Ibnu Khaldun: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Sejarah Keilmuwan Ibnu Khaldun
k Membatalkan 2 suntingan oleh 61.94.94.242 (pembicaraan). (TW)
Baris 1:
{{rapikan}}
'''Ibnu Khaldun''', nama lengkap: ''Abu Zayd 'Abd al-Rahman ibn Muhammad ibn Khaldun al-Hadrami'' (عبد الرحمن بن محمد بن خلدون الحضرمي) lahir [[27 Mei]] [[1332]]/732H, wafat [[19 Maret]] [[1406]]/808H) adalah seorang sejarawan muslim dari [[Tunisia]] dan sering disebut sebagai bapak pendiri ilmu [[historiografi]], [[sosiologi]] dan [[ekonomi]]. Karyanya yang terkenal adalah ''[[Muqaddimah]]'' (Pendahuluan).
<!--
Nasab Ibnu
Khaldun adalah Waliuddin Abdurrahman bin Muhammad bin Muhammad bin Abi Bakar
Muhammad bin al-Hasan yang kemudian masyhur dengan sebutan Ibnu Khaldun. lahir
di Tunisia pada 1 Ramadan 732 H./27 Mei 1332 M. adalah dikenal sebagai
sejarawan dan bapak sosiologi Islam yang hafal Alquran sejak usia dini. Sebagai
ahli politik Islam, ia pun dikenal sebagai bapak Ekonomi Islam, karena
pemikiran-pemikirannya tentang teori ekonomi yang logis dan realistis jauh
telah dikemukakannya sebelum Adam Smith (1723-1790) dan David Ricardo
(1772-1823) mengemukakan teori-teori ekonominya. Bahkan ketika memasuki usia
remaja, tulisan-tulisannya sudah menyebar ke mana-mana.
 
Tulisan-tulisan
dan pemikiran Ibnu Khaldun terlahir karena studinya yang sangat dalam,
pengamatan terhadap berbagai masyarakat yang dikenalnya dengan ilmu dan
pengetahuan yang luas, serta ia hidup di tengah-tengah mereka dalam
pengembaraannya yang luas pula.
Selain itu dalam tugas-tugas yang diembannya penuh dengan berbagai peristiwa,
baik suka dan duka. Ia pun pernah menduduki jabatan penting di Fes,
Granada, dan Afrika Utara serta pernah menjadi guru besar di Universitas
al-Azhar, Kairo yang dibangun oleh dinasti Fathimiyyah. Dari sinilah ia
melahirkan karya-karya yang monumental hingga saat ini. Nama dan karyanya harum
dan dikenal di berbagai penjuru dunia. Panjang sekali jika kita berbicara
tentang biografi Ibnu Khaldun, namun ada tiga periode yang bisa kita ingat
kembali dalam perjalan hidup beliau. Periode pertama, masa dimana Ibnu Khaldun
menuntut berbagai bidang ilmu pengetahuan. Yakni, ia belajar Alquran, tafsir,
hadis, usul fikih, tauhid, fikih madzhab Maliki, ilmu nahwu dan sharaf, ilmu
balaghah, fisika dan matematika.
Dalam semua bidang studinya mendapatkan nilai yang sangat memuaskan dari para
gurunya. Namun studinya terhenti karena penyakit pes telah melanda selatan
Afrika pada tahun 749 H. yang merenggut ribuan nyawa. Ayahnya dan sebagian
besar gurunya meninggal dunia. Ia pun berhijrah ke Maroko selanjutnya ke Mesir;
Periode kedua, ia terjun dalam dunia politik dan sempat menjabat berbagai
posisi penting kenegaraan seperti qadhi al-qudhat (Hakim Tertinggi).
 
Namun,
akibat fitnah dari lawan-lawan politiknya, Ibnu Khaldun sempat juga dijebloskan
ke dalam penjara.
SETELAH keluar dari penjara, dimulailah periode ketiga kehidupan Ibnu Khaldun,
yaitu berkonsentrasi pada bidang penelitian dan penulisan, ia pun melengkapi
dan merevisi catatan-catatannya yang telah lama dibuatnya. Seperti kitab
al-’ibar (tujuh jilid) yang telah ia revisi dan ditambahnya bab-bab baru di
dalamnya, nama kitab ini pun menjadi Kitab al-’Ibar wa Diwanul Mubtada’ awil
Khabar fi Ayyamil ‘Arab wal ‘Ajam wal Barbar wa Man ‘Asharahum min Dzawis
Sulthan al-Akbar.
Kitab al-i’bar ini pernah diterjemahkan dan diterbitkan oleh De Slane pada
tahun 1863, dengan judul Les Prolegomenes d’Ibn Khaldoun. Namun pengaruhnya
baru terlihat setelah 27 tahun kemudian. Tepatnya pada tahun 1890, yakni saat
pendapat-pendapat Ibnu Khaldun dikaji dan diadaptasi oleh sosiolog-sosiolog
German dan
Austria yang memberikan pencerahan bagi para sosiolog modern.
Karya-karya lain Ibnu Khaldun yang bernilai sangat tinggi diantaranya,
at-Ta’riif bi Ibn Khaldun (sebuah kitab autobiografi, catatan dari kitab
sejarahnya); Muqaddimah (pendahuluan atas kitabu al-’ibar yang bercorak
sosiologis-historis, dan filosofis); Lubab al-Muhassal fi Ushul ad-Diin (sebuah
kitab tentang permasalahan dan pendapat-pendapat teologi, yang merupakan
ringkasan dari kitab Muhassal Afkaar al-Mutaqaddimiin wa al-Muta’akh-khiriin
karya Imam Fakhruddin ar-Razi).
 
