Kesultanan Ternate: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
wikifisasi
Baris 23:
Tak ada sumber yang jelas mengenai kapan awal kedatangan [[Islam di Maluku Utara]] khususnya Ternate. Namun diperkirakan sejak awal berdirinya kerajaan Ternate masyarakat Ternate telah mengenal Islam mengingat banyaknya pedagang [[Arab]] yang telah bermukim di Ternate kala itu. Beberapa raja awal Ternate sudah menggunakan nama bernuansa Islam namun kepastian mereka maupun keluarga kerajaan memeluk Islam masih diperdebatkan. Hanya dapat dipastikan bahwa keluarga kerajaan Ternate resmi memeluk Islam pertengahan abad ke-15.
 
[[Kolano Marhum]] (1465-1486), penguasa Ternate ke-18 adalah raja pertama yang diketahui memeluk Islam bersama seluruh kerabat dan pejabat istana. Pengganti Kolano Marhum adalah puteranya, Zainal Abidin (1486-1500). Beberapa langkah yang diambil Sultan Zainal Abidin adalah meninggalkan gelar [[kolano]] dan menggantinya dengan [[sultan]], Islam diakui sebagai [[agama]] resmi kerajaan, syariat Islam diberlakukan, dan membentuk lembaga kerajaan sesuai hukum Islam dengan melibatkan para ulama. Langkah-langkahnya ini kemudian diikuti kerajaan lain di Maluku secara total, hampir tanpa perubahan. Ia juga mendirikan madrasah yang pertama di Ternate. Sultan Zainal Abidin pernah memperdalam ajaran Islam dengan berguru pada [[Sunan Giri]] di pulau [[Jawa]]. Di sana beliau dikenal sebagai Sultan Bualawa (Sultan Cengkih).
 
== Kedatangan Portugal dan perang saudara ==
Di masa pemerintahan [[Sultan Bayanullah]] (1500-1521), Ternate semakin berkembang, rakyatnya diwajibkan berpakaian secara islami, teknik pembuatan [[perahu]] dan [[senjata]] yang diperoleh dari orang [[Arab]] dan [[Turki]] digunakan untuk memperkuat pasukan Ternate. Di masa ini pula datang orang [[Eropa]] pertama di Maluku, [[Loedwijk de Bartomo]] (Ludovico Varthema) tahun 1506.
 
Tahun 1512 [[Portugal]] untuk pertama kalinya menginjakkan kaki di Ternate dibawah pimpinan '''[[Fransisco Serrao''']], atas persetujuan Sultansultan, Portugal diizinkan mendirikan pos dagang di Ternate. Portugal datang bukan semata – matasemata–mata untuk berdagang melainkan untuk menguasai perdagangan rempahrempah–rempah, – rempah Pala[[pala]] dan Cengkih[[cengkih]] di Maluku. Untuk itu terlebih dulu mereka harus menaklukkan Ternate.

Sultan Bayanullah wafat meninggalkan pewaris - pewaris yang masih sangat belia. Janda sultan, permaisuri Nukila dan Pangeran Taruwese, adik almarhum sultan bertindak sebagai wali. Permaisuri Nukila yang asal Tidore bermaksud menyatukan Ternate dan Tidore dibawah satu mahkota yakni salah satu dari kedua puteranya, pangeranPangeran Hidayat (kelak [[Sultan Dayalu]]) dan pangeran Abu Hayat (kelak [[Sultan Abu Hayat II]]). Sementara pangeran Tarruwese menginginkan tahta bagi dirinya sendiri.

Portugal memanfaatkan kesempatan ini dan mengadu domba keduanya hingga pecah perang saudara. Kubu permaisuri Nukila didukung Tidore sedangkan pangeran Taruwese didukung Portugal. Setelah meraih kemenangan pangeran Taruwese justru dikhianati dan dibunuh Portugal. Gubernur Portugal bertindak sebagai penasihat kerajaan dan dengan pengaruh yang dimiliki berhasil membujuk dewan kerajaan untuk mengangkat pangeran Tabariji sebagai sultan. Tetapi ketika [[Sultan Tabariji]] mulai menunjukkan sikap bermusuhan, ia difitnah dan dibuang ke [[Goa]], [[India]]. DisanaDi sana ia dipaksa Portugal untuk menandatangani perjanjian menjadikan Ternate sebagai kerajaan [[Kristen]] dan [[vasal]] kerajaan Portugal, namun perjanjian itu ditolak mentah-mentah oleh [[Sultan Khairun]] (1534-1570).
 
