Kabupaten Aceh Besar: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 12:
|kelurahan = 609
|kodearea = 0651
|motto = Putoh Ngon Mufakat, Kuwat Ngon Meuseuraya
|koordinat = {{coord|5.3672|95.5312|region:ID_type:city}}
| dau = Rp. 618.323.628.000.-
Baris 28:
== Sejarah ==
Pada waktu Aceh masih sebagai sebuah kerajaan, yang dimaksud dengan Aceh atau [[Kerajaan Aceh]] adalah wilayah yang sekarang dikenal dengan nama Kabupaten Aceh Besar ditambah dengan beberapa kenegerian/daerah yang telah menjadi bagian dari [[Kabupaten Pidie]]. Selain itu, juga termasuk [[Pulau Weh]] (sekarang telah menjadi pemerintah [[kota Sabang]]), sebagian wilayah pemerintah [[kota Banda Aceh]], dan beberapa kenegerian/daerah dari wilayah [[Kabupaten Aceh Barat]]. Aceh Besar dalam istilah [[Bahasa Aceh|Aceh]] disebut ''Aceh Rayeuk''. Penyebutan Aceh Rayeuk sebagai Aceh yang sebenarnya karena daerah inilah yang pada mulanya menjadi inti Kerajaan Aceh dan juga karena di situlah terletak ibukota kerjaaan yang bernama Bandar Aceh atau Bandar Aceh Darussalam. Untuk nama Aceh Rayeuk ada juga yang menamakan dengan sebutan '''Aceh Lhee Sagoe''' (''Aceh Tiga Sagi'').<ref name="sekilas">[http://www.nad.go.id/index.php?option=isi&task=view&id=286&Itemid=96 Sekilas tentang Aceh Besar di situs NAD]</ref>
[[Berkas:8957.jpg|jmpl|ki|300px|[[Bandara Sultan Iskandar Muda]] di [[Blang Bintang, Aceh Besar|Blang Bintang]]]]
Sebelum dikeluarkannya Undang-Undang Darurat Nomor 7 Tahun 1956, Kabupaten Aceh Besar merupakan daerah yang terdiri dari tiga [[kawedanan]], yaitu Kawedanan Seulimum, Kawedanan Lhoknga dan Kawedanan Sabang. Akhirnya dengan perjuangan yang panjang Kabupaten Aceh besar disahkan menjadi daerah otonom melalui Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1956 dengan ibu kotanya pada waktu itu adalah Banda Aceh dan juga merupakan wilayah hukum Kotamadya [[Banda Aceh]].
Baris 84 ⟶ 86:
== Pariwisata ==
=== Wisata Sejarah ===
[[Berkas:Meuseujid Indra Puri.JPG|jmpl|300px|Masjid Kuno Indrapuri]]
* '''Rumah Cut Nyak Dhien'''. Pada mulanya merupakan tempat tinggal [[Cut Nyak Dhien]]. Di dalamnya berisi koleksi sejarah Aceh yang dikelola dan dirawat oleh Pemerintah Kabupaten Aceh Besar. Hanya pondasi yang asli dari bangunan ini, sedangkan yang berdiri sekarang ini adalah hasil renovasi bangunan yang sebelumnya telah dibakar oleh Belanda.<ref name="budaya">[http://www.nad.go.id/index.php?option=isi&task=view&id=2630&Itemid=401 Wisata Budaya Aceh Besar di situs NAD]</ref>
* '''[[Masjid
* '''Kuta Indra Patra'''. Benteng ini terletak ± 19 km dari Banda Aceh arah ke Krueng Raya, dekat Pantai Ujong Batee. Menurut riwayat dibangun pada masa pra Islam di Aceh yaitu pada masa Kerajaan Hindu, Indra Patra. Namun ada sumber yang menyebutkan bahwa benteng ini dibangun pada masa [[Kesultanan Aceh Darussalam]] dalam upaya menahan serangan [[Portugis]]. Benteng ini sangat besar fungsinya pada zaman [[Sultan Iskandar Muda]] yang angkatan lautnya terkenal kuat di Asia Tenggara.<ref name="budaya"/>
