Sastra wangi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
BP90Vincentius (bicara | kontrib)
Menambah daftar penulis sastra wangi
Tag: BP2014
BP90Vincentius (bicara | kontrib)
Menyelesaikan artikel
Tag: BP2014
Baris 1:
{{InuseBP | BP90Vincentius|7 April 2014|2 April 2014}}
 
'''Sastra Wangi''' adalah sebutan yang diberikan untuk [[karya]] [[sastra]] Indonesia karya penulis perempuan.<ref name="leksika"> {{cite journal|author=Khristanto|year=2008|publisher=Universitas Muhammadiyah Purwokerto|title=Beberapa Aspek Seputar Sastra Wangi|page=11}} </ref> Istilah sastra wangi pertama kali muncul setelah tebitnya novel [[Saman]] (1998) karya [[Ayu Utami]].<ref name="leksika"/> Hal yang mendasar munculnya sastra wangi adalah tema [[seks]] yang diusung oleh para penulisnya.<ref name="kompas"> {{cite web| url=http://oase.kompas.com/read/2010/04/01/01481963/Sastra.Wangi.Aroma.Selangkangan|title=Sastra Wangi Aroma Selangkangan||author=Agus Sulton|accessdate=2 April 2014}}</ref> Sastra wangi menjadi sarana para penulisnya untuk menyampaikan ideologi dan cara pandang [[feminis]].<ref name="kompas"/> Para pengarang yang karyanya dikategorikan sastra wangi melihat pengistilahan ini sebagai suatu bentuk ejekan.<ref name="leksika2"> {{cite journal|author=Khristanto|year=2008|publisher=Universitas Muhammadiyah Purwokerto|title=Beberapa Aspek Seputar Sastra Wangi|page=12}} </ref> Alasan mereka, pemberian istilah ini adalah penilaian hanya berdasarkan penampilan [[fisik]] saja.<ref name="leksika2"/>
 
==Kontroversi Sastra Wangi==
[[Berkas:Ayu Utami crop.JPG|thumb|200px|right|Melalui "Saman" Ayu Utami mengawali era sastra wangi]]
Para penulis sastra wangi dianggap mengangkat isu yang oleh generasi sebelumnya dianggap [[tabu]].<ref name="bbc"> {{cite web|url=http://news.bbc.co.uk/2/hi/asia-pacific/3093038.stm|author=Becky Lipscombe|accessdate=2 April 2014|publisher=BBC News|title=Chick-lit becomes Hip Lit in Indonesia}}</ref> Mereka dianggap dapat menghasilkan tulisan hebat dan menciptakan gaya penulisan baru, bahkan sebagai [[pembebasan]] [[perempuan]] juga aliran [[feminisme]].<ref name="katrin"> {{cite book|title=Sastra, Perempuan, Seks|author=Katrin Bandel|year=2006|publisher=Jala Sutra|location=Yogyakarta|page=xviii}}</ref> Karya-karya penulis sastra wangi mendapat sambutan sangat [[positif]] dalam banyak segi, seperti media, penghargaan sastra termasuk jumlah eksemplar yang terjual.<ref name="katrin"/> Kontroversi muncul ketika Katrin Bandel mempertanyakan kepantasan karya-karya tersebut yang mendapat tanggapan begitu positif.<ref name="katrin"/> Menurut Katrin, sensasi seputar perempuan dan seks dalam satra wangi memberi efek yang merugikan bagi [[kesusastraan]] Indonesia <ref name="katrin2"> {{cite book|title=Sastra, Perempuan, Seks|author=Katrin Bandel|year=2006|publisher=Jala Sutra|location=Yogyakarta|page=xix}}</ref> Katrin Bandel menyebut dua pengarang perempuan yang layak diragukan apakah mereka sungguh melakukan pendobrakan tabu bahkan pembebasan perempuan adalah Ayu Utami dan [[Djenar Maesa Ayu]]. <ref name="katrin"/> [[Seksualitas]] adalah isu yang cukup sentral dibicarakan melalui banyak bentuk dalam karya sastra.<ref name="katrin"/> Namun, memang sastra wangi sedang menjadi [[tren]] sejak tahun 2000-an sebagai karya yang membicarakan seksualitas secara menantang dan penuh [[sensasi]].<ref name="katrin"/>
 
