Budaya Maluku: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: BP2014 |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: BP2014 |
||
Baris 35:
Dalam konteks ini komunitas Tobelo, Galela, dan Loloda mengalami proses penyatuan dalam satu sosiokultural baru yang dinamis. <ref name="Usman Thalib, Tontje Soumokil, John Pattiasina, Rabiyatul Uzda"> </ref> Sosiokultural ini berlandaskan pada nilai-nilai ''O'dora'' (saling kaih), ''O'hanyangi'' (saling sayang), ''O'baliara'' (saling peduli), ''O'adili'' (perikeadilan) dan ''O'diai'' (kebenaran) dalam bingkai ''Nanga Tau Mahurete'' dan ''Ngone O'Ria Dodoto''. <ref name="Usman Thalib, Tontje Soumokil, John Pattiasina, Rabiyatul Uzda"> </ref>
=== Budaya Arumbae ===
Arumbae adalah bentukan karakter masyarakat Maluku, baik yang tinggal di pesisir maupun di pegunungan. <ref name="Jendela buku"> {{cite web| url=http://www.unpatti.ac.id/index.php/profil/sejarah-singkat/103-berlayar-dalam-ombak-berkarya-dalam-negeri|title= Arumbae Sebagai Elemen Pandangan Dunia| accessdate= 9 April 2014.13.15|publisher= Unpatti}} </ref> Arumbae adalah kebudayaan berlayar dalam masyarakat Maluku. <ref name="Jendela buku"> </ref> Perjuangan melintasi lautan merupakan bagian dari terbentuknya suatu masyarakat. <ref name="Jendela buku"> </ref> Sebagai contoh, masyarakat Tanimbar - dalam mitos ''Barsaidi'' meyakini bahwa leluhur mereka tiba di pulau Yamdena setelah melewati perjuangan yang sulit di lautan. <ref name="Jendela buku"> </ref>
Perjuangan melintasi lautan merupakan sejarah keluhuran. <ref name="Karel Albert Ralahalu"> Ralahalu Institute, 2012 </ref> Kedatangan para leluhur dari pulau [[Seram]], pulau [[Jawa]] (seperti [[Tuban]] dan Gresik]]) dan pulau Bali menjadi bagian dari cerita keluhuran masyarakat di Maluku Tengah, [[Buru]], Ambon, Lease, dan Mluku Tenggara. <ref name="Karel Albert Ralahalu"> </ref> Ragam cerita inilah yang membentuk terjadinya persekutuan [[Pela]] [[Gandong]] antar negeri. <ref name="Karel Albert Ralahalu"> </ref> Dalam pataka daerah Maluku, Arumbae menjadi simbol daerah yang di dalamnya terdapat lima orang sedang mendayung menghadapi tantangan lautan. <ref name="Karel Albert Ralahalu"> </ref> Secara filosofis, maknanya ialah masyarakat Maluku adalah masyarakat yang dinamis, dan penuh daya juang dalam menghadapi tantangan untuk menyongsong masa depan yang gemilang. <ref name="Karel Albert Ralahalu"> </ref>
Laut adalah medan penuh bahaya dan Arumbae menstrukturkan cara pandang bahwa laut adalah medan kehidupan yang harus dihadapi. <ref name="Karel Albert Ralahalu"> </ref> Itulah sebabnya, masyarakat Maluku melihat laut sebagai ''jembatan persaudaraan'' yang menghubungkan satu pulau dengan pulau lainnya. <ref name="Karel Albert Ralahalu"> </ref> Berlayar ke suatu pulau, seperti dalam Pela Gandong bertujuan untuk mengeratkan jalinan ''hidup orang bersaudara'' sebagai pandangan dunia orang Maluku. <ref name="Karel Albert Ralahalu"> </ref> Kebiasaan ''papalele'', ''babalu'', ''maano'', dan konsekuensi berlayar ke pulau lain, membuat laut dan arumbae sebagai simbol perjuangan ekonomi. <ref name="Karel Albert Ralahalu"> </ref>
Arumabe tampak dalam beragam karya seni. <ref name="Karel Albert Ralahalu"> </ref> Banyak gapura negeri adat Maluku berbentuk Arumbae. <ref name="Karel Albert Ralahalu"> </ref> Lagu daerah banyak mengumpamkan keharmonisan dengan simbol perahu atau Arumbae. <ref name="Karel Albert Ralahalu"> </ref> Di bidang olahraga, ''Arumbae Manggurebe'' telah menjadi program pariwisata dan olahraga tahunan. <ref name="Karel Albert Ralahalu"> </ref>
== Referensi ==
|