Bahasa Bugis: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
M. Adiputra (bicara | kontrib)
k ←Suntingan Aladdin Ali Baba (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh Ihlasul Amal
Rahmat munawar (bicara | kontrib)
Penambahan deskripsi tentang bahasa bugis (Bahasa torilangi dan bahasa istana)
Baris 14:
|iso1=-|iso2=bug|iso3=bug|sil=BPR
}}
'''Bahasa Bugis''' adalah salah satu dari rumpun bahasa Austronesia yang digunakan oleh etnik [[Bugis]] di [[Sulawesi Selatan]], yang tersebar di Kabupaten [[Maros]], Kabupaten [[Pangkep]], Kabupaten [[Barru]], Kota [[Parepare]], Kabupaten [[Pinrang]], sebahagian kabupaten [[Enrekang]], sebahagian kabupaten [[Majene]], [[Kabupaten Luwu]], Kabupaten [[Sidenreng Rappang]], Kabupaten [[Soppeng]], Kabupaten [[Wajo]], Kabupaten [[Bone]], Kabupaten [[Sinjai]], Kabupaten [[Bulukumba]], dan Kabupaten [[Bantaeng]].
 
Bahasa Bugis terdiri dari beberapa dialek. Seperti dialek Pinrang yang mirip dengan dialek Sidrap. Dialek Bone (yang berbeda antara Bone utara dan Selatan). Dialek Soppeng. Dialek Wajo (juga berbeda antara Wajo bagian utara dan selatan, serta timur dan barat). Dialek Barru, dan sebagainya.
 
Ada beberapa kosa kata yang berbeda selain dialek. Misalnya, dialek Pinrang dan Sidrap menyebut kata Loka untuk pisang. Sementara dialek Bugis yang lain menyebut Otti atau Utti.
 
Karya sastra terbesar dunia yaitu I Lagaligo menggunakan Bahasa Bugis tinggi yang disebut bahasa Torilangi. Bahasa Bugis umum menyebut kata Menre' atau Manai untuk kata yang berarti "keatas/naik". Sedang bahasa Torilangi menggunakan kata "Manerru". Untuk kalangan istana, Bahasa Bugis juga mempunyai aturan khusus. Jika orang biasa yang meninggal digunakan kata "Lele ri Pammasena" atau "mate". Sedangkan jika Raja atau kerabatnya yang meninggal digunakan kata "Mallinrung".
 
Masyarakat Bugis memiliki penulisan tradisional memakai aksara [[Lontara]]. Contoh: [[Berkas:Lontara w + i.svg|20px]]