Kerajaan Amanatun: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
k clean up, replaced: Propinsi → Provinsi (2) using AWB |
||
Baris 1:
'''Kerajaan Amanatun''' (Onam) terletak di pulau [[Timor Barat|Timor]] bagian barat, wilayah Indonesia dan merupakan kerajaan tua. Di era kemerdekaan kerajaan Amanatun bersama kerajaan Molo (Oenam) dan kerajaan Amanuban (Banam) membentuk kabupaten [[Timor Tengah Selatan]] (dalam [[bahasa Belanda]] disebut ''Zuid Midden Timor'') dengan ibu kota [[SoE]] - [[provinsi]] [[Nusa Tenggara Timur]].
Pada tahun [[1920]] kota SoE ditetapkan menjadi ibukota ''Zuid Midden Timor'' (Timor Tengah Selatan) atas kesepakatan bersama dari ketiga Raja yakni Raja [[Lay Akun Oematan]] sebagai Raja [[Kerajaan Molo|Molo]], Raja [[Pae Nope]] sebagai Raja [[Kerajaan Amanuban|Amanuban]] dan Raja [[Kolo Banunaek]] sebagai Raja Amanatun.
Nama kota SoE sendiri sudah mulai dikenal pada tahun ±1905/1906 oleh pemerintah [[Hindia Belanda]]. Pada masa pemerintahan Belanda Kerajaan Amanuban dan Kerajaan Amanatun pernah berkantor bersama di [[Niki-niki]]. Hal ini disebabkan karena belum adanya jalan ke wilayah Amanatun dan [[Belanda]] takut ke sana.
Jauh sebelum datangnya [[bangsa]] [[Portugis]] dan [[Belanda]] di [[Indonesia]] maka kerajaan Amanatun sudah ada dan mempunyai pemerintahan sendiri yang asli.
== Arsip sejarah ==
Dalam tex [[Dao Zhi]] dari tahun [[1350]] sejak [[dinasti Sung]] sudah mengenal [[Timor]] dan ada beberapa [[pintu gerbang]] [[pelabuhan]] [[laut]] yang ramai yang dikunjungi di [[Timor]] dan salah satunya yang penting adalah di [[Batumiao-Batumean Fatumean Tun Am (Tun Am)]] yang sudah ramai dikunjungi oleh pedagang-pedagang [[Makasar]], [[Malaka]], [[Jawa]], [[India]], [[Cina]] dan kemudian [[Eropa]] seperti [[Spanyol]], [[Inggris]], [[Portugis]], [[Belanda]].
[[Timor]] (Xingcha Shenglan [[1436]]) menulis bahwa [[Timor]] ( Kih-ri Ti-mun) terletak di [[Timur]] [[Tiongkalo]] [[(Madura)]] yang mana pegunungannya ditumbuhi oleh pohon [[cendana]]. [[Pohon]] [[cendana]] ini mereka tebang dan dijadikan kayu bakar. Negara ini tidak memiliki produk lain selain [[cendana]]. Terdapat dua belas [[pelabuhan]] atau pemukiman [[pedagang]] yang masing-masing berada di bawah seorang ketua / pemimpin. Tanah pertaniannya subur dan makmur serta cuacanya hangat di siang hari dan dingin pada [[malam]] hari. Ketika kapal dagang tiba dan bersandar kaum wanita naik kekapal untuk berdagang. Barang yang diimpor adalah [[emas]], [[perak]] dan peralatan besi serta [[tembikar]]. Penduduk pribumi selalu membawa [[kayu cendana]] untuk [[barter|dibarterkan]] dengan pedagang. Mereka tidak akan melakukan barternisasi kalau [[Monarki|raja]] nya tidak hadir. Karenanya [[Monarki|raja]] selalu diminta untuk datang terlebih dahulu, ketika sebuah [[kapal]] [[dagang]] berlabuh maka [[Monarki|Raja]] akan datang ditemani oleh [[permaisuri]] dan anak-anaknya, para selir dan para pembantunya. Anggota rombongan [[Monarki|raja]] begitu banyak.
Mengenai perdagangan [[cendana]] zaman dahulu [[Oemerling]] dalam bukunya ''The [[Timor]] [[Problem]]'' menuliskan bahwa penyelidikan sumber-sumber [[Cina]] yang kuat menyatakan bahwa [[Timor]] sudah menghasilkan kayu [[cendana]] untuk pasaran [[Asia]] ratusan tahun sebelum [[Vasco da Gama]] berlayar mengelilingi [[Tanjung]] [[Pengharapan]] [[Baik]]. Inspektur [[Cina]] [[Chau Yu Kua]] pada tahun [[1225]] telah menulis bahwa [[Timor]] kaya dengan kayu [[cendana]] dan telah melakukan hubungan perdagangan dengan [[Jawa]].
[[Schrieke]] ([[1925]]) menegaskan bahwa paling lambat tahun [[1400]], atau mungkin sudah sejak sebelumnya, [[Timor]] telah dikunjungi oleh para pedagang dari [[pelabuhan-pelabuhan]] [[Jawa]] secara teratur. Para pedagang [[Islam]] dari [[India]] sejak tahun [[1400]] telah berdiam di kota pelabuhan [[jawa]] bagian [[Timur]] sehingga mereka juga telah mengadakan kontak perdagangan [[cendana]] dengan [[Timor]]. Minyak [[cendana]] sudah termasyur di [[Asia Timur]] sejak dahulu kala karena kasiatnya.
