Sistem kasta Bali: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Caturwangśa: Makna Kasta dalam Masyarakat Hindu
Okkisafire (bicara | kontrib)
Baris 13:
Di dalam masyarakat Hindu dikenal adanya tingkatan-tingkatan kelas yang disebut dengan kasta. Terdapat empat kasta dalam masyarakat Hindu, yaitu Brahmana, Ksatria, Waisya, dan Sudra. Dari keempat kasta tersebut yang tertinggi adalah Brahmana, karena dalam buku ke-10 Rig-Veda tertulis: “golongan Brahmana keluar dari mulut Dewa Brahmana, golongan Ksatria dari tanganya, Waisya dari paha atau perutnya, Sudra keluar dari telapak kakinya”.
 
Arti kiasan yang mengatakan bahwa golongan Brahmana keluar dari mulut Dewa Brahma adalah bahwa golongan Brahmana adalah guru rakyat, karena bukankah mulut itumerupakan saluran buah pikiran?. Oleh karena itu, golongan Brahmana merupakan kasta tertinggi yang suaranya harus didengar dan ditaati. Golongan ini terdiri atas para pendeta dan pemimpin agama. Tugasnya menjalankan upacara-upacara keagamaan.
 
Golongan Ksatria yang dikatakan keluar dari tangan Brahma berarti, berarti bahwa golongan Ksatria menjadi golongan pemerintah, karena tangan diperlukan untuk memanggul senjata pada saat peperangan menahan serangan musuh. Golongan Ksatria terdiri dari raja, bangwasan, dan prajurit. Tugasnya menjalankan pemerintahan.
Baris 20:
 
Kasta Sudra keluar dari telapak kaki Dewa Brahma. Kaki adalah bagian tubuh yang paling di bawah, maka kasta Sudra menjadi kasta yang paling rendah kedudukannya dan harus melayani kasta-kasta yang ada di atasnya.
 
===Triwangśa===
Pembagian kasta dengan hanya mengambil tiga kasta teratas dari sistem Caturwangśa. Menurut [[Kamus Besar Bahasa Indonesia]], ''triwangsa'' (tri·wang·sa) tergolong dalam [kata benda]] yang memiliki arti "tiga kasta (Brahmana, Kesatria, Waisya)".<ref>[http://kbbi.web.id/triwangsa Kamus Besar Bahasa Indonesia]</ref> Berdasarkan triwangsa, semua gelar diperoleh secara askriptif atau turun-menurun dan ditentukan berdasarkan garis keturunan.<ref name=sejarah>Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto. 2008. [http://books.google.co.id/books?id=N5jc0h1BktwC&pg=PA94&lpg=PA94&dq=%22triwangsa%22+pengertian&source=bl&ots=yPG7kspyDq&sig=yReZZh2Kz8EhsgElslt3amdAX-4&hl=en&sa=X&ei=cTUQU4TpFIKkiQfguoDwCw&redir_esc=y#v=onepage&q=%22triwangsa%22%20pengertian&f=false Sejarah nasional Indonesia IV: Kemunculan Penjajahan di Indoensia], Cetakan ke-2. Jakarta: [[Balai Pustaka]]. [[ISBN]] [[Istimewa:Sumber Buku/9794074101|979-407-410-1].</ref> Pola triwangsa masyarakat Bali memengaruhi kehidupan kerajaan [[Mataram, Lombok]]. Pengaruh terutama terlihat pada pemakaian gelar, pola hubungan sosial, pelaksanaan upacara, dan ritual kerajaan.<ref name=sejarah/>