DR. Bryan S. Turner, guru besar sosiologi di Universitas of
Aberdeen, Scotland dalam artikelnya “The Islamic Review & Arabic Affairs”
di tahun 1970-an mengomentari tentang karya-karya Ibnu Khaldun. Ia menyatakan,
“Tulisan-tulisan sosial dan sejarah dari Ibnu Khaldun hanya satu-satunya dari tradisi intelektual yang diterima
dan diakui di dunia Barat, terutama ahli-ahli sosiologi dalam bahasa Inggris
(yang menulis karya-karyanya dalam bahasa Inggris).” Salah satu tulisan yang
sangat menonjol dan populer adalah muqaddimah (pendahuluan) yang merupakan buku
terpenting tentang ilmu sosial dan masih terus dikaji hingga saat ini.
 
<br>
Bahkan buku ini telah diterjemahkan dalam berbagai bahasa. Di sini Ibnu Khaldun
menganalisis apa yang disebut dengan ‘gejala-gejala sosial’ dengan
metoda-metodanya yang masuk akal yang dapat kita lihat bahwa ia menguasai dan
memahami akan gejala-gejala sosial tersebut. Pada bab ke dua dan ke tiga, ia
berbicara tentang gejala-gejala yang membedakan antara masyarakat primitif
dengan masyarakat moderen dan bagaimana sistem pemerintahan dan urusan politik
di masyarakat.
 
<br>
Bab ke dua dan ke empat berbicara tentang gejala-gejala yang berkaitan dengan
cara berkumpulnya manusia serta menerangkan pengaruh faktor-faktor dan
lingkungan geografis terhadap gejala-gejala ini. Bab ke empat dan kelima, menerangkan tentang ekonomi dalam individu, bermasyarakat maupun negara.
Sedangkan bab ke enam berbicara tentang paedagogik, ilmu dan pengetahuan serta
alat-alatnya. Sungguh mengagumkan sekali sebuah karya di abad ke-14 dengan
lengkap menerangkan hal ihwal sosiologi, sejarah, ekonomi, ilmu dan
pengetahuan. Ia telah menjelaskan terbentuk dan lenyapnya negara-negara dengan
teori sejarah.
 
<br>
Ibnu Khaldun sangat meyakini sekali, bahwa pada dasarnya negera-negara berdiri
bergantung pada generasi pertama (pendiri negara) yang memiliki tekad dan
kekuatan untuk mendirikan negara. Lalu, disusul oleh generasi ke dua yang
menikmati kestabilan dan kemakmuran yang ditinggalkan generasi pertama.
Kemudian, akan datang generasi ke tiga yang tumbuh menuju ketenangan,
kesenangan, dan terbujuk oleh materi sehingga sedikit demi sedikit
bangunan-bangunan spiritual melemah dan negara itu pun hancur, baik akibat
kelemahan internal maupun karena serangan musuh-musuh yang kuat dari luar yang
selalu mengawasi kelemahannya.
 
<br>
ADA beberapa catatan penting dari sini yang dapat kita ambil bahan pelajaran.
Bahwa Ibnu Khaldun menjunjung tinggi ilmu pengetahuan dan tidak meremehkan akan
sebuah sejarah. Ia adalah seorang peneliti yang tak kenal lelah dengan dasar
ilmu dan pengetahuan yang luas. Ia selalu memperhatikan akan
komunitas-komunitas masyarakat. Selain seorang pejabat penting, ia pun seorang
penulis yang produktif. Ia menghargai akan tulisan-tulisannya yang telah ia
buat. Bahkan ketidaksempurnaan dalam tulisannya ia lengkapi dan perbaharui
dengan memerlukan waktu dan kesabaran. Sehingga karyanya benar-benar
berkualitas, yang di adaptasi oleh situasi dan kondisi.
 
<br>
Karena pemikiran-pemikirannya yang briliyan Ibnu Khaldun dipandang sebagai
peletak dasar ilmu-ilmu sosial dan politik Islam. Dasar pendidikan Alquran yang
diterapkan oleh ayahnya menjadikan Ibnu Khaldun mengerti tentang Islam, dan
giat mencari ilmu selain ilmu-ilmu keislaman. Sebagai Muslim dan hafidz
Alquran, ia menjunjung tinggi akan kehebatan Alquran. Sebagaimana dikatakan
olehnya, “Ketahuilah bahwa pendidikan Alquran termasuk syiar agama yang
diterima oleh umat Islam di seluruh dunia Islam. Oleh kerena itu pendidikan Alquran
dapat meresap ke dalam hati dan memperkuat iman. Dan pengajaran Alquran pun
patut diutamakan sebelum mengembangkan ilmu-ilmu yang lain.”
 
<br>
Jadi, nilai-nilai spiritual sangat di utamakan sekali dalam kajiannya,
disamping mengkaji ilmu-ilmu lainnya. Kehancuran suatu negara, masyarakat, atau
pun secara individu dapat disebabkan oleh lemahnya nilai-nilai spritual.
Pendidikan agama sangatlah penting sekali sebagai dasar untuk menjadikan insan
yang beriman dan bertakwa untuk kemaslahatan umat. Itulah kunci keberhasilan Ibnu Khaldun, ia wafat di Kairo Mesir pada saat bulan suci Ramadan tepatnya
pada tanggal 25 Ramadan 808 H./19 Maret 1406 M.***<br>
<br><!--
Bapak Ekonomi