[[Greshoof]] ([[1894]]-[[1909]]) menuliskan bahwa para tabib [[Bangsa Arab|Arab]] sudah mengenal minyak cendana sejak tahun [[1000 Masehi]]. Cendana dikenal sebagai barang mewah di [[Eropa]] khususnya perusaha farmasinya. [[India]] sejak perang dunia pertama memasarkan minyak [[cendana]] ke [[Eropa]] dan lebih mengambil keuntungan besar dari [[Timor]] karena [[Timor]] saja yang menghasilkan kayu [[cendana]] - ([[Risseuw]] [[1950]]). Selain pelabuhan [[Fatumean]] / [[Batumean]] ([[Tun]] [[Am]] - Amanatun), juga ada pelabuhan dagang yang ramai dikunjungi seperti [[Kamanasa]], [[Mena]], [[Sorbian]], [[Samoro]], [[Ade]] ([[Timor]], [[Ende]] et [[Solor]] par Godinho en [[1611]])
=== Penyerangan Makasar ===
Baris 22:
=== Era Portugis - Belanda ===
Data tentang pemimpin orang [[Portugis]] [[Hitam]] [[(Topass)]] dari keluarga [[Hornay]] dan [[Da Costa]] diceritakan pernah mempunyai hubungan dengan Amanatun hingga tahun [[1749]]. [[Pater]] Antonio de Madre de Deus menulis sebuah laporan resmi tertanggal [[26]] [[April]] [[1695]] mengenai [[kekuasaan]] dan kerakusan dari [[Antonio]] [[d'Ornay]] yang menjadi penguasa saat itu [[dimana]] terjadi pengumpulan dan penjualan secara besar-besaran yang tidak terkontrol kayu [[cendana]] ke [[Batavia]] [[dimana]] pusat [[Portugis]] di [[Macao]] mengalami kerugian besar. Hingga tahun [[1620]] harga [[cendana]] 6000m -7000 pikul seharga 60000 [[Gulden]]. sedangkan harga [[lilin]] lebih mahal lagi.
Salah satu peran penting yang dibuat oleh [[Antonio d'Ornay]] adalah dia berhasil menahan kompeni [[Belanda]] untuk tidak boleh terus masuk ke pedalaman [[Timor]] sehingga berakibat misi [[Belanda]] dengan [[Protesta]] cuma ada di [[Kupang]] saja. [[Kupang]] pada saat itu bukan tempat penting dan di biarkan saja untuk dikuasai oleh [[VoC]] [[Belanda]], Batas daerah kekuasaan [[Belanda]] di [[Timor]] hingga tahun [[1661]] hanya di kota [[Kupang]] saja.[[Agama]] [[Protestan]] hanya berada di kota [[Kupang]] dan sekitarnya tidak termasuk [[Amarasi]] dan [[Amabi]], sejak kedatangan [[Belanda]] tahun [[1613]]. Mulai adanya Volksplantinng di pesisir - pesisir [[utara]] sejak awal abad ke 18 oleh [[residen]] [[Hazart]],maka agama [[Protestan]] hadir di [[Kupang]], namun [[agama]] [[Protestan]] baru memasuki pedalaman [[pulau Timor]] sejak awal [[abad]] ke 20.
Ketika [[Malaka]] jatuh ketangan [[Portugis]] pada tahun [[1511]], kemudian baru pada tahun [[1522]] bangsa [[Portugis]] tiba di [[Pulau]] [[Timor]] namun mereka tidak menetap tetapi hanya menyinggahi saja. Tercatat dalam arsip lama bahwa pada [[22]] [[januari]] [[1522]] penjelajah [[Fernando de Magelhaens|Magelhaens]] dan [[Pigafetta]] tiba dan berlabu di [[Pantai]] [[Selatan]] [[pulau]] [[Timor]] dan mengunjungi Kaiser [[Fatumean ( TUN - Amanatun)]] dan juga [[Kaiser Kamanasa]] [[(Belu)]] setelah melalui perjalanan panjang dari [[Tanjung]] [[Pengharapan]] [[Afrika]] [[Selatan]] ( Cap de Bonne Esperance)kemudian melanjutkan pelayaran [[expedisi]] ke [[Pilipina]] melewati pantai [[utara]] [[Timor]]. (Le premier voyage monde [[Magellan]] et [[Pigaffeta]] ([[1519]])
Baris 33:
Pada waktu terjadi [[perang]] [[Penfui]] pada tanggal [[11 November]] [[1749]] maka kerajaan Amanatun menjadi [[sekutu]] [[Portugis]]. Salah satu alasan terjadi [[perang]] [[Penfui]] karena para [[Monarki|Raja]] yang pro kepada [[Portugis]] tidak menghendaki adanya pembagian wilayah di [[Timor]] khususnya wilayah [[Timor]] [[Barat]] antara [[Belanda]] dengan [[Portugis]], karena akan berakibat kepada semakin jauhnya jarak yang harus ditempuh ke [[Gereja]] [[Noemuti]] kalau [[raja-raja]] ini ingin untuk beribadah ( kalau ingin membawa hulu hasil ke [[Gereja]] [[Katolik]] [[Noimuti]]).
