Wanarata, Bantarbolang, Pemalang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Erdiyanto25 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 12:
}}
'''Wanarata''' adalah [[desa]] di [[kecamatan]] [[Bantarbolang, Pemalang|Bantarbolang]], [[Kabupaten Pemalang|Pemalang]], [[Jawa Tengah]], [[Indonesia]].
 
Wanarata adalah sebuah desa yang sekaligus menjadi ikon dan simbol untuk dukuh disekitarnya, dan juga menjadi pusat kelurahan desa. Sekitar tahun 1932 di desa ini masih menganut ajaran hindu, kemudian dengan datangnya Syeh Gribig, Mbah Nurul Salam, Mbah Soma, Mbah Gudang, Mbah Sirut, Mbah Anggrek mereka mengajarkan ilmu islam disekitar desa wanarata. Alhasil masih sedikit sekali yang memeluk agama islam didesa ini. Kemudian mereka melakukan siar dan mendirikan masjid di desa wanarata ('' lokasi: dilapangan sepak bola Ds. Wanarata'').
 
Genteng adalah salah satu dari produk yang dihasilkan oleh desa Wanarata, selain hasil pertanian padi. Desa ini dihimpit oleh dua sungai, sehingga menjadi tempat yang indah dan subur.
Wanarata terdiri atas berbagai dukuh diantaranya dukuh Sirut, dukuh Benteng, dukuh lor/blok lor, dukuh kalisirem, dukuh kedung sambi, dukuh lenggak ,dukuh karang pucung, dukuh gudang dan blok tengah dari wanarata itu sendiri yang meliputi blok masjid dan blok pasar .
 
Produksi yang lainnya selain genteng adapula Batu bata merah, disini cara pembuatannya pun masih terbilang tradisional namun dengan kata lain produksi ekspor ke berbagai wilayah di kota pun sangat meningkat.
 
Dukuh benteng merupakan central utama produksi genteng sedangkan dukuh lenggak merupakan central utama produksi bata merah dan dukuh-dukuh yang lain sebagian besar berprofesi sebagai petani, wirausahawan, pns, dan perantauan.
 
Pariwisata yang diantaranya Jurug Duwur ( ''Air Terjun yang Tinggi'') berada di dukuh Karang Pucung, sebelah timur Desa Wanarata. Monumen-monumen nasional disini pun masih terjaga yang antara lain berupa Tugu, Prasati kuno, dll.
{{cn}}