Konfrontasi Indonesia–Malaysia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k ←Suntingan Sastrosiswa (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh Aldo Septiano
Sastrosiswa (bicara | kontrib)
Membalikkan revisi 7621829 oleh SpartacksCompatriot (bicara) Sukarno, banyak ditulis demikian di dokumen pra-65
Baris 10:
|combatant2={{flag|Indonesia}} {{br}}
|commander1=[[Tunku Abdul Rahman]]{{br}} [[Walter Walker]]
|commander2=[[SoekarnoSukarno]]{{br}}[[Omar Dani]] (Panglima Komando Mandala Siaga) {{br}}[[Soeharto]] {{br}}[[Abdul Haris Nasution]]
|strength1=tidak diketahui
|strength2=tidak diketahui
Baris 20:
'''Konfrontasi Indonesia-Malaysia''' atau yang lebih dikenal sebagai '''Konfrontasi''' saja adalah sebuah [[perang]] mengenai masa depan [[Malaya]], [[Brunei]], [[Sabah]] dan [[Sarawak]] yang terjadi antara [[Federasi Malaysia]] dan [[Indonesia]] pada tahun [[1962]] hingga [[1966]].
 
Perang ini berawal dari keinginan [[Federasi Malaya]] lebih dikenali sebagai [[Persekutuan Tanah Melayu]] pada tahun [[1961]] untuk menggabungkan [[Brunei]], [[Sabah]] dan [[Sarawak]] kedalam [[Federasi Malaysia]] yang tidak sesuai dengan [[Persetujuan Manila]] oleh karena itu Keinginan tersebut ditentang oleh Presiden [[SoekarnoSukarno]] yang menganggap pembentukan [[Federasi Malaysia]] yang sekarang dikenal sebagai [[Malaysia]] sebagai "boneka [[Inggris]]" merupakan [[kolonialisme]] dan [[imperialisme]] dalam bentuk baru serta dukungan terhadap berbagai gangguan keamanan dalam negeri dan pemberontakan di Indonesia.<ref>{{en icon}} {{cite book | first=Patrick | last=Witton |coauthors=Mark Elliott | editor= | title=Indonesia | publisher=Lonely Planet | year=2003 | isbn=1740591542, 9781740591546 | page=944 | pages=28 | chapter=INTRODUCTION }}</ref><ref>{{en icon}} {{cite book | first=Avrahm | last=Mezerik |coauthors= | editor= | title=Malaysia-Indonesia conflict: creation of Malaysia, Indonesia's confrontation policy, Philippine and Indonesian claims, UN involvement, Indonesian withdrawal from UN, roles of UK, US, USSR, and China | publisher=University of Michigan Press, International Review Service | year=1965 | isbn= | page=122 | pages=8 | chapter=Malaysia Says Bloody Revolution Not Only Way to Independence }}</ref>
<!--
Pelanggaran perjanjian internasional konsep '''THE MACAPAGAL PLAN''' antara lain melalui perjanjian [[Persetujuan Manila]] tanggal [[31 Juli]] [[1963]], tanggal [[3 Agustus]] [[1963]], tanggal [[5 Agustus]] [[1963]]<ref>[http://untreaty.un.org/unts/1_60000/16/16/00030780.pdf United Nations — Treaty No. 8029 PHILIPPINES, FEDERATION OF MALAYA and INDONESIA (31 JULY 1963)]</ref> mengenai {{ke wikisource|Resolusi Majelis Umum PBB 1514|dekolonialisasi}} yang harus mengikut sertakan rakyat [[Sarawak]] dan [[Sabah]]
Baris 29:
Pada [[1961]], Kalimantan dibagi menjadi empat administrasi. [[Kalimantan]], sebuah provinsi di Indonesia, terletak di selatan Kalimantan. Di utara adalah Kerajaan [[Brunei]] dan dua koloni [[Inggris]]; [[Sarawak]] dan [[Borneo Utara]], kemudian dinamakan [[Sabah]]. Sebagai bagian dari penarikannya dari koloninya di [[Asia Tenggara]], Inggris mencoba menggabungkan koloninya di Kalimantan dengan [[Semenanjung Malaya]], [[Federasi Malaya]] dengan membentuk [[Federasi Malaysia]].
 
Rencana ini ditentang oleh Pemerintahan Indonesia; Presiden [[SoekarnoSukarno]] berpendapat bahwa Malaysia hanya sebuah boneka Inggris, dan konsolidasi Malaysia hanya akan menambah kontrol Inggris di kawasan ini, sehingga mengancam kemerdekaan Indonesia. [[Filipina]] juga membuat klaim atas Sabah, dengan alasan daerah itu memiliki hubungan sejarah dengan Filipina melalui [[Kesultanan Sulu]].
 