Pembagian [[pulau Timor]] tahun [[1859]] [[Noimuti]] seakan merupakan suatu wilayah dunia [[Portugis]] di tengah-tengah wilayah [[Belanda]]. [[Gereja]] [[Noimuti]] yang sejak ratusan tahun dijadikan tempat sakral-pemali dan keramat. [[Raja-raja]] [[Timor]] [[Katolik]] yang merawat [[Gereja]] [[Noimuti]] ini, [[Uskono]] mengirim dua suku [[Tnane - Metkono]], [[Oematan]] mengirim suku [[Bani-Aot]] dan [[Arin-Kosat]], dan [[Monarki|Raja]] [[Amanatun]] mengirimkan [[Sasi-Panmissa]]. Setiap tahun pada perayaan pesta paska maka [[raja-raja]] tersebut selalu mengirimkan [[LILIN]] untuk [[gereja]] [[Noimuti]]. Di [[Noimuti]] terdapat pula empat ''tobe'' untuk bunga panen atau ''maus sufa''.
Tahun [[1701]] [[Padre]] [[M de Santo Antonio]] sebagai [[misionaris]] di [[Timor]] dan menjadi [[Uskup]] [[Malaka]] yang kemudian menetap di [[Timor]] hingga tahun [[1722]]. Setelah itu barulah [[Pater]] [[Gerado de San Jose]] menjadi [[misionaris]] di [[Timor]] hingga tahun [[1782]].Dikenal dalam sumber-sumber kuno menyebutkan bahwa pada tahun [[1711]] pemimimpin [[Toppas]] [[Dominggus]] [[da Costa]] bersama [[Dom Francisco de Taenube]] telah terjadi pertengkaran dengan [[Monarki|Raja]] [[Dom Pedro]] atau [[Monarki|Raja]] [[Tomenu]] [[Sonbay]] dari [[Oenam]] berhubungan dengan [[gereja]] [[Abi]] dan [[gereja]] [[Musi]].Sedangkan [[Monarki|Raja]] [[Sonbai Kecil]] pada waktu itu adalah [[Bawwo Leu]] tahun [[1717]].
Baris 52:
=== Perdagangan budak ===
Sumber [[VOC]] tahun [[1765]] menjelaskan tentanng ditahannya temukung Nai Nokkas karena Nai Nokkas melindungi [[budak-budak]] belian ( ate sossa) dari [[Kupang]] oleh [[Opperhof Ter Herbruggen]] mengakibatkan [[Monarki|Raja]] [[Bab'i Banu Naek]] dari Amanatun mengirim orang-orangnya sebagai utusannya ke [[Dewan]] [[Belanda]] untuk membebaskan temukung Nai Nokkas karena [[Monarki|Raja]] [[Amanatun]] berkeyakinan bahwa Nai Nokkkas tidak bersalah. [[Monarki|Raja]] [[Banunaek]] harus menebus dan melepaskan kembali temukung [[Nai Nokkas]] dengnan memberi 3,50 pikul lili, 4 orang [[budak]], dan dua puluh ikat [[Tenun|kain]] tenun kapas ke Ter Herbruggen.
[[Perdagangan]] [[terbuka]] yang menjual beli '''[[budak]]''' di[[Timor]] sesuai catatan [[Tung Hsi Kau]] tahun [[1618]] sudah mulai dilakukan. Diceritakan bahwa [[Monarki|raja]] di [[Timor]] saat melakukan suatu kunjungan maka di dalam rombongan [[Monarki|raja]] selalu disertakan juga hamba sahayanya ( Ata atau Ate ) selain [[permaisuri raja]], anak-anaknya, dan gundik-gundiknya. [[Pigafetta]] mencatat [[Atapupu]] sebagai [[pasar]] [[hamba]] sahaya. Sedangkan [[Atambua]] katanya berasal dari kata Atan atau Ata ( hamba sahaya) dan Buan ( [[Suanggi]]).
[[Zaman]] [[Portugis]] dan [[Belanda]] [[pulau Timor]] cukup dikenal sebagai gudang [[budak-budak]]. Prof P.J.Veth dalam tulisannya '''Het eiland [[Timor]]''' menyatakan bahwa residen Van Este di [[Kupang]] tahun [[1789]] memiliki ribuan [[budak]] - hamba sahaya. Tahun [[1751]] residen Van de Burg melaporkan keadaan [[Perang]] [[Penfui]] tahun [[1749]] dan sebagai lampiran dikirim juga tujuh puluh orang [[budak]] yakni 35 orang [[budak]] dibeli dari orang [[Cina]] The Tinko dan 35 orang lainnya dibeli dari orang [[Cina]] Oeijn Panko dengan harga rata-rata fl.62.
