Ilmu perbandingan agama: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Menambah bagian artikel Tag: BP2014 |
Menambah bagian artikel Tag: BP2014 |
||
Baris 7:
Selanjutnya pada abad ke-9, [[Barat]]<!--Barat terlalu ambigu--> mulai melakukan kajian terhadap agama-agama.<ref name="Adeng"/> Kajian ini dilatarbelakangi oleh beberapa hal yaitu, pertama, [[sinkretisme]] yang dilakukan oleh sebagian umat [[Kristiani]] yang secara formal memeluk [[Kristen]] namun dalam praktiknya masih sering mengamalkan tradisi keagamaan non-Kristen.<ref name="Farichin">Ch. Farichin. 1987. Hlm 3-5.</ref> Atas dasar ini, orang [[Barat]] mengkaji tradisi keagamaan tersebut guna memisahkan tradisi keagamaan Kristen dengan non-Kristen.<ref name="Farichin"/> Kedua, ditemukannya area baru yang didalamnya terdapat kepercayaan-kepercayaan di luar agama [[Kristen]] yang sebelumnya belum diketahui.<ref name="Farichin"/> Ketiga, penemuan area baru dengan banyak kepercayaan di luar [[Kristen]] menumbuhkan semangat missionari [[Kristen]] untuk menyebarkan ajarannya.<ref name="Farichin"/> Beberapa tokoh pada periode ini melahirkan teori-teori berdasarkan latar belakang kajian agama-agama tersebut.<ref name="Adeng"/> [[Roger Bacon]] ([[1214]]-[[1294]]) misalnya, orang [[Inggris]] yang dalam lingkungan [[Eropa]] merupakan orang pertama yang ahli dalam bidang perbandingan sejarah agama.<ref name="Adeng"/> Berdasarkan pendekatan tersebut ia menemukan beberapa [[tipologi agama]].<ref name="Majalah">Majalah Wawasan. 1993. Hlm 33.</ref>Tokoh lain adalah [[Lord Herbert]] ([[1583]]-[[1648]]) yang juga ahli dalam studi perbandingan, mengungkapkan bahwa yang membedakan manusia dengan makhluk yang lainnya adalah agama.<ref name="Majalah"/> Oleh sebab itu tidak ada yang disebut dengan [[Ateis]]. [[Ateis]] sebenarnya hanyalah orang yang berkeberatan untuk meyakini dan mempercayai [[Tuhan]].<ref name="Majalah"/>
===Zaman Modern===
Menjelang abad ke-19 yaitu saat-saat kemunculan Ilmu Perbandingan Agama, orientasi studi agama mengalami perubahan disebabkan oleh adanya semangat serta kemajuan ilmu pengetahuan dan [[teknologi]].<ref name="Adeng"/> Pada masa kemajuan inilah kemudian kecenderungan untuk mengkaji agama secara kritis dan [[ilmiah]] berkembang dengan pesat.<ref name="Adeng"/> Agama dijadikan sebagai pokok pembicaraan, baik dari segi praktis maupun teoritis.<ref name="Adeng"/> Berkenaan dengan hal ini ada beberapa alasan yang mendukungnya, yaitu:
# Kemajuan yang pesat dalam ilmu pengetahuan dan teknologi telah mempengaruhi dinamika beragama masyarakat saat itu, sehingga kecenderungan untuk mengkaji agama secara ilmiah dan kritis menjadi sangat tinggi.<ref name="James">{{en}}James Hasting. tt. ''Encyclopedia of Religion and Ethics''. New York: Scribner's. Hlm. 662.</ref>
# Kecenderungan untuk merekonstruksi agama sebagai upaya untuk mengembangkannya dalam semua bidang urusan dunia.<ref name="James"/>
|