Ahmad Yani: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k clean up, replaced: karir → karier, Karir → Karier using AWB
Baris 29:
Pada tahun 1943, ia bergabung dengan tentara yang disponsori Jepang [[Pembela Tanah Air|Peta (Pembela Tanah Air)]], dan menjalani pelatihan lebih lanjut di [[Kota Magelang|Magelang]]. Setelah menyelesaikan pelatihan ini, Yani meminta untuk dilatih sebagai komandan peleton Peta dan dipindahkan ke [[Kota Bogor|Bogor]], [[Jawa Barat]] untuk menerima pelatihan. Setelah selesai, ia dikirim kembali ke [[Kota Magelang|Magelang]] sebagai instruktur.
 
==Karier militer==
==Karir dengan Militer Indonesia==
[[Image:Yani1958.jpg|left|thumb|Kolonel Yani memimpin briefing pada {{death date and age|1958|4|12|1922|6|19}} selama "Operasi Agustus 17'']]
 
Setelah [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia|Kemerdekaan]] Yani bergabung dengan tentara republik yang masih muda dan berjuang melawan Belanda. Selama bulan-bulan pertama setelah Deklarasi Kemerdekaan, Yani membentuk batalion dengan dirinya sebagai Komandan dan memimpin kepada kemenangan melawan [[Britania Raya|Inggris]] di Magelang. Yani kemudian diikuti ini dengan berhasil mempertahankan Magelang melawan Belanda ketika ia mencoba untuk mengambil alih kota, mendapat julukan "Juruselamat Magelang". Sorot lain yang menonjol karirkarier Yani selama periode ini adalah serangkaian serangan gerilya yang diluncurkan pada awal 1949 untuk mengalihkan perhatian Belanda sementara Letnan Kolonel [[Soeharto]] dipersiapkan untuk Serangan Umum 1 Maret yang diarahkan pada [[Kota Yogyakarta|Yogyakarta]].
 
Setelah Kemerdekaan Indonesia diakui oleh Belanda, Yani dipindahkan ke [[Kota Tegal|Tegal]], [[Jawa Tengah]]. Pada tahun 1952, ia dipanggil kembali beraksi untuk melawan [[Negara Islam Indonesia|Darul Islam]], sebuah kelompok pemberontak yang berusaha untuk mendirikan sebuah teokrasi di Indonesia. Untuk menghadapi kelompok pemberontak ini, Yani membentuk sebuah kelompok pasukan khusus yang disebut'' The Banteng Raiders''. Keputusan untuk memanggil Yani dividen dibayar dan selama 3 tahun ke depan, pasukan Darul Islam di [[Jawa Tengah]] menderita satu kekalahan demi satu.