Beji, Taman, Pemalang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Kenrick95Bot (bicara | kontrib)
k Bot: Penggantian teks otomatis (- asal-usul + asal usul )
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 16:
 
== Bahasa ==
Dari segi bahasa, Kelurahan Beji ini unik, karena merupakan tempat bertemunya dialek [[Pemalangan]] dan dialek [[Pekalongan]]. Di mana dialek pemalangan mulai dari perbatasan [[Tegal]] ke timur sampai [[Ulujami]] merupakan dialek yang khas dan berbeda-beda. Kalau dari arah barat perbatasan Pemalang-Tegal dialeknya cenderung mengalun dan seperti dialek Tegalan, di Kelurahan Beji ini mulai berubah [[Banyumasan (semua pakai ''ngapak-ngapak''bahasa)|Banyumasan]] namun tidak mengalun namun cepat dan datar. Dialek yang agak berbeda mulai dari Kelurahan Beji ke timur ke arah Petarukan, dialek Petarukan sudah mulai terpengaruh dialek Pekalongan. Maka bisa dikatakan Kelurahan Beji memiliki dialek yang berbeda dengan Kota Pemalang dan Petarukan.
 
== Letak dan Keadaan Alam ==
Baris 50:
 
== Sosial Budaya ==
Masyarakat Beji adalah pendukung kebudayaan Jawa. Sebagaimana masyarakat pendukung kebudayaan Jawa lainnya, mereka dalam berkomunikasi juga menggunakan bahasa Jawa. Akan tetapi, dengan dialek yang khas (termasuk dalam kategori dialek “Banyumasan”). Dialeknya yang khas inilah (berbeda dengan orang Yogya dan Solo) yang kemudian membuat orang Beji sering disebut sebagai “Wong Ngapak”, karena jika mengucapkan kata-kata tertentu, “bapak” misalnya, maka pengucapan huruf “k”-nya sangat kental (kentara). Hal ini berbeda dengan orang Jawa-Yogya dan Jawa-Solo yang pengucapan huruf “k”-nya “nyaris tak terdengar” (pinjam istilah iklan Isuzu Panther). Selain itu, ada juga yang menyebutnya sebagai “Jawa Kowek” dan “Jawa Reang”. Bisa jadi, sebutan yang terakhir sangat erat kaitannya dengan suara yang relatif keras dan irama yang relatif cepat, sehingga memberi kesan berisik (reang). Hal ini berbeda dengan suara dan irama orang Jawa-Jogya dan Jawa-Solo yang relatif lembut dan lambat dalam bertutur dan atau bertegur sapa, sehingga terkesan teduh dan tidak berisik (halus). Oleh karena itu, masyarakat Beji menyebut bahasa Jawa yang diucapkan oleh orang Yogya dan Solo adalah bandek, yaitu suatu istilah untuk bahasa Jawa yang halus.
 
Prinsip keturunan yang dianut oleh masyarakat Beji adalah bilateral, yaitu suatu sistem penarikan garis keturunan melalui nenek-moyang laki-laki dan perempuan secara serentak. Artinya, yang dianggap sebagai kerabatnya adalah kerabat dari pihak laki-laki dan pihak perempuan. Sedangkan, istilah yang digunakan untuk menyebut dan atau menyapa kerabatnya antara lain: bapak (istilah untuk menyebut orang tua laki-laki), sima (istilah untuk menyebut orang tua perempuan), side lanang (istilah yang digunakan untuk menyebut orang tua laki-laki ayah dan ibu), side wadon (istilah yang digunakan untuk menyebut orang tua perempuan ayah dan ibu), lek atau paman (istilah yang digunakan untuk menyebut adik laki-laki ayah dan ibu), bibi (istilah yang digunakan untuk menyebut adik perempuan ayah dan ibu), kakang (istilah yang digunakan untuk menyebut saudara tua laki-laki), mbakyu (istilah yang digunakan untuk menyebut saudara tua perempuan), dan edi (istilah yang digunakan untuk menyebut saudara muda baik laki-laki maupun perempuan).