KRL Commuter Line: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Fged10 (bicara | kontrib)
KA Commuter Jabodetabek
Fged10 (bicara | kontrib)
KRL Commuter Jabodetabek
Baris 39:
Staats Spoorwegen, sebagai operator kereta api milik [[Hindia-Belanda|Pemerintah Kolonial Belanda]], memulai proyek elektrifikasi jalur kereta [[Tanjung Priok, Jakarta Utara|Tanjung Priok]] - [[Jatinegara, Jakarta Timur|Meester Cornelis (Jatinegara)]] pada tahun 1923 dan diresmikan pada 1925. Proyek elektrifikasi terus berlanjut pada lingkar Jakarta, hingga Bogor dan Bekasi. Kereta yang digunakan ialah [[lokomotif]] listrik seri 3000 buatan pabrik SLM–BBC ([[Swiss]] Locomotive & Machine works - Brown Baverie Cie), lokomotif listrik seri 3100 buatan pabrik AEG (Allgemaine Electricitat Geselischaft) [[Jerman]], lokomotif listrik seri 3200 buatan pabrik Werkspoor [[Belanda]] serta kereta listrik buatan pabrik Westinghouse dan kereta listrik buatan pabrik [[General Electric]].
 
Jalur kereta yang terelektrifikasi tersebut terus digunakan dan diperluas wilayah operasionalnya sejak kemerdekaan Indonesia. Pengoperasian jalur kereta api di Indonesia dilaksanakan oleh ''Djawatan Kereta Api Repoeblik Indonesia'' (kini sebagai PTKA). Lokomotif yang telah digunakan sejak zaman Belanda dan dianggap sudah tidak layak jalan digantikan oleh rangkaian kereta listrik buatan [[Jepang]] sejak tahun 1976. Sejak tahun 2000, [[Pemerintah Indonesia]] rutin mendapatkan hibah rangkaian keretamaupun listrikpembelian ex-Tokyokereta Metrolistrik dari Jepang, yang kemudian digunakan untuk menambah armada kereta listrik Jakarta.
 
Pada tahun 2008 dibentuk anak perusahaan PTKAPT KA, yakni PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ), yang fokus pada pengoperasian jalur kereta listrik di wilayah Daerah Operasional (DAOP) 1 Jabotabek, yang saat itu memiliki 37 rute kereta yang melayani wilayah Jakarta Raya. PT KCJ memulai proyek modernisasi angkutan KRL pada tahun 2011, dengan menyederhanakan rute yang ada menjadi 5 rute utama, penghapusan KRL ekspress, penerapan gerbong khusus wanita, dan mengubah nama KRL ekonomi-AC menjadi Kereta Commuter. Proyek ini dilanjutkan dengan renovasi, penataan ulang, dan sterilisasi sarana dan prasarana termasuk jalur kereta dan stasiun kereta, serta penempatan satuan keamanan pada tiap gerbong. Saat [[Stasiun Tanjung Priok]] diresmikan kembali setelah dilakukan renovasi total pada tahun 2009, jalur kereta listrik bertambah menjadi 6, walaupun belum sepenuhnya beroperasi. Pada Juli 2013, PT KCJ mulai menerapkan sistem tiket elektronik COMMET (''Commuter Electronic Ticketing'') dan perubahan sistem tarif kereta.<ref>http://www.krl.co.id/sekilas-krl.html Sejarah KCJ</ref>
 
==Rute==
Saat ini terdapat 6 rute utama KA Commuter Jabotabek yang ada. Dalam kolom daftar stasiun, stasiun transit dan terminus ditandai dengan huruf '''TEBAL KAPITAL''', sedangkan stasiun non-aktif, direncanakan / tidak melayani KA Commuter ditandai dengan huruf bercetak ''Miring'' dan Tanda ←→ menandakan PP (Pergi Pulang).
{| border=2 cellpadding=5 cellspacing=0 class="wikitable"
! style="border-bottom" | Warna Jalur !! style="border-bottom" | Jalur !! style="border-bottom" | Rute !! Total Stasiun !! Beroperasi mulai !! Status !! Daftar Stasiun yang dilewati !! Keterangan
Baris 132:
'''Suplisi dan Free Out'''
 
Pengguna Tiket Harian Berjaminan dapat dikenakan denda (suplisi) sebesar Rp.50.000,- jika melakukan perjalanan tanpa tiket atau menggunakan Tiket Harian Berjaminan yang telah kadaluarsa. Pengguna Tiket Harian Berjaminan juga mendapatkan fasilitas ''free out, ''fasilitas untuk dapat melakukan sekali ''tapping out'' pada stasiun yang sama dengan stasiun ''tapping in'' terhitung satu jam dari waktu transaksi pembelian THB di loket.
 