Pada masa residen Ter Herbruggen (1761) ada kebiasaan bahwa kalau seorang petugas hendak pergi ke [[Batavia]] untuk sesuatu urusan maka terlebih dahulu ia masuk ke kampung-kampung sekitar [[Kupang]] dengan membawa anjing pemburu untuk memburu dan menangkap [[manusia]]. Orang-orang yang ditangkap itu di bawa ke [[Batavia]] sebagai hadiah bagi atasan dan kenalan serta kerabat, dan yang lain dijual untuk mendapatkan [[uang]].
Baris 65:
=== Pemerintahan Residen Hazart di Timor ===
Residen [[J A Hazart]] merupakan residen [[Timor]] kelahiran [[Timor]] [[8 Agustus]] [[1773]]. Saat [[resident]] [[Hazart]] menjadi residet di [[Timor]] maka [[Monarki|raja]] [[Amanatun]] pada saat itu adalah [[Monarki|raja]] [[Muti Banunaek I]] (atau biasa disebut [[Monarki|Raja]] [[Kusat Muti]] ). [[Residen Hazart]] memerintah tahun [[1810-1811]], [[dimana]] pada tahun [[1811]] [[Nusantara]] diserahkan ke [[Inggris]] dan baru dikembalikan kepada [[Belanda]] tahun [[1816]] dan kembali [[residen Hazart]] [[berkuasa]] kembali. Banyak hal yang diperbuat [[Hazart]] saat menjadi [[residen]] [[Timor]] seperti :
- Daerah [[pertahanan]] [[VOC]] di [[pantai]] [[utara]] [[Timor]] ( Manulae hingga Pariti ) pada tahun [[1819]] dipenuhi oleh orang-orang [[Rote]] yang didatangkan oleh [[Belanda]] sebagai pagar hidup [[Belanda]] untuk mencegah serangan dari [[raja-raja]] [[Timor]] sepeti [[Amarasi]], [[Amanuban]], [[Amakono]], Amanatun.
Orang-orang [[Rote]] yang didatangkan [[Belanda]] ke [[Timor]] juga untuk menjadi tenaga kerja - [[budak]] [[Belanda]] untuk mengerjakan daerah-daerah subur / aluvial di sepanjang [[pantai]] sekitar 2000-3000 Ha untuk menghasilkan [[beras]]. Pada tahun [[1822]] [[Belanda]] juga mendatangkan lagi orang-orang [[Sabu]] ke [[Timor]] sebagai pasukan pembelah [[Belanda]] namun jumlah orang [[Sabu]] tidak sebanyak jumlah orang [[Rote]] karena karakter orang [[Sabu]] yang suka memberontak. Kemudian [[Hazart]] menjadikan [[Kupang]] sebagai [[pelabuhan terbuka]] / [[pintu gerbang]] [[Timor]]. Kemudian [[residen Hazart]] juga merebut [[Atapupu]].Tahun [[1842]] [[Resident Hazart]] juga berhasil membuka [[lalulintas]] [[jalan]] ke [[Pariti]] dan pada tahun [[1879]] dibuka lagi [[jalan]] [[Kupang]] - [[Teno]].
Sumber pendapatan [[Monarki|raja]] pada saat itu adalah [[jagung]], [[cendana]] dan [[lilin]], [[dimana]] setengah hasil [[cendana]] dan [[lilin]] digunakan oleh [[Monarki|raja]] untuk mendapatkan [[emas]]. Pada tahun [[1870]] dicatat jumlah penduduk di kerajaan Amanatun sudah melebihi 12000 jiwa.
== Hubungan Liurai-Sonbai-Banunaek ==
Disebut kerajaan Amanatun kerena [[Monarki|Rajanya]] yakni [[Banunaek]] yang bernama lengkap [[Monarki|Raja]] [[Tnai Pah Banunaek]]) - Ukuran [[alam]] , badannya [[emas]] dan semua peralatannya juga terbuat dari [[emas]]. Amanatun terdiri dari dua suku kata yaitu Ama dan Mnatu. "Ama" berarti "Bapak" dan "Mnatu" berarti [["emas"]]. Jadi Amanatun berarti ''Bapak Emas''. '''Mal Noni''' adalah [[Cap]] Emas [[Monarki|Raja]] [[Banunaek]]. [[Monarki|Raja]] [[Amanatun]] yakni Banunaek tetap menetap di [[Tun]] [[Am]] ( Amanatun ) menjaga kampung halaman Tufe Ba Noni Fae Ba Noni - Tun Am '''[[Fatu Mean]]''', sedangkan Liuray kemudian ke bagian Timur [[pulau Timor]] ( [[matahari]] terbit) Nao Neu Neno Pean Neno Bolan dan kemudian dikenal dengan [[Monarki|Raja]] [[Belu]], sedangkan [[Sonbay]] ke bagian barat [[pulau Timor]] ( matahari terbenam ) Nao Neu Neno Tesan Neno Mofun es Mutis Bab Nae Pae Neno Oenam dan kemudian dikenal dengan [[Monarki|Raja]] [[Molo / Oenam]].