Di Brunei, [[Tentara Nasional Kalimantan Utara]] (TNKU) memberontak pada [[8 Desember]] [[1962]]. Mereka mencoba menangkap [[Sultan Brunei]], ladang minyak dan sandera orang Eropa. Sultan lolos dan meminta pertolongan Inggris. Dia menerima pasukan Inggris dan [[Gurkha]] dari [[Singapura]]. Pada [[16 Desember]], Komando Timur Jauh Inggris (''[[British Far Eastern Command]]'') mengklaim bahwa seluruh pusat pemberontakan utama telah diatasi, dan pada [[17 April]] [[1963]], pemimpin pemberontakan ditangkap dan pemberontakan berakhir.
Baris 35:
[[Filipina]] dan [[Indonesia]] resminya setuju untuk menerima pembentukan [[Federasi Malaysia]] apabila mayoritas di daerah yang hendak dilakukan dekolonial memilihnya dalam sebuah [[referendum]] yang diorganisasi oleh [[PBB]]. Tetapi, pada [[16 September]], sebelum hasil dari pemilihan dilaporkan. Malaysia melihat pembentukan federasi ini sebagai masalah dalam negeri, tanpa tempat untuk turut campur orang luar, tetapi pemimpin Indonesia melihat hal ini sebagai [[Persetujuan Manila]] yang dilanggar dan sebagai bukti kolonialisme dan imperialisme Inggris.
 
{{cquote|Sejak demonstrasi anti-Indonesia di [[Kuala Lumpur]], ketika para demonstran menyerbu gedung KBRI, merobek-robek foto [[SoekarnoSukarno]], membawa lambang negara [[Garuda Pancasila]] ke hadapan [[Tunku Abdul Rahman]]—[[Perdana Menteri Malaysia]] saat itu—dan memaksanya untuk menginjak Garuda<ref>[http://www.utusan.com.my/utusan/info.asp?y=2009&dt=0809&pub=Utusan_Malaysia&sec=Rencana&pg=re_14.htm Tunku tak mahu pijak Pancasila.]</ref>, amarah SoekarnoSukarno terhadap Malaysia pun meledak.}}
 
Demonstrasi anti-Indonesia di [[Kuala Lumpur]] yang berlangsung tanggal 17 September 1963, berlaku ketika para demonstran yang sedang memuncak marah terhadap Presiden Sukarno yang melancarkan konfrontasi terhadap Malaysia<ref>[http://www.utusan.com.my/utusan/info.asp?y=2009&dt=0809&pub=Utusan_Malaysia&sec=Rencana&pg=re_14.htm Tunku tak mahu pijak Pancasila.]</ref>an juga kerana serangan pasukan militer tidak resmi Indonesia terhadap Malaysia. Ini berikutan pengumuman [[Menteri Luar Negeri]] Indonesia [[Soebandrio]] bahwa Indonesia mengambil sikap bermusuhan terhadap Malaysia pada [[20 Januari]] [[1963]]. Selain itu pencerobohan sukarelawan Indonesia (sepertinya [[paramiliter|pasukan militer tidak resmi]]) mulai memasuki Sarawak dan Sabah untuk menyebar propaganda dan melaksanakan penyerangan dan [[sabotase]] pada 12 April berikutnya.
 
SoekarnoSukarno yang murka karena hal itu mengutuk tindakan demonstrasi anti-Indonesian yang menginjak-injak [[Lambang Indonesia|lambang negara Indonesia]]<ref name="malaysiadanpki">[http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0709/29/opini/3873018.htm Artikel Kompas bertajuk "Sukarno, Malaysia, dan PKI" tanggal Sabtu, 29 September 2007]</ref> dan ingin melakukan balas dendam dengan melancarkan gerakan yang terkenal dengan nama [[Ganyang Malaysia]]. [[SoekarnoSukarno]] memproklamirkanmemproklamasikan gerakan [[Ganyang Malaysia]] melalui pidato beliau yang amat bersejarah, berikut ini:
 
{{cquote|
Baris 61:
Peluru kita banjak
Njawa kita banjak
Bila perlu satoesatu-satoesatu!
 
Sukarno
Soekarno.
</poem>
}}
Baris 90:
Ketika PBB menerima Malaysia sebagai anggota tidak tetap. Sukarno menarik Indonesia dari PBB pada tanggal [[20 Januari]] [[1965]] dan mencoba membentuk Konferensi Kekuatan Baru (Conference of New Emerging Forces, Conefo) sebagai alternatif.
 
Sebagai tandingan Olimpiade, SoekarnoSukarno bahkan menyelenggarakan [[GANEFO]] (Games of the New Emerging Forces) yang diselenggarakan di [[Senayan]], [[Jakarta]] pada [[10 November|10]]-[[22 November]] [[1963]]. Pesta olahraga ini diikuti oleh 2.250 atlet dari 48 negara di [[Asia]], [[Afrika]], [[Eropa]] dan [[Amerika Selatan]], serta diliput sekitar 500 wartawan asing.
 
Pada Januari [[1965]], [[Australia]] setuju untuk mengirimkan pasukan ke Kalimantan setelah menerima banyak permintaan dari Malaysia. Pasukan Australia menurunkan 3 [[Resimen Kerajaan Australia]] dan Resimen [[Special Air Service (Australia)|Australian Special Air Service]]. Ada sekitar empat belas ribu pasukan Inggris dan Persemakmuran di Australia pada saat itu. Secara resmi, pasukan Inggris dan Australia tidak dapat mengikuti penyerang melalu perbatasan Indonesia. Tetapi, unit seperti [[Special Air Service]], baik Inggris maupun Australia, masuk secara rahasia (lihat [[Operasi Claret]]). Australia mengakui penerobosan ini pada [[1996]].