Arya Kenceng: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Migrasi 1 pranala interwiki, karena telah disediakan oleh Wikidata pada item d:q12472584 |
k clean up, replaced: Propinsi → Provinsi using AWB |
||
Baris 5:
== Sejarah ==
Pada tahun Isaka 1203 (1281 M) dari negeri Cina datang dua orang putri Raja Ming/Miao Li yang dikenal dengan Mauliwarma Dewa keturunan Thong (Raja Miao Ciang)/Raja Li, Kerajaan Ming artinya Sinar/Surya,wilayah Cina waktu itu Campa/Melayu, Singapura atau Temasek hingga laut Cina Selatan (Nan Hay). Belakangan berhasil di satukan Madjapahit dan Cina di kuasai dinasty Cing/Ming karena Mongol/Khan sudah runtuh, makanya kita disebut bangsa “Indo-Cina” yang jadi cikal bakal bangsa Indonesia.jadi orang yang tinggal di daratan Cina hingga ujung selatan (Melayu) disebut orang Indo-Cina. Daratan Cina ke utara bernama “Mantjupai”. Madjapahit pun simbolnya Surya/Sinar, sedangkan simbol Raja adalah Macan putih. Dua Putri Raja Ming/Miao LI tersebut datang lengkap dengan dayang-dayang, pengawal,para suhu dan lain-lain, kedua putri tersebut adalah “Dara Jingga” dan adiknya “Dara Petak” (Putih), keadatangan Putri Cina ini pada zaman Kerajaan Singhasari yaitu pada masa pemerintahan Sri Kerthanegara/Bathara Siwa tahun isaka 1190-1214 atau tahun (1268-1292 Masehi).
Putri Dara Petak bergelar “Maheswari” diperistri oleh Sri Jayabaya atau Prabu Brawijaya I/Bhre Wijaya/Raden Wijaya, Raja Madjapahit pertama yang juga bergelar “Sri Kertha Rajasa Jaya Wisnu Wardana” pada tahun isaka 1216-1231 atau tahun (1294-1309 Masehi) yang selanjutnya menurunkan Prethi Santana/keturunan bernama “Kala Gemet” yang menjadi Raja Madjapahit kedua pada tahun 1309-1328 M, yang bergelar “Jaya Negara”. Sedangkan Putri '''Dara Jingga''' yang bergelar Indreswari atau Li Yu Lan atau Sri Tinuhanengpura (yang dituakan di Pura Singosari dan Madjapahit) diperistri oleh Sri Jayasabha yang bergelar Sri Wilatikta Brahmaraja I atau Hyang Wisesa. Gelar Li adalah dari Raja Tong “Li Ti” (Li Wang Ti) yang mengirim Putri Macan Putih ke Kahuripan, Sri Jayasabha adalah pembesar Singosari dengan pangkat “Maha Menteri”. Putri Dara Jingga dalam lontar dikenal, yang berbunyi: Dara Jingga arabi Dewa Sang Bathara Adwaya Brahma yang selanjutnya menurunkan putra sebanyak enam orang laki-laki yaitu: Sri Cakradara, Arya Dhamar (yang disebut juga dengan Arya Teja alias Kiyayi Nala atau Adityawarman), Arya Kenceng, Arya Kuthawaringin, Arya Sentong dan Arya Pudak yang kemudian menjadi Penguasa/Raja Di Bali <ref>{{id}}http://www.majapahit-masakini.co.cc/2009/04/sejarah-ibu-majapahit-nusantara.html</ref>.
Baris 12:
=== Datang di Bali ===
Pada tahun 1342, pasukan perang Kerajaan Majapahit yang dipimpin oleh [[Gajah Mada]] selaku Panglima Perang Tertinggi, dibantu oleh Wakil Panglima Perang yang bernama [[Arya Damar]], serta beberapa Perwira antara lain,
* Induk pasukan dipimpin oleh Gajah Mada, penyerbuan dan pendaratan dipantai Timur Pulau Bali.
* Arya Damar dengan kekuatan 20.000 orang tentara Palembang mengadakan pendaratan dipantai Utara Pulau Bali.