Nama [[Monarki|Raja]] pertama di [[pulau]] [[Timor]] adalah [[Liuray/Liu Lay/Riyu Ray/Mean/Maromak Oan]], [[Sonbay/Boynoni/Istana Kapal]], [[Banunaek/Luku Neno]]. [[Monarki|Raja]]] Pertama di daratan [[Timor]] ini adalah [[bangsawan]] dengan keluarganya serta rombongannya tiba pertama kali di pelabuhan [[NOE FANU]], pelabuhan yang termasyur dalam [[sejarah]] penghuni dataran [[pulau Timor]] dan pulau-pulau sekitarnya. Ketiga bangsawan bersaudara pertama yang adalah [[Monarki|raja]] [[pertama]] [[Timor]] ini datang bersama dengan ayah ibu mereka.
Bangsawan ini memiliki [[gelar]] menurut [[ilmu]] pengetahuan tak ada taranya pada masa itu. [[Ilmu]] yang dimiliki bangsawan ini luar biasa luasnya. Dari Noe Fanu mula-mula mereka mengunjungi Raymas/Laynu [[Belu]].Dari laynu mengunjungi Raymea-Laymea - [[Belu]] kemudian balik mengunjungi tempat Noe Fanu. Dari Noe Fanu mengunjungi [[Tun]] [[Am]] " Persembahan di Amanatun". Di sini dinyatakan pokok ilmunya itu yaitu [[astronomi]] dan ilmu [[astrologi]]. Bangsawan ini juga memiliki [[ilmu]] penjelmaan yaitu ia mengakiri masa makan - minum mentah atau tah mate - tiun mate. [[Kehidupan]] [[nabati]], [[kehidupan]] [[hewani]] serta kehidupan insani demi kemakmuran dan kekayaan.
Sebelum meninggal ayah ketiga raja pertama di [[Timor]] ini berwasiat kepada putra-putranya kalau ia dan istrinya meninggal maka jenasahnya dijadikan persembahan kemakmuran. Putranya yang bungsu harus menerima hak bapaknya selaku [[Monarki|raja]], putra bungsu harus menjaga tempat simpanan jenasahnya turun temurun. Putra bungsu ini bernama [[LUKU NENO]] mewarisi nama bapak turunannya adalah keluarga [[Banunaek]]. Putra pertama bernama [[Mean-Maromak Oan-LIULAY-Riyu Ray]], putra kedua bernama [[Boinony-Sonbay]].
Dua [[raksasa]] yang menjadi serangkai dalam pemerintahan yaitu Riyu Ray dan Sonbay. Sedang di tengah-tengah kedua kerajaan ini ada kerajaan Amanatun sane ma lelan lene ma lelan. Di tengah-tengah kerajaan Amanatun ini terdapat suatu peringatan yaitu tempat terletak jenasah ayahnya/bundanya. Sedang di antara tempat jenasah itu terletak dan [[pelabuhan]] termasyur yaitu Noe Fanu ( bolak balik) tampak terbitnya [[matahari]] mulai [[1 Januari]] dari tempat persembahan jenasah ini yaitu Tun [[Am]] sampai ke Noe Fanu [[1 Juli]] kembali ke Tun Am [[31 Desember]]
Adapun tuturan adat mengenainya ketiga [[Monarki|raja]] pertama di [[pulau Timor]] adalah Lai Mea Lai Moe Neki Neo Fanu [[Tun]] [[Am]] [[Onam]] [[Liurai - Sonbai - Banunaek - Uis Neno]].
[[H.G.Schulte Nordholt]], dalam tulisannya the [[Political]] System of [[Atoni]] of Timor p. 391 menampilkan Pokok Sejarah di Pulau Timor terletak pada kalimat [[LIURAI - SONBAI - ABI - BANUNAEK]].
Putra pertama Mean - [[Liuray]] mendapat kedudukan di tanah [[Belu]] yakni tempat [[Betun]] atau Petu. Daerah kekuasaannya amat luas sampai keujung [[pulau Timor]]. Seluruh [[masyarakat]] dari seluruh tanah pegunungan, seluruh tanah [[Monarki|raja]] yaitu Tahuk Baria, bi Lili bi Lumalo, [[Seran]] Fahik, dari tanah miliknya yaitu Siu Bes, Lok Bes, Teut Pala, Tetu Mnanu,, Oenunuh, Oebiko, Oehale, Bas Hain, Ba Hael dan lainya. [[Tasi Feto]], Tasi Mone, [[Likosan]] ( satu [[manusia]] kepala dan muka [[manusia]] tetapi mata dan badannya [[ular]] Likusaen). [[Manusia]] ini anak dari Mean. Banyaknya wilayah tanah [[Belu]] ada tiga puluh tujuh NAIBOT wilayah [[pemerintahan]] [[Riyu Ray-Liuray]].
Putra kedua Boynoni-[[Sonbay]], bersama rombongan menyusuri pegunungan kecil dari tanah [[Belu]] hingga gunung [[Mutis]]. Ia tiba di Netnoni dan bertemu dengan istrinya putri dari [[Kune Uf]]. Tempat kedudukannya di Batu Oenam " Batu Basah". Di sinilah Sonbay membuat [[istana]] kapalnya. [[Wilayah]] kekuasaannya meliputi [[Biboki]], [[Insana]], [[Oekusi]], [[Amfoan]], [[Miomafo]], Molo (Mollo), [[Fatu Leu- Kopan]], [[Maluku]], [[Alor]], [[Pantar]], [[Sabu]], [[Rote]].