=Armada KRL=
Baris 138:
 
== KRL Non AC ==
KRL EkonomIEkonomi adalah unit armada KRL yang ditujukan untuk masyarakat kelas ekonomi menengah-bawah. Kelas ini menggunakan armada KRL lama yang tidak menggunakan fasilitas pendingin udara (AC). Sejumlah rangkaian dibuat oleh Nippon Sharyo dan Kawasaki, juga Hitachi, Holec, ABB-Hyundai yang bekerjasama dengan PT INKA. KRL jenis ini sudah tidak dioperasikan lagi di semua jalur, dan seluruhnya disimpan di Dipo Depok atau Balai Yasa Manggarai. KRL non AC tipe Rheostatik beberapa rangkaiannya dikirim ke Stasiun [[Purwakarta]] untuk dibesituakan. Untuk KRL Rheostatik Stainless, Holec, dan Hitachi, tidak menutup kemungkinan bahwa KRL tersebut dapat direkondisi menjadi KRL AC, mengingat usia mereka lebih muda dari KRL Eks Jepang, yaitu KRL Holec yang dibuat di tahun 1994 - 2000 dan KRL Hitachi yang dibuat di tahun 1997.
 
====KRL BN - Holec (1996-2000)====
Baris 146:
====KRL Ekonomi Rheostatik [seri KL3] (1978-1984)====
[[File:KRL train surfing 5.jpg|thumb|200px|KRL jenis Rheostatik, KRL non AC tertua]]
SebagianKRL besarRheostatik rangkaianadalah yang digunakan adalahKRL buatan Jepang dari tahun [[1976]] sampai tahun [[1987]] dengan teknologi [[rheostat]]. Umumnya, KRL ini dibuat oleh perusahaan Nippon Sharyo, Hitachi dan Kawasaki dari Jepang, untuk melayani kelas KRL Ekonomi. Untuk KRL rheostat buatan pabrik Nippon Sharyo tahun 1986-1987, rangkaian ini dulunya melayani rangkaian [[Kereta api Pakuan Ekspres|Pakuan Ekspres]] dan Pakuan Bisnis tahun 90-an. Setelah KRL Hibah (Tōei seri 6000) datang, KRL ini mulai terlupakan dan dijadikan rangkaian KRL Ekonomi. Khusus untuk KRL Rheostat yang datang pada tahun 1986-1987, bodinya sudah stainless steel dan 1 set KRL Rheostatik Stainless merupakan KRL AC pertama di Indonesia. Untuk KRL buatan Nippon Sharyo tahun 1976, kereta ini sudah dicat ulang beberapa kali dari warna lamanya. Semula menggunakan skema PJKA yaitu berwarna merah polos dengan 'wajah' kuning terang dari tahun 1976 - 1990-an, kemudian merah biru, dengan garis putih seperti KA Ekonomi dan putih-hijau, kuningdengan kecoklatan,garis biru tua-biru muda pada era Perumka. Pada era PT.KAI kemudian diubah menjadi orange dengan garis kuning, dan terakhir putih dengan garis merah. Kedua KRL ini mulanya seperti KRL Ekonomi AC atau Ekspres, yakni pintunya dapat tertutup secara otomatis, dan cukup nyaman. Namun, seiring berjalannya waktu kedua KRL ini menurun kondisinya menjadi seperti sekarang ini,meskipun kerusakan pada pintu KRL mulai terjadi pada tahun 90-an,dimana kerusakan terjadi karena pengganjalan pintu oleh penumpang.
 
Pada 2009, telah dioperasikan KRL dengan modifikasi kabin, yang bernama "Djoko Lelono"
Baris 257:
KRL ini juga dikenal karena memiliki unit dengan 6 pintu per sisinya. Unit ini merupakan kereta dengan bangku yang bisa dilipat untuk memaksimalkan kapasitas saat jam sibuk. Namun ada juga rangkaian standar dengan seluruh unit dengan 4 pintu per sisi.
 
Pada tanggal 6 Februari 2014, set HaE 15 (205-123F) telah menjalani ujicoba operasional, dan menjadi set JR205JR 205 pertama yang dipakai untuk mengangkut penumpang.
 
Rangkaian dengan 6 pintu:
Baris 292:
 
====KRL eks [[Tōkyō Metro seri 05]]====
KRL eks '''[[Tōkyō Metro seri 05]]''' mulai tiba di Jakarta pada Agustus 2010, diawali dengan rangkaian 05-02F dan 05-07F. Seri ini adalah KRL dengan teknologi tercanggih di Jabodetabek saat ini. Total keseluruhan ada 8 rangkaian seri 05 yang tiba di Indonesia.
 