* Tentara Sunda (Jawa Barat) yang berjumlah 20.000 orang, dipimpin oleh Adipati Takung dengan dibantu oleh tentara bawahan bernama Lagut, mengadakan pendaratan dipantai Barat Pulau Bali.
* Pendaratan dipantai Bali Selatan, dilakukan serentak oleh 6 Perwira, masing-masing dibawah pimpinan: '''Arya Kenceng''', Arya Sentong, Arya Bleteng, Arya Belog, Arya Pengalasan dan Arya Kanuruhan. Mereka masing-masing memimpin lebih kurang 15.000 orang<ref>Buku “Riwayat Pulau Bali Dari Dzaman Ke Dzaman”, Disusun oleh: I Made Subaga, Gianyar - Bali</ref>.
Setelah Kerajaan Bedulu ditaklukan, oleh raja Kerajaan Majapahit Ratu [[Tribhuwana Tungga Dewi]], Selanjutnya Gajah Mada membagi daerah kekuasaan kepada beberapa Arya, salah satunya Arya Kenceng diberikan memimpin daerah Tabanan yang Kerajaannya berada di Pucangan/Buahan [[Tabanan]], dengan rakyat sebanyak 40.000 orang<ref>Babad Arya Tabanan, Kantor Dokumentasi Budaya Bali
* Batas Timur: Sungai Panahan
* Batas Barat: Sungai Sapwan
* Batas Utara: Gunung Batukaru
* Batas Selatan: Daerah Sanda, Kerambitan, Blumbang, Tanggun Titi dan Bajra
Pada tahun 1343 M beliau membuat istana disebuah desa yang bernama Desa Pucangan atau Buwahan, lengkap dengan Taman Sari di sebelah Tenggara Istana. Beliau memerintah dengan bijaksana sehingga keadaan daerah Tabanan menjadi aman sentosa.
Arya Kenceng mengambil istri putri keturunan brahmana yang bertempat tinggal di Ketepeng Reges yaitu suatu daerah di Pasuruan yang merupakan wilayah kekuasaan Kerajaan Majapahit. Arya Kenceng memperistri putri kedua dari brahmana tersebut sedangkan putri yang sulung diperistri oleh Dalem Ketut Sri Kresna Kepakisan dari Puri Samprangan dan putri yang bungsu diperistri oleh Arya Sentong.
Arya Kenceng sebagai kepala pemerintahan di daerah Tabanan bergelar Nararya Anglurah Tabanan, sangat pandai membawa diri sehingga sangat disayang oleh kakak iparnya Dalem Samprangan. Dalam mengatur pemerintahan beliau sangat bijaksana sehingga oleh Dalem Samprangan beliau diangkat menjadi Menteri Utama. Karena posisi beliau sebagai Menteri Utama, maka hampir setiap waktu beliau selalu berada disamping Dalem Samprangan. Arya Kenceng sangat diandalkan untuk memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi oleh Dalem Samprangan, karena jasanya tersebut maka Dalem Samprangan bermaksud mengadakan pertemuan dengan semua Arya di Bali. Dalam pertemuan tersebut Dalem Samprangan menyampaikan maksud dan tujuan pertemuan tersebut tiada lain untuk memberikan penghargaan kepada Arya Kenceng atas pengabdiannya selama ini.
{{quote|"Wahai dinda Arya Kenceng, demikian besar kepercayaanku kepadamu, aku sangat yakin akan pengabdianmu yang tulus dan ikhlas dan sebagai tanda terima kasihku, kini aku sampaikan wasiat utama kepada dinda dari sekarang sampai seterusnya dari anak cucu sampai buyut dinda supaya tetap saling cinta mencintai dengan keturunanku juga sampai anak cucu dan buyut. Dinda saya berikan hak untuk mengatur tinggi rendahnya kedudukan derajat kebangsawanan (catur jadma), berat ringannya denda dan hukuman yang harus diberikan pada para durjana. Dinda juga saya berikan hak untuk mengatur para Arya di Bali, siapapun tidak boleh menentang perintah dinda dan para Arya harus tunduk pada perintah dinda. Dalam tatacara pengabenan atau pembakaran jenasah (atiwatiwa) ada 3 upacara yang utama yaitu Bandhusa, Nagabanda dan wadah atau Bade bertingkat sebelas. Dinda saya ijinkan menggunakan Bade bertingkat sebelas. Selain dari pada itu sebanyak banyaknya upacara adinda berhak memakainya sebab dinda adalah keturunan kesatriya, bagaikan para dewata dibawah pengaturan Hyang Pramesti Guru. Demikianlah penghargaan yang kanda berikan kepada adinda karena pengadian dinda yang tulus sebagai Mentri utama."}}
Baris 38:
Berputra:
