Syarif Harun dari Pelalawan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Shaid22 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Shaid22 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 12:
 
{| class="infobox" style="clear:right; float:right; width:22em; font-size:88%"
|
{| style="width:100%; background:transparent; text-align:center;"
!style="background:#dacaa5;"| Penguasa Negeri [[Pelalawan]]</tr>
|-
|
{| style="width:100%; background:transparent;"
!colspan="2" style="background:#e7dcc3;"| Dibawah Kekuasaan Johor</tr>
|align="left"| [[Maharaja Dinda II]] ||align="right"| 1725&ndash;1750</tr>
|align="left"| [[Maharaja Lela Bungsi]] ||align="right"| 1750&ndash;1775</tr>
|align="left"| [[Maharaja Lela II]] ||align="right"| 1775&ndash;1798</tr>
!colspan="2" style="background:#e7dcc3;"| Kesultanan Pelalawan</tr>
|align="left"| [[Sultan Syarif Abdurrahman]] ||align="right"| 1810&ndash;1822</tr>
|align="left"| [[Sultan Syarif Hasyim I]] ||align="right"| 1822&ndash;1828</tr>
|align="left"| [[Sultan Syarif Ismail]] ||align="right"| 1828&ndash;1844</tr>
| align="left" | [[Sultan Syarif Hamid Pelalawan|Sultan Syarif Hamid]] ||align="right"| 1844&ndash;1866</tr>
|align="left"| [[Sultan Syarif Jaafar Pelalawan|Sultan Syarif Jaafar]] ||align="right"| 1866&ndash;1872</tr>
|align="left"| [[Sultan Syarif Abubakar]] ||align="right"| 1872&ndash;1886</tr>
|align="left"| [[Sultan Syarif Ali]] ||align="right"| 1886&ndash;1892</tr>
|align="left"| [[Sultan Syarif Hasyim II]] ||align="right"| 1892&ndash;1930</tr>
|align="left"| [[Tengku Pangeran Regent Pelalawan)]] ||align="right"| 1931&ndash;1940</tr>
|align="left"| [[Sultan Syarif Harun Pelalawan|Sultan Syarif Harun]] ||align="right"| 1940&ndash;1946</tr>
|align="left"| [[Sultan Syarif Kamaruddin]] || align="right" | 2008&ndash;kini
</tr>
|}
|}
|}<noinclude><!--Categories-->[[Kategori:Kesultanan Pelalawan|*]]</noinclude>
 
Baris 49 ⟶ 24:
Dengan adanya masalah tersebut, Sultan bersama Orang Besar Kerajaan berupaya mencari jalan keluarnya, agar bisa menyelamatkan rakyatnya dari bencana itu. Akhirnya beberapa upaya telah mereka sepakati untuk menempuh jalan yaitu :
* Pada siang hari kaum pria dianjurkan agar meninggalkan kampungnya, pergi ke daerah kampung pedalaman (sekarang [[Kecamatan Bandar Petalangan]]) agar terhindar dari paksaan penjajah Jepang untuk jadi romusha.
* Rakyat yang mempunyai persediaan padi atau bahan makanan lainnya (sagu dsb.nya), supaya menyembunyikannya di hutan atau di tempat-{{Penguasa Negeri Pelalawan}}tempat lain yang sukar diketahui Jepang dan petugasnya.
* Anak-anak gadis, dianjurkan untuk menumpang kepada keluarganya yang tinggal di kampung-kampung, yang dianggap aman dari gangguan Jepang.
Beberapa upaya tersebut nampak berhasil, karena selama penjajahan Jepang, hampir tak ada rakyat Pelalawan yang menjadi romusha, gadis-gadisnya tak ada yang menjadi korban. Namun bahaya kelaparan tetap mengancam, karena rakyat sangat terbatas ruang geraknya untuk berusaha. Padi penduduk, terutama yang tinggal di pinggir [[sungai Kampar|Sungai Kampar]], terus dicabut dan diambil Jepang. Selain itu, banyak pula penduduk daerah lain yang mengungsi ke daerah ini untuk menumpang hidup.