== Pengusiran Portugal ==
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Poort bij Sultanspaleis te Ternate TMnr 60033472.jpg|thumb|Ngara Lamo, gerbang Istana Sultan Ternate pada tahun 1930-an]]
 
Perlakuan Portugal terhadap saudara – saudaranyasaudara–saudaranya membuat Sultan Khairun geram dan bertekad mengusir Portugal dari Maluku. Tindak – tandukTindak–tanduk bangsa baratBarat yang satu ini juga menimbulkan kemarahan [[rakyat]] yang akhirnya berdiri di belakang sultanSultan Khairun. Sejak masa sultan Bayanullah, Ternate telah menjadi salah satu dari tiga [[kesultanan]] terkuat dan pusat Islam utama di Nusantara abad ke-16 selain [[Kesultanan Aceh|Aceh]] dan [[Kesultanan Demak|Demak]] setelah kejatuhan kesultanan[[Kesultanan Malaka|Malaka]] pada tahun 1511. Ketiganya membentuk ''Aliansi Tiga'' untuk membendung sepak terjang Portugal di Nusantara.
 
Tak ingin menjadi Malaka kedua, sultan Khairun mengobarkan perang pengusiran Portugal. Kedudukan Portugal kala itu sudah sangat kuat, selain memiliki benteng dan kantong kekuatan di seluruh Maluku mereka juga memiliki sekutu–sekutu suku [[pribumi]] yang bisa dikerahkan untuk menghadang Ternate. Dengan adanya Aceh dan Demak yang terus mengancam kedudukan Portugal di Malaka, Portugal di Maluku kesulitan mendapat bala bantuan hingga terpaksa memohon damai kepada Sultan Khairun. Secara licik gubernur Portugal, [[Lopez de Mesquita]] mengundang Sultan Khairun ke meja perundingan dan akhirnya dengan kejam membunuh sultan yang datang tanpa pengawalnya.
 
Pembunuhan Sultan Khairun semakin mendorong rakyat Ternate untuk menyingkirkan Portugal, bahkan seluruh Maluku kini mendukung kepemimpinan dan perjuangan [[Sultan Baabullah]] (1570-1583), pos-pos Portugal di seluruh Maluku dan wilayah timur Indonesia digempur. Setelah peperangan selama 5 tahun, akhirnya Portugal meninggalkan Maluku untuk selamanya pada tahun 1575. Di bawah pimpinan [[Sultan Baabullah]], Ternate mencapai puncak kejayaan, wilayah membentang dari Sulawesi Utara dan Tengah di bagian barat hingga [[Kepulauan Marshall]] di bagian timur, dari Filipina Selatan di bagian utara hingga kepulauan [[Nusa Tenggara]] di bagian selatan.
 
Tak ingin menjadi Malaka kedua, sultan Khairun mengobarkan perang pengusiran Portugal. Kedudukan Portugal kala itu sudah sangat kuat, selain memiliki benteng dan kantong kekuatan di seluruh Maluku mereka juga memiliki sekutu – sekutu suku pribumi yang bisa dikerahkan untuk menghadang Ternate. Dengan adanya Aceh dan Demak yang terus mengancam kedudukan Portugal di Malaka, Portugal di Maluku kesulitan mendapat bala bantuan hingga terpaksa memohon damai kepada sultan Khairun. Secara licik Gubernur Portugal, Lopez de Mesquita mengundang Sultan Khairun ke meja perundingan dan akhirnya dengan kejam membunuh Sultan yang datang tanpa pengawalnya. Pembunuhan Sultan Khairun semakin mendorong rakyat Ternate untuk menyingkirkan Portugal, bahkan seluruh Maluku kini mendukung kepemimpinan dan perjuangan [[Sultan Baabullah]] (1570-1583), pos-pos Portugal di seluruh Maluku dan wilayah timur Indonesia digempur, setelah peperangan selama 5 tahun, akhirnya Portugal meninggalkan Maluku untuk selamanya tahun 1575. Di bawah pimpinan Sultan Baabullah, Ternate mencapai puncak kejayaan, wilayah membentang dari Sulawesi Utara dan Tengah di bagian barat hingga kepulauan Marshall dibagian timur, dari Philipina (Selatan) dibagian utara hingga kepulauan Nusa Tenggara dibagian selatan. Sultan Baabullah dijuluki “penguasapenguasa 72 pulau”pulau yang semuanya berpenghuni (sejarawan Belanda, Valentijn menuturkan secara rinci nama-nama ke-72 pulau tersebut) hingga menjadikan kesultananKesultanan Ternate sebagai kerajaan islamIslam terbesar di Indonesia timur, disampingdi samping Aceh dan Demak yang menguasai wilayah barat dan tengah nusantaraNusantara kala itu. Periode keemasaan tiga kesultanan ini selama abad 14 dan 15 entah sengaja atau tidak dikesampingkan dalam sejarah bangsa ini padahal mereka adalah pilar pertama yang membendung kolonialisme baratBarat.
 
== Kedatangan Belanda ==