1. Dewa Raka/Magada Prabu.
Beliau tidak berminat menjadi raja, melaksanakan kehidupan kepanditaan dan mengangkat 5 orang anak asuh (putra upon-upon):
Baris 46:
* Ki Bendesa di Tajen
* Ki Tegehan di Buahan
2. '''Dewa Made/Megada Nata'''
3. Kiayi Tegeh Kori
Baris 74 ⟶ 72:
*3. Kyai Ayu Mimba / Kyai Ayu Tegeh ( Beliau yang menikah Ke Kawya Pura /Puri Mengwi )
4. Nyai Luh Tegeh
Baris 98 ⟶ 95:
* '''7.''' Ki Gusti Ketut Lebah
* '''8. Kiayi Ketut Pucangan/Sirarya Notor Wandira, Menjadi Raja di Badung''', Selanjutnya Menurunkan Raja-Raja dan Pratisentana Arya Kenceng di Badung
'''III. Shri Arya Ngurah Langwang, Raja Tabanan ke III'''
Baris 104 ⟶ 100:
Beliau memindahkan Kerajaan beserta Batur Kawitannya dari Pucangan ke Puri Agung Tabanan''' dan semenjak itu pula Arya Ngurah Langwang, saudara-saudaranya (Ki Gusti Made Utara, Ki Gusti Nyoman Pascima dan Ki Gusti Wetaning Pangkung) dan seketurunannya berpura kawitan di '''Pura Batur''' di Puri Singasana Tabanan ([[Puri Agung Tabanan]] ).
Sedangkan bekas lahan Pura Batur di Buahan/Pucangan, diserahkan penggunaannya kepada putra upon-upon Ki Tegehan di Buahan.
Beliau berputra:
Baris 118 ⟶ 114:
** 3. Ki Gusti Mangrawos di Kesiut Kawan
** 4. Ki Gusti Mangpagla di Timpag
'''IV. Ki Gusti Ngurah Tabanan/Prabu Winalwan/Betara Mekules, Raja Tabanan ke IV dan ke VII'''
Baris 148 ⟶ 143:
* '''4.''' Raden Tumenggung, Putra yang lahir di Mataram, setelah Ki Gusti Wayahan Pamedekan ditangkap dalam perang dengan Mataram, dan diangkat sebagai mantu oleh Raja Mataram
▲'''VI. Ki Gusti Made Pamedekan, Raja Tabanan ke VI'''
Berputra:
Baris 155 ⟶ 149:
* '''2. Ki Gusti Made Dalang, Raja Tabanan ke IX'''
* '''3.''' Ni Gusti Luh Tabanan
'''VII. Sirarya Ngurah Tabanan (Betara Nisweng Penida), Raja Tabanan ke VIII'''
Baris 164 ⟶ 157:
* '''3. Ki Gusti Alit Dawuh'''
▲'''VIII. Ki Gusti Alit Dawuh/Sri Megada Sakti, Raja Tabanan ke XI'''
Berputra:
Baris 201 ⟶ 193:
Pada waktu pemerintahan Ki Gusti Alit Dawuh (Sri Megada Sakti), di Bendana Badung keturunan dari Ki Gusti Batan Ancak yang bernama Ki Gusti Nyoman Kelod tidak memproleh kedudukan di Badung, beliau kembali lagi ke Tabanan untuk kemudian dititahkan oleh raja Sri Megada Sakti bermukim di desa Pandak, sebagai penguasa daerah pantai batas kerajaan.