Baris 94:
Pada waktu [[Monarki|Raja]] [[Muti Banunaek II]] diasingkan ke [[Flores]] maka oleh pemerintah kolonial [[Hindia Belanda]] melakukan perpindahan batas kerajaan yang sudah ditetapkan oleh [[Monarki|Raja]] [[Liurai]] ( Belu) dengan [[Monarki|Raja]] [[Banunaek]] ( Amanatun).
Adapun perpindahan tersebut pada [[Juni 1917]] [[zaman]] [[Raja Kusa Banunaek]] [[dimana]] terjadi perpindahan batas antara kedua kerajaan tua ini yaitu perpindahan batas dari [[Betun]] ke [[We Baria Mata]] [[( Malaka )]], dan penandatanganan persehatian [[perbatasan]] ini oleh [[Belanda]] dibuat dan ditandatangani pada [[25 Juli 1917]]. Perpindahan batas ini sebagai reaksi balas dendam pemerintah [[kolonial]] [[Belanda]] terhadap raja Amanatun karena gugurnya tentara [[Belanda]] saat melakukan [[infasi]] ke Amanatun.
=== Persehatian tahun 1929 ===
Kemudian perpindahan perbatasan antara [[Kerajaan Belu]] dan Kerajaan Amanatun ini diubah lagi dengan surat persehatian tahun [[1929]] dengan akte van oversenkonmst inzake de grens tuss de landschhappen [[AMANATOEN]] ( onderafdelling zuid midden [[Timor]]) en [[BELOE]] ( onderafddeling Beloe, ddo [[20 Desember 1929]] yang disahkan dengan besluit Resident Van [[Timor]] en Onderhoorigheden ddo [[10 september 1930]], No.321.Afscrift a afschrift ditandatangani oleh [[Monarki|Raja]] [[Amanatoen]] het hoefd van Amanatoen w.g [[KOLO BANUNAEK]] dan dari pihak Beloe DE TIJD. WD. BESTUURDER VAN BELOE w.g [[SERANG ASSI FATIN]].controleur van zuid midden [[Timor]] w.g. [[Ch.Th. Weidner]], dan De fd Controleur van Beloe w.g. [[W.J. Voor]].
Sejak tahun [[1929]] hingga [[1952]] kehidupan [[sosial masyarakat]] disepanjang perbatasan kedua kerajaan tua ini tidak ada masalah bahkan khususnya daerah [[Lotas]] didiami oleh suku [[Nai Usu]] keturunan [[Raja Rabasa]] dan diperintah oleh [[Raja Umalor]] [[( LIURAI MALAKA )]]. Oleh karena suku Nai Usu tidak puas dengan kepemimpinan [[Raja Umalor]] sehingga atas permintaan [[LIURAI]] suku [[Nai Usu]] diserahkan dan dititipkan sementara kepada [[Monarki|Raja]] [[Amanatun]] untuk dibina dan dididik di wilayah Lotas dan beberapa tahun kemudian Suku Nai Usu diserahkan kembali oleh [[Raja Amanatun]] kepada [[LIURAI]] dengan maksud supaya suku Nai Usu diperintah langsung oleh [[Monarki|Raja]] [[Rabasa]].
Namun maksud tersebut ditentang oleh [[Umalor]] sehingga sebagian rakyat dari suku Nai Usu meminta kembali untuk tinggal di Lotas dan berada dibawa perintah [[Monarki|Raja]] [[Amanatun]].
Sedangkan pokok masalah terjadinya sengketa perbatasan antara [[swapraja Beloe]] dengan [[swapraja Amanatoen]] tahun [[1952]] akibat ulah dan sikap keras kepala [[Thomas Talelu]] dengan 156 kawan-kawannya untuk pindah dan tunduk membayar pajak ke [[swapraja]][[Malaka]] yang kemudian membuat marah [[fetor Noe Manumuti]] dan [[Monarki|Raja]] [[Amanatun]] sehingga Thomas Talelu dan kawan-kawannya diusir keluar dari [[Lotas]] wilayah kerajaan - swapraja) Amanatun.
=== Persetujuan Oe'lolok ===
Sengketa perbatasan antara [[Beloe]] dan Amanatun ini kemudian diupayakan untuk di selesaikan dengan dilakukan pertemuan di daerah netral [[Oelolok Swapraja Insana]] selama dua kali pertemuan. Pertemuan pertama [[29 Oktober]] [[1953]] namun ditunda pelaksanaannya pada tanggal [[10 Mai]] [[1957]] karena perkunjungan [[Gubernur]] [[Sunda Kecil]] di [[Kupang]].
Isi PERSETUJUAN OELOLOK I antara [[Kepala Daerah]] [[Swapraja Amanatun]] ( disatu pihak )dengan [[Kepala Daerah]] [[Swapraja Liurai]] ( pada pihak lain) menyetujui delapan kesepakatan yakni:
# Dalam penyelesaian "peristiwa rakyat Lotas" [[TIDAK AKAN DIGANGGU GUGAT]]" soal perbatasan antara [[Swapraja Amanatun]] dan [[swapraja]] [[Malaka]].