==Ideologi Sastra Wangi==
[[Berkas:Ayu Utami crop.JPG|thumb|200px170px|rightleft|Melalui "Saman" Ayu Utami mengawali era sastra wangi]]
Dari segi isi, sastra wangi sangat berani dan secara terbuka bahkan [[vulgar]] berbicara tentang alat kelamin.<ref name="kompas"/> Memang pada tahun 70-an muncul karya sastra yang berisi seksualitas yang menggairahkan, namun tidak benar-benar menyentuh sekitar selangkangan secara terbuka.<ref name="kompas"/> Dari segi ideologi, penulis sastra wangi mengangkat ajaran moral, kritik terhadap pemerintah, dan sikap/pernyataan gender.<ref name="kompas"/> Dalam novel-novel sastra wangi [[tokoh]] perempuan digambarkan menyuarakan hak dan [[otoritas]] tubuh keperempuannya.<ref name="horison"> {{cite web|url=http://horisononline.or.id/id/esai/128-representasi-perempuan-dalam-novel-indonesia-pasar-dan-politik-tubuh|title=Representasi Perempuan Dalam Novel Indonesia:Pasar dan Politik Tubuh|author=Novi Anoegrajekti|publisher=Horison Online|accessdate=4 April 2014}}</ref> Novel-novel sastra wangi menyuarakan perlawan terhadap [[dominasi maskulin]]. Dasar ideologi yang paling kuat dalam sastra wangi adalah feminisme yang menolak cara pandang [[patriarki|partiarkis]].<ref name="horison"/> Selain itu muncul juga pendobrakan konsep hubungan [[pranikah]], [[selingkuh|perselingkuhan]], dan lembaga [[pernikahan]].<ref name="horison"/>
Ayu Utami mengatakan bahwa tulisan-tulisannya adalah upaya menciptakan wacana mengenai seksualitas dari [[sudut pandang]] perempuan.<ref name="leksika3"> {{cite journal|author=Khristanto|year=2008|publisher=Universitas Muhammadiyah Purwokerto|title=Beberapa Aspek Seputar Sastra Wangi|page=15}} </ref>. Sementara Djenar Maesa Ayu menyatakan karya-karyanya sebagai usaha untuk jujur terhadp diri sendiri, yaitu apa yang ia alami dan rasakan.<ref name="leksika3"/>
 
==Kontroversi Sastra Wangi==
Kebebasan mendiskusikan masalah [[seks]] menjadi sumber utama kontroversi karya-karya sastra wangi.<ref name=<ref name="leksika3"> {{cite journal|author=Khristanto|year=2008|publisher=Universitas Muhammadiyah Purwokerto|title=Beberapa Aspek Seputar Sastra Wangi|page=14}} </ref> Para penulis sastra wangi dianggap mengangkat isu yang oleh generasi sebelumnya dianggap [[tabu]].<ref name="bbc"> {{cite web|url=http://news.bbc.co.uk/2/hi/asia-pacific/3093038.stm|author=Becky Lipscombe|accessdate=2 April 2014|publisher=BBC News|title=Chick-lit becomes Hip Lit in Indonesia}}</ref> Mereka dianggap dapat menghasilkan tulisan hebat dan menciptakan gaya penulisan baru, bahkan sebagai [[pembebasan]] [[perempuan]] juga aliran [[feminisme]].<ref name="katrin"> {{cite book|title=Sastra, Perempuan, Seks|author=Katrin Bandel|year=2006|publisher=Jala Sutra|location=Yogyakarta|page=xviii}}</ref> Karya-karya penulis sastra wangi mendapat sambutan sangat [[positif]] dalam banyak segi, seperti media, penghargaan sastra termasuk jumlah eksemplar yang terjual.<ref name="katrin"/> Kontroversi muncul ketika Katrin Bandel mempertanyakan kepantasan karya-karya tersebut yang mendapat tanggapan begitu positif.<ref name="katrin"/> Menurut Katrin, sensasi seputar perempuan dan seks dalam satra wangi memberi efek yang merugikan bagi [[kesusastraan]] Indonesia <ref name="katrin2"> {{cite book|title=Sastra, Perempuan, Seks|author=Katrin Bandel|year=2006|publisher=Jala Sutra|location=Yogyakarta|page=xix}}</ref> Katrin Bandel menyebut dua pengarang perempuan yang layak diragukan apakah mereka sungguh melakukan pendobrakan tabu bahkan pembebasan perempuan adalah Ayu Utami dan [[Djenar Maesa Ayu]]. <ref name="katrin"/> [[Seksualitas]] adalah isu yang cukup sentral dibicarakan melalui banyak bentuk dalam karya sastra.<ref name="katrin"/> Namun, memang sastra wangi sedang menjadi [[tren]] sejak tahun 2000-an sebagai karya yang membicarakan seksualitas secara menantang dan penuh [[sensasi]].<ref name="katrin"/> Sementara itu sebagian penulis sastra wangi sepakat bahwa gunjingan yang mereka dapatkan disebabkan karena mereka adalah perempuan, yang sejauh ini dipandang mesti bersikap halus dan lembut. <ref name="leksika3"/>
 
==Para Penulis Sastra Wangi==
[[Berkas:Dewi Lestari.JPG|thumb|150px|right|Dewi Lestari mewarnai dunia sastra wangi lewat karyanya "Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh"]]
Berikut ini para penulis sastra wangi di Indonesia:<ref name="anja"> {{cite thesis|title=SASTRA WANGI, FEMINISME, DAN GENERASI BARU SASTRA INDONESIA|author=Anja Pradnyaparamita|year=2013|publisher=Universitas Kristen Petra Surabaya}} </ref>
#[[Ayu Utami]]
Baris 23:
[[Kategori:Feminisme]]
[[Kategori:Sastra Indonesia]]
[[Kategori:Seksualitas dalam Sastra]]
[[Kategori:Penulis]]