Oei Tiong Ham Concern: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan |
kTidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 21:
Setelah Tjong Hauw meninggal, kepemimpinan OTHC di Indonesia dipegang oleh putra bungsu Oei Tiong Ham yaitu Oei Tjong Tjay beserta putra Tjong Hauw yaitu Oei Ing Hwie.<ref name="Oei Tjong Tjay">[http://www.semarang.nl/oei-tiong-ham/oei-tiong-ham-interview-oei-tjong-tjay-1.html Oei Tjong Tjay Interview], Interview dengan Oei Tjong Tjay.</ref> Tjong Tjay yang masih berumur 27 tahun pada saat itu agak sulit beradaptasi dengan iklim bisnis di Indonesia, terutama karena ia besar di luar negeri dan tidak begitu fasih berbahasa indonesia. Kondisi politik Indonesia yang tidak menentu pada saat itu juga membuat OTHC sulit untuk berekspansi; banyak yang menganggap OTHC sebagai pro-Belanda karena kedekatan mereka dengan pihak Belanda pada saat perang.<ref name="Oei Tjong Tjay" /> Di masa ini OTHC banyak mendirikan perusahaan patungan dengan tokoh-tokoh lokal dan pemerintah seperti [[Phapros]]. Tjong Tjay sendiri memilih untuk mendukung [[Partai Sosialis Indonesia]] dan [[PNI]], namun hal ini kelak menjadi bermasalah ketika tokoh-tokoh PSI ditangkap dan diasingkan ke luar negeri.<ref name="Oei Tjong Tjay" />
Sengketa dengan pemerintah Indonesia, yang diawali dengan perkara penuntutan terhadap [[Bank Indonesia]] di Amsterdam tentang pencairan dana OTHC yang macet di bank tersebut, mengakibatkan hubungan OTHC dan pemerintah semakin buruk.<ref name="part2">[http://www.semarang.nl/oei-tiong-ham/oei-tiong-ham-interview-oei-tjong-tjay-2.html Oei Tjong Tjay Interview part 2], Interview Oei Tjong Tjay bag 2.</ref> Pada bulan Juli tahun 1961, pemerintah Indonesia melalui pengadilan ekonomi di Semarang memutuskan untuk menyita dan mengambil alih aset-aset OTHC di Indonesia dan pada tahun 1964 dibentuk [[BUMN]] [[Rajawali Nusantara Indonesia]] (PT RNI) untuk mengelola aset-aset tersebut.<ref name="part2" /> Kejadian ini menyebabkan berakhirnya OTHC
== Sumber ==
|