Baris 134:
==== Korte Veklaring ====
Ada beberapa kontrak politik / [[korte veklaring]] yang pernah ditandatangani oleh [[Raja-raja]] - Kaiser Amanatun dengan pemerintah [[Hindia]] [[Belanda]] seperti :
* 1. Tanggal [[27 Juli 1908]] Korte veklaring I diteken oleh [[Monarki|Raja]] Muti Banunaek tanggal [[14 April 1909]].
* 2. Tanggal [[22 Agustus 1910]] Korte veklaring diteken oleh [[Monarki|Raja]] [[Muti Banunaek]] tanggal [[14 Juni 1913]].
* 3. Tanggal [[30 september 1916]] Korte veklareng di teken [[Monarki|Raja]] [[Kusa Banunaek]] pada [[23 Oktober 1917]],
* 4. Tanggal [[27 april 1921]] Korte veklareng I di teken [[Monarki|Raja]] [[Kolo Banunaek]] pada [[21 Februari 1923]].
Kontrak-kontrak [[politik]] ini selalu dibuat oleh [[raja-raja]] beberapa kali sesuai dengan kebutuhan dari pemerintah kolonial [[Belanda]], hal mana posisi [[raja-raja]] selalu dipihak yang lemah.
Baris 151:
Atas kehendak dari [[Monarki|Raja]] [[Lodoweyk]] [[Lourens]] [[Don]] [[Louis]] [[Banunaek]] ([[Monarki|Raja]] [[Laka Banunaek]]) yang mana [[Monarki|raja]] ini adalah [[Monarki|raja]] terakhir kerajaan Amanatun maka [[Oinlasi]] kemudian pada tahun [[1951]] dipilih dan ditetapkan menjadi ibukota dan pusat pemerintahan swapraja Amanatun dengan pertimbangan aksesibilitas dengan [[kota]] [[SoE]]. Kota [[Oinlasi]] 46 km letaknya dari [[Kota]] [[SoE]] dan hingga kini menjadi ibu [[kota]] kecamatan [[Amanatun Selatan]].
Memasuki masa [[kemerdekaan]] [[Indonesia]] maka [[Monarki|Raja]] [[Lodoweyk]] [[Lourens]] [[Don]] [[Louis]] Banunaek kemudian menjadi [[Kepala]] [[Daerah]] Swapraja Amanatun. Yang menjadi Kepala [[Daerah]] Swapraja adalah [[Monarki|Raja]], sedangkan kalau Rajanya sudah wafat maka diangkat seorang Wakil Kepala Daerah Swapraja dari keturunan bangsawan tetapi dia bukan seorang [[Monarki|Raja]]. [[Monarki|Raja]] [[Lodoweyk.Lourens]].[[Don]].[[Louis]].[[Banunaek]] bersama dengan [[Raja-Raja]] di [[Nusa Tenggara Timur]] lainya tergabung di dalam [[Dewan]] [[Raja-Raja]] ikut berperan penting dalam pembentukan [[
=== Penghapusan Swapraja ===
Adapun istilah penggunaan kata swapraja mulai dikenal sejak mulai berlakunya [[Konstitusi]] [[Republik]] [[Indonesia]] [[Serikat]] [[1949]], sedangkan dalam pasal 18 [[UUD 1945]] [[kerajaan-kerajaan]] ini ditulis dengan ''[[Zelfbestuur Landschappen]]''.Kutipan penjelasan pasal 18 [[UUD 1945]] sebelum perubahan.Bab 18 ayat 2 Dalam teritori [[negara]] [[Indonesia]] terdapat 250 zelfbesturende landschapen dan [[Volks geemschappen]] ( [[masyarakat]] [[desa]] [[adat]]). Daerah-daerah ini mempunyai susunan asli dan oleh karenannya dianggap mempunyai susunan asli dan oleh karenanya diaanggap sebagai daerah yang bersifat [[istimewa]]. Swapraja adalah daerah pemerintahan asli yang kedudukannya berdasarkan atas [[hukum]] asli.
Oleh karena itu kedudukan swapraja dalam pemerintahan [[Hindia]] [[Belanda]] tidak sama dengan daerah [[jajahan]] atau daerah [[otonom]]. Swapraja memiliki perjanjian jelas dengan [[pemerintahan pusat]] ( pemerintah [[Hindia]] [[Belanda]]) berkaitan dengan batas-batas kewenangan dan kewajiban dan karena itu swapraja diberi status [[Zelfbestuurende Landscapen]] dalam tata negara pemerintah [[Hindia]] [[Belanda]].
Kekuasaan [[Raja - raja]] di seluruh [[wilayah]] [[Indonesia]] DIHAPUS berdasarkan keluarnya [[Undang Undang]] Nomer 18 [[Tahun]] [[1965]] tentang penghapusan swapraja di seluruh wilayah [[Indonesia]]. Namun, hal itu tidak membuat semangat [[kerajaan-kerajaan]] yang ada di [[Nusantara]] melemah, bahkan mereka tetap menjadi [[Monarki|raja]] di kalangan rakyatnya.