'''IX. Putra Sulung Sri Megada Sakti/Ida Cokorda Tabanan/Ratu Lepas Pemade, Raja Tabanan ke XII,'''
▲'''IX. Putra Sulung Sri Megada Sakti/Ida Cokorda Tabanan/Ratu Lepas Pemade, Raja Tabanan ke XII,'''
Berputra:
Baris 218 ⟶ 209:
* '''12.''' Ni Gusti Luh Beraban, Menikah dengan seorang Brahmana dari Griya Selemadeg Tabanan, melahirkan Putra yang kemudian membangun Griya Beraban. Mempunyai tugas khusus mengatur segala upacara/upakara bebantenan di Puri Agung Tabanan.
▲'''X. Ki Gusti Ngurah Sekar (Cokorda Sekar), Raja Tabanan ke XIII,'''
Berputra lahir dari Permaisuri dari Jero Subamia:
Baris 245 ⟶ 235:
* '''6.''' Ni Gusti Luh Kebon
▲'''XI. Ki Gusti Ngurah Gede (Cokorda Gede Ratu), Raja Tabanan ke XIV,'''
Berputra:
Baris 253 ⟶ 242:
* '''3.''' Ki Gusti Ketut Celuk
▲'''XII. Ki Gusti Ngurah Made Rai/Cokorda Made Rai, Raja Tabanan ke XV,'''
Berputra:
Baris 275 ⟶ 263:
* '''8.''' Kiayi Tegeh
* '''9.''' Kiayi Beng berputra Ki Gusti Wayahan Beng, Jero Beng, Jero Beng Kawan dan Jero Putu.
'''XIII. Ki Gusti Ngurah Agung (Ratu Singasana), Raja Tabanan ke XIX,'''
Baris 297 ⟶ 284:
'''8.''' Ni Sagung Ayu Rai
'''XIV. Sirarya Ngurah Tabanan (Betara Ngeluhur), Raja Tabanan ke XX''', bertahta tahun 1868 – 1903
▲'''XIV. Sirarya Ngurah Tabanan (Betara Ngeluhur), Raja Tabanan ke XX''', bertahta tahun 1868 – 1903
Berputra:
Baris 332 ⟶ 318:
penjajah Belanda tanggal 27 November 1906
▲'''XV. Ki Gusti Ngurah Rai Perang (Cokorda Rai) Raja Tabanan ke XXI''' Tahun 1903 – 1906
Tewas muput raga di denpasar pada tahun 1906, sesaat setelah '''Puputan Badung'''
Berputra:
'''Yang ikut masuk ke Puri Singasana/Agung Tabanan:'''
Baris 359 ⟶ 344:
** 3. Sagung Putri
** 4. Sagung Putra (Kawin ke Puri Dangin Tabanan)
** 5. Sagung Oka (Kawin ke Puri Pemecutan /Gede /Agung Tabanan)
* 3. Ni Sagung Made.
'''XVI. Ki Gusti Ngurah Ketut (Cokorda Ngurah Ketut), Raja Tabanan ke XXII''' dari 29 Juli 1938 - ….
▲'''XVI. Ki Gusti Ngurah Ketut (Cokorda Ngurah Ketut), Raja Tabanan ke XXII''' dari 29 Juli 1938 - ….
Berputra:
Baris 373 ⟶ 357:
* 5. I Gusti Ngurah Agung, beribu Sagung Istri Oka dari Puri Kediri Tabanan
'''XVII. I Gusti Ngurah Gede (Cokorda Ngurah Gede), Raja Tabanan ke XXIII''' dari Maret 1947 - 1986
▲'''XVII. I Gusti Ngurah Gede (Cokorda Ngurah Gede), Raja Tabanan ke XXIII''' dari Maret 1947 - 1986
Berputra:
Baris 400 ⟶ 383:
* '''22.''' I Gusti Ngurah Adi Suartawan.
'''XVIII. I Gusti Ngurah Rupawan (Ida Cokorda Anglurah Tabanan), Raja Tabanan ke XXIV''' dari 21 Maret 2008
▲'''XVIII. I Gusti Ngurah Rupawan (Ida Cokorda Anglurah Tabanan), Raja Tabanan ke XXIV''' dari 21 Maret 2008
Cokorda Anglurah Tabanan berputera:
Baris 410 ⟶ 392:
== Catatan kaki ==
{{Reflist|colwidth=30em}}
== Sumber ==
|