Tarian Indonesia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Menolak perubahan teks terakhir (oleh 36.83.102.218) dan mengembalikan revisi 7436851 oleh Hysocc
Baris 27:
 
== Pendukung ==
=== Tari keraton ===
[[Berkas:Tari Golek Ayun-Ayun 9.JPG|thumb|right|200px|Tari Golek Ayun-ayun, dari Keraton [[Yogyakarta]]]]
[[Berkas:Jaipongan.jpg|thumb|right|200px|Tari [[Jaipongan]], tari tradisi rakyat [[Orang Sunda|Sunda]]]]
 
Tarian di Indonesia mencerminkan sejarah panjang Indonesia. Beberapa keluarga bangsawan; berbagai istana dan keraton yang hingga kini masih bertahan di berbagai bagian Indonesia menjadi benteng pelindung dan pelestari budaya istana. Perbedaan paling jelas antara tarian istana dengan tarian rakyat tampak dalam tradisi tari Jawa. Strata masyarakat Jawa yang berlapis-lapis dan bertingkat tercermin dalam budayanya. Jika golongan bangsawan kelas atas lebih memperhatikan pada kehalusan, unsur spiritual, keluhuran, dan keadiluhungan; masyarakat kebanyakan lebih memperhatikan unsur hiburan dan sosial dari tarian. Sebagai akibatnya tarian istana lebih ketat dan memiliki seperangkat aturan dan disiplin yang dipertahankan dari generasi ke generasi, sementara tari rakyat lebih bebas, dan terbuka atas berbagai pengaruh.
 
Perlindungan kerajaan atas seni dan budaya istana umumnya digalakkan oleh pranata kerajaan sebagai penjaga dan pelindung tradisi mereka. Misalnya para Sultan dan Sunan dari [[Keraton Yogyakarta]] dan [[Keraton Surakarta]] terkenal sebagai pencipta berbagai tarian keraton lengkap dengan komposisi [[gamelan]] pengiring tarian tersebut. Tarian istana juga terdapat dalam tradisi istana Bali dan Melayu, yang bisanya—seperti di Jawa—juga menekankan pada kehalusan, keagungan dan gengsi. Tarian Istana Sumatra seperti bekas [[Kesultanan Aceh]], [[Kesultanan Deli]] di Sumatera Utara, Kesultanan Melayu Riau, dan Kesultanan Palembang di Sumatera Selatan lebih dipengaruhi budaya Islam, sementara Jawa dan Bali lebih kental akan warisan budaya Hindu-Buddhanya.
 
=== Tari rakyat ===