* '''Makam [[Laksamana Malahayati]]''', terletak sekitar 32 km dari Kota Banda Aceh. Ia adalah seorang [[laksamana]] wanita pertama di dunia modern yang memimpin armada laut pada masa pemerintahan [[Sultan Saidil Mukammil Alauddin Riayat Syah IV]].<ref name="budaya"/>
[[Berkas:Gl%C3%A9Uj%C3%B4ngPancu.JPG|thumb|300px|Sebuah pemandangan di Ujông Pancu, [[Peukan Bada, Aceh Besar|Peukan Bada]]]]▼
* '''[[Perpustakaan Kuno Tanoh Abee]]''', terdapat di Desa [[Tanoh Abee, Seulimeum, Aceh Besar|Tanoh Abee]] di kaki Gunung Seulawah, Aceh Besar. Perpustakaan Tanoh Abee terletak di dalam kompleks Dayah Tanoh Abee yang didirikan oleh keluarga Fairus yang mencapai klimaks kejayaannya pada masa pimpinan Syekh Abdul Wahab yang terkenal dengan sebutan [[Teungku Chik Tanoh Abee]]. Ia meninggal pada tahun [[1894]] dan dimakamkan di Tanoh Abee. Pengumpulan naskah (manuskrip) Dayah Tanoh Abee telah dimulai sejak Syekh Abdul Rahim, kakek dari Syekh Abdul Wahab. Naskah yang terakhir ditulis pada masa Syekh Muhammad Sa’id, anak Syekh Abdul Wahab yang meninggal dunia pada tahun [[1901]] di Banda Aceh, dalam tahanan Belanda.<ref name="budaya"/>
Baris 102 ⟶ 103:
=== Wisata alam ===
[[Berkas:
* Pantai [[Lhoknga, Aceh Besar|Lhok Nga]]
Baris 118 ⟶ 119:
* Pemandian alam di Brayeun [[Leupung, Aceh Besar|Leupung]]
== Makanan khas ==▼
Kabupaten Aceh Besar terkenal dengan salah satu makanan khasnya, yakni Bolu manis ala Aceh yang terkonsentrasi di kecamatan Peukan Bada. Bolu ini terkenal dengan citarasanya yang khas, namun kesulitan pengembangan karena kendala dana selain kondisi yang belum sepenuhnya stabil. Selain itu ada pula [[gulai]] kambing ([[kari]]) dan ayam tangkap yang terkenal kelezatannya serta Sie rebuh (daging Rebus) dan asam keu eung (asam pedas).▼
<gallery widths=175px heights=175px>
▲
Berkas:Waduk Keuliling,Kuta Cot Glie, Aceh Besar, Indonesia.jpg|Waduk Keuliling di [[Kuta Cot Glie, Aceh Besar|Kuta Cot Glie]]
Berkas:Pant%C3%A9Uj%C3%B4ngPancu.JPG|Lhok Mata Ie, [[Peukan Bada, Aceh Besar|Peukan Bada]]
File:Panté_Lhôk_Nga.JPG|Pantai Lhok Nga
File:Lhôk_Mata_Ië.JPG|Pantai Lhok Mata Ie
</gallery>
▲== Makanan khas ==
▲Kabupaten Aceh Besar terkenal dengan salah satu makanan khasnya, yakni Bolu manis ala Aceh yang terkonsentrasi di kecamatan Peukan Bada. Bolu ini terkenal dengan citarasanya yang khas, namun kesulitan pengembangan karena kendala dana selain kondisi yang belum sepenuhnya stabil. Selain itu ada pula [[gulai]] kambing ([[kari]]) dan ayam tangkap yang terkenal kelezatannya serta Sie rebuh (daging Rebus) dan asam keu eung (asam pedas).
== Referensi ==
Baris 139 ⟶ 138:
== Lihat pula ==
* [[Kota
{{Kabupaten Aceh Besar}}
|