Mempawah (kota): Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
B.anjasmoro (bicara | kontrib)
Baris 76:
Mempawah sendiri terbagi atas dua periode, yakni pemerintahan kerajaan
Suku Dayak yang berdasarkan ajaran Hindu dan masa pengaruh Islam
 
=== Sistem Pemerintahan ===
Sistem dan pola pemerintahan cikal-bakal Kerajaan Mempawah, yakni
Kerajaan Bangkule Sultankng dan Kerajaan Sidiniang, masih bersumber
berdasarkan adat-istiadat setempat, yakni hukum adat yang berlaku pada
masyarakat Suku Dayak.<sup>[2]</sup>
<nowiki> </nowiki>Sistem pemerintahan tradisional yang lekat dengan ritual-ritual adat
dan kepercayaan kepada hal-hal gaib masih berlaku dalam kehidupan
kerajaan yang masih menganut ajaran agama Hindu itu. Pada masa
pemerintahan Panembahan Senggaok, sistem pemerintahan tradisional masih
dipertahankan meski pengaruh ajaran Islam mulai masuk ke dalam kehidupan
<nowiki> </nowiki>kerajaan. Pengaruh Islam di Mempawah semakin kuat pada era kepemimpinan
<nowiki> </nowiki>Opu Daeng Menambun yang bertahta sejak tahun 1740 M. Opu Daeng Menambun
<nowiki> </nowiki>berasal dari Kesultanan Luwu
<nowiki> </nowiki>Bugis yang telah cukup lama menjadi kerajaan bercorak Islam.
Pemerintahan Opu Daeng Menambun di Kerajaan Mempawah memadukan antara
hukum-hukum adat lama dengan hukum /syara /yang bersumber pada ajaran
agama Islam. Pengaruh hukum-hukum Islam dalam kehidupan pemerintahan
Kerajaan Mempawah semakin kuat berkat peran sentral Sayid Habib Husein
Alqadrie, seorang penyebar ajaran Islam dari Timur Tengah, tepatnya
Hadramaut atau Yaman Selatan.<sup>[3]</sup>
 
=== Daftar pemimpin Mempawah ===
Masa Suku Dayak Hindu (Kerajaan)
# Patih Gumantar (± 1380 M)
# Raja Kudung (± 1610 M)
# Panembahan Senggaok (± 1680 M)
Masa Islam (Kesultanan)
# Opu Daeng Menambon bergelar Pangeran Mas Surya Negara (1740–1761 M)
# Gusti Jamiril bergelar Panembahan Adiwijaya Kesuma (1761–1787)
# Syarif Kasim bergelar Panembahan Mempawah (1787–1808)
# Syarif Hussein (1808–1820)
# Gusti Jati bergelar Sri Paduka Muhammad Zainal Abidin (1820–1831)<sup>[4]</sup>
# Gusti Amin bergelar Panembahan Adinata Krama Umar Kamaruddin (1831–1839)
# Gusti Mukmin bergelar Panembahan Mukmin Nata Jaya Kusuma (1839–1858)
# Gusti Makhmud bergelar Panembahan Muda Makhmud Alauddin (1858)
# Gusti Usman bergelar Panembahan Usman (1858–1872)
# Gusti Ibrahim bergelar Panembahan Ibrahim Muhammad Syafiuddin (1872–1892)
# Gusti Intan bergelar Ratu Permaisuri (1892–1902)
# Gusti Muhammad Thaufiq Accamuddin (1902–1944)
# Gusti Mustaan (1944–1955); diangkat oleh Jepang
# Gusti Jimmi Muhammad Ibrahim Bergelar Panembahan XII (s/d 2002)
# Pangeran Ratu Mulawangsa Mardan Adijaya Kesuma Ibrahim bergelar Panembahan XIII (2002–sekarang)
 
= Tradisi dan Sejarah ROBO'-ROBO' =