== Keluarga ==
Adapun [[Monarki|Raja]] Amanatun [[Loit Banunaek]] kemudian digantikan oleh Putranya sendiri yang bernama [[Monarki|Raja]] [[Muti Banunaek]] yang kemudian dikenal dengan nama [[Monarki|Raja]] [[Muti Banunaek ke II]]. [[Monarki|Raja]] [[Muti Banunaek II]] adalah putra pertama dari [[Monarki|Raja]] [[Loit Banunaek]]. Ibunda dari [[Monarki|Raja]] [[Muti Banunaek II]] berasal dari [[suku]] [[Missa]] yang adalah permaisuri dari [[Monarki|Raja]] [[Loit Banunaek]].[[Monarki|Raja]] [[Loit Banunaek]] juga mempunyai banyak kato (Isteri, dan tercatat bahwa ada dua orang kato / isteri dari berasal dari suku Missa.
Permaisuri (kato) dari [[Monarki|Raja]] [[Muti Banunaaek II]] bernama Kato bi Sopo Lassa, sedangkan [[Monarki|Raja]] [[Kolo Banunaek]] ([[Monarki|Raja]] [[Abraham]] [[Zacharias]] [[Banunaek]]) mempunyai permaisuri (Kato Naek) bernama bi [[Teni Tobe Misa]] dan mempunyai seorang putri tunggal bernama Fetnai Naek [[bi Loit Banunaek]]. Kato bi [[Teni Tobe Misa]] wafat di [[Oinlasi]] tahun [[1955]]. Makam ( Son Nate) dari permaisuri kato [[bi Teni Tobe Missa]] di [[Oinlasi]] ibukota [[kecamatan]] [[Amanatun Selatan]].
[[Monarki|Raja]] [[Kolo Banunaek]] atau [[Monarki|Raja]] [[Abraham Zacharias Banunaek]] mempunyai banyak selir dan gundik-gundik dan mereka selalu berada di dalam [[istana]] [[Monarki|Raja]] [[Kolo Banunaek]] untuk melayani hingga sekarang di [[Nunkolo]], ( ''Sonaf Pub Kollo Hae Malunat'').Selain dari gundik-gundik dan selir-selir dari [[Monarki|raja]] [[Kolo Banunaek]] yang berada di dalam sonaf [[Nunkolo]] ( [[Istana Raja]] ) juga terdapat banyak pelayan dan hamba-hamba ( ate-ate) yang selalu berada dan melayani di dalam istana dari [[Monarki|Raja]] [[Kolo Banunaek]] di [[Nunkolo]], dan hingga kini keturunan dari hamba ( ate-ate) ini masih tetap berada di sekitar lingkungan sonaf [[Nunkolo]] hingga saat ini.
[[Monarki|Raja]] [[Kolo Banunaek]] pernah berpindah agama dari [[Kristen]] [[Katolik]] menjadi [[Protestan]] dan hingga wafatnya [[Monarki|Raja]] [[Kolo Banunaek]] tetap memeluk [[agama]] [[Kristen]] [[Protestan]].Selanjutnya [[Monarki|Raja]] [[Kolo Banunaek]] juga pernah di [[SoE]] kampung Amanatun dan membuat Sonaf / Istana di sini. [[Monarki|Raja]] [[Kolo Banunaek]] juga sering disebut dengan sebutan Usi Pina Nunkolo. Pada waktu [[Monarki|Raja]] [[Kolo Banunaek]] wafat maka jenasah dari [[Monarki|Raja]] [[Kolo Banunaek]] diasapi dengan [[cendana]] lebih dari tujuh bulan di dalam lopo / Bnao Nunkolo dan kemudian barulah dimakamkan.
[[Monarki|Raja]] [[Lodoweyk Lourens Don]] [[Louis]] [[Banunaek]] mempunyai seorang permaisuri / Kato yang bernama Kato [[Fransina]] [[Afliana]] [[Banunaek]]-[[Nope]] (Funan Nope). Kato ini adalah anak pertama dari [[Monarki|Raja]] Amanuban [[Monarki|Raja]] [[Johan Paulus Nope]]. [[Monarki|Raja]] [[L.L.D.L.Banunaek]] menikah secara [[kristen]] dengan permaisurinya di [[Niki-niki]] pada tahun [[1964]].Kemudian [[Monarki|Raja]] [[Lodoweyk Lourens Don]] [[Louis]] [[Banunaek]] ( [[Monarki|Raja]] [[L.L.D.L.Banunaek]]) ini mempunyai seorang putra tunggal bernama [[Monarki|Raja]] [[Muda]] [[Don]] [[Yesriel]] [[Yohan]] [[Kusa]] [[Banunaek]] (Usif Kusa Banunaek), "Dalam [[tradisi]] [[budaya]] kerajaan / tradisi usif-usif di [[Timor]] secara umum biasa dikatakan dalam tuturan [[adat]] bahwa besi tapan mau man mof nain mas nesan nabalah". . Makam (son nain) dari [[Monarki|Raja]] Lodoweyk Lourens Don Louis Banunaek dan permaisurinya di [[Oinlasi]], [[Kabupaten]] [[Timor Tengah Selatan]], [[Provinsi]] [[Nusa Tenggara Timur]].
|