Islam di Jepang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Ibensis (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Ibensis (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 24:
Saat [[Perang Dunia II]], salah satu "Ledakan Islam" dimulai oleh kelompok militer di Jepang melalui pendirian pusat-pusat studi untuk mengkaji Islam dan Dunia Muslim. Pilot-pilot tempur Jepang yang pergi ke negara-negara [[Asia Tenggara]] sebagai tentara semasa Perang Dunia II diajarkan untuk mengucapkan ''"La ilaha illa Allah"'' digunakan ketika pesawat-pesawat mereka ditembak jatuh di kawasan-kawasan ini supaya mereka tidak dibunuh. Sebuah pesawat Jepang telah dikatakan ditembak jatuh dan pilotnya diamankan oleh penduduk setempat. Apabila pilot itu mengucap kata-kata "ajaib" itu, mereka merasa terharu ketika penduduk-penduduk itu berubah sikap terhadapnya, dan memperlakukannya dengan baik. Telah dikatakan bahwa pada waktu itu, lebih dari 100 buah buku dan jurnal mengenai Islam telah diterbitkan di Jepang. Bagaimanapun, pusat-pusat pengkajian ini sama sekali tidak diketuai atau diurus oleh orang-orang Muslim dan tujuannya bukan untuk penyebaran Islam. Tujuan yang sebenarnya adalah untuk menambah wawasan militer dengan pengetahuan yang diperlukan mengenai Islam dan orang Muslim karena terdapat komunitas-komunitas Muslim yang besar di kawasan-kawasan yang diduduki oleh angkatan militer Jepang di negara [[RRC]] dan negara-negara Asia Tenggara. Oleh karena itu, dengan berakhirnya perang pada tahun [[1945]], pusat-pusat pengkajian ini menghilang sama sekali.
 
Ada lagi satu "Ledakan Islam", kali ini selepas [[krisis minyak 1973]]. Media massa Jepang telah memberi penerbitan yang besar tentang Dunia Muslim, dan khususnya kepada Dunia Arab, akan pentingnya negara-negara ini terhadap [[ekonomi]] Jepang. Dengan penerbitan ini, banyak orang Jepang yang tidak mempunyai secuil pengetahuan tentang Islam mempunyai peluang untuk melihat rukun Islam ke-5, [[Haji]] di Mekah serta untuk mendengar panggilan [[Azan]] (panggilan Islam untuk Shalat) dan pembacaan [[Al-Quran]]. Selain itu banyak orang Jepang yang memeluk Islam secara terang-terangan ketika itu, terdapat juga banyak upacara Islamisasi massal yang terdiri dari berpuluh-puluh ribu orang. Bagaimanapun, selepas krisis minyak selesai, kebanyakan pemeluk Islam Jepang meninggalkan agama itu. Orang-orang [[Turki]] merupakan komunitas Muslim yang terbesar di Jepang hingga akhir-akhir ini.{{fact}}
 
== Era Modern ==
Orang-orangDi [[Turki]]masa merupakankini komunitasketika MuslimJepang menjadi salah satu tujuan pendidikan, usaha dan wisata yang terbesarpopuler, dibanyaknya Jepangpekerja, pelajar dan wisatawan muslim turut mempengaruhi hinggaperkembangan akhir-akhirIslam inidisana.{{fact}} Minister Sato, Wakil Duta Besar untuk Indonesia menyatakan: "Di Jepang pada tahun seribu sembilan ratus tiga puluhan (1930-an), hanya ada dua masjid, namun saat ini sudah terdapat lebih dari seratus masjid. Masyarakat Islam yang ada di Jepang, paling banyak orang Indoensia, kemudian orang Pakistan, Bangladesh, dan Iran. Pusat Islam dan Asosiasi Muslim Jepang di Tokyo menjadi pusat studi Islam dan Bahasa Arab bagi warga Jepang, yang banyak menarik perhatian warga muda Jepang. Saya percaya, akumulasi dari berbagai usaha yang kecil seperti ini, dapat memberi andil bagi dunia yang lebih damai."<ref name=Sato>{{cite web|url=http://www.id.emb-japan.go.jp/spmins.html |title=Ceramah oleh Minister Sato, Wakil Duta Besar untuk Indonesia “Hubungan Islam dan Jepang” |publisher=www.id.emb-japan.go.jp |date= |accessdate=2014-01-05}}</ref>
 
[[Kyoto]], berencana menjadi kota yang ramah terhadap muslim. Pasca pembebasan visa pada Juli 2013, jumlah pengunjung muslim asal Malaysia ke Jepang meningkat dan mendorong pemerintahan di Kyoto mencari cara untuk memenuhi kebutuhan mereka. Kyoto memiliki kelompok studi dibawah Asosiasi Muslim Kyoto. Asosiasi yang berdiri sejak tahun 1987 ini mengusahakan agar muslim dapat mengunjungi masjid dan beribadah di dalamnya, menyediakan ruangan dengan petunjuk arah kiblat, juga memberikan informasi terkait tempat-tempat makan halal yang di Kyoto.<ref>http://www.kyoto.travel/muslim/en/</ref><ref>{{cite web|url=http://www.japantimes.co.jp/news/2013/12/22/national/kyoto-aims-to-be-muslim-friendly-city/|title=Kyoto aims to be Muslim-friendly city|publisher=www.japantimes.co.jp|date=2013-12-22|accessdate=2014-01-11}}</ref>
 
=== Persatuan Muslim Jepang ===
Baris 51 ⟶ 54:
 
== Referensi ==
===; Catatan kaki ===
{{reflist}}
===; Bacaan lanjutan ===
* Islam in Japan: It's past, present and future. Islamic Centre Japan, 1980.
* Arabia, Jilid 5, No. 54. Februari 1986/Jamad al-Awal 1406.