Rincian:
Baris 319:
 
====KRL eks [[Tōkyō Metro seri 6000]]====
KRL eks '''[[Tōkyō Metro seri 6000]]''', (6105F, 6106F, 6107F, 6111F, 6112F, 6113F, 6115F, 6123F, 6125F, 6126F, 6127F, 6133F, dan 6134F) masing-masing dengan 10 kereta, namun hanya dioperasikan dengan delapan kereta akibat terbatasnya panjang peron dan kurangnya daya..
[[Berkas:6134F.jpg|thumb|KRL seri 6000 eks Tokyo Metro, formasi 6134F|238x238px]]
 
Baris 336:
# 34F/6134F: 6134-6334-6434-6534-6634-6934-6234-6034 (6734-6834 dilepas, warna merah-putih-kuning dengan teralis hitam)
 
Tiap rangkaian Tōkyō Metro seri 6000 memiliki perbedaan yang mencolok antara satu sama lain,baik pada eksterior maupun interior. Pertama, AC yang digunakan pada rangkaian Tōkyō Metro seri 6000 batch awal (contohnya 6106F, 6107F, dan 6112F) akan terlihat berbeda dengan rangkaian Tōkyō Metro seri 6000 batch akhir (contohnya 6123F, 6125F, dan 6126F) dimana AC pada rangkaian Tōkyō Metro seri 6000 batch awal tidak sedingin rangkaian Tōkyō Metro seri 6000 batch akhir. Di rangkaian Tōkyō Metro seri 6000 batch awal juga menggunakan kipas angin untuk membantu kerja AC.
 
Pada rangkaian bernomor 6123F, 6125F, 6126F, 6127F, 6133F dan 6134F, persambungan yang digunakan seluruhnya merupakan persambungan seperti rangkaian KRL eks Tōkyō Metro seri 7000 nomor 7121F hingga 7123F, sementara rangkaian 6105F, 6106F, 6107F, 6111F, 6112F, 6113F dan 6115F memiliki bentuk persambungan lebar seperti jamur.
 
Khusus 6105F, 6107F (kecuali kereta 6507), dan 6112F juga memiliki bentuk kaca yang berbeda, mirip seperti pada KRL seri 203 (disebabkan karena rangkaian itu tidak mengalami penggantian jendela saat mengalami mid-life refurbishment sewaktu masih berdinas di Tōkyō Metro). Sedangkan rangkaian 6106F (kecuali kereta 6506) dan 6115F memiliki jendela yang kecil dan mirip dengan Tōkyō Metro seri 7000 rangkaian 7117F. Rangkaian batch akhir seperti 6126F, 6133F, dan 6134F memiliki jendela yang besar,seperti Tōkyō Metro seri 7000 rangkaian 7121/22/23F.
 
Kereta 6506 dari rangkaian 6106F bertukar tempat dan bertukar plat nomor dengan kereta 6507 dari rangkaian 6107F, sehingga kereta 6506 sekarang memiliki plat nomor 6507 dan dirangkai dengan set 6107F. Sedangkan kereta 6507 memiliki plat nomor 6506 dan dirangkai dengan set 6106F.
Baris 363:
[[Berkas:KRLI.jpg|thumb|180px|KRL-I Prajayana]]
====KRL-I Prajayana ====
KRL-I dibuat tahun 2001, sebagai hasil produk [[Industri Kereta Api|PT INKA]] yang merupakan pabrik kereta api nasional. Dengan alasan biaya pengadaan yang terlalu tinggi dan sering bermasalah, tidak banyak KRL-I yang digunakan. Pada masa pendesain, KRL ini disebut sebagai [[Kereta api Prajayana|KRL Prajayana]]. KRL-I yang digunakan oleh PT KA pada awalnya terdiri dari 2 rangkaian, masing-masing dengan empat gerbong. Kini, KRL-I dicat dengan striping biru. Saat ini KRLI sering
berdinas sebagai KRL pengumpan Jakarta Kota-Kampung Bandan atau Manggarai-Duri-Angke.
 
Baris 381:
==Insiden==
 
*4 Oktober 2012, KRL Commuter Line dengan nomor perjalanan 435 (Bogor-Jakarta Kota) anjlok dan menabrak peron di [[Stasiun Cilebut]], menyebabkan perjalanan kereta dari Jakarta hanya sampai [[Stasiun Bojong Gede]]. Rangkaian yang terlibat dalam insiden ini adalah KRL seri 05 dengan rangkaian yang anjlok adalah gerbong ketiga bernomor rangkaian 0530705-307.<ref>http://www.poskotanews.com/2012/10/04/tabrak-peron-krl-anjlok-di-cilebut-2/ Tabrak Peron, KRL Anjlok di Cilebut</ref>
*9 Desember 2013, KRL Commuter Line dengan nomor perjalanan 1131 (Maja-Tanah Abang) [[Kecelakaan kereta api Bintaro 2013|menabrak truk tangki]] [[Pertamina]] hingga meledak dan terbakar. Rangkaian yang terlibat dalam insiden ini adalah KRL seri 7000 dengan nomor rangkaian 7121F.<ref>http://www.bbc.co.uk/indonesia/berita_indonesia/2013/12/131209_krlaccident.shtml Kereta Komuter tabrak Truk Tangki</ref>