>3</sub> masing-masing tidak bereaksi langsung, namun banyaknya akan ekivalen, dengan perhitungan berikut<br />