Kulur, Majalengka, Majalengka: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Membalikkan revisi 7809654 oleh 36.80.14.239 (bicara)
Baris 16:
Antara tahun 1615 - 1645 wilayah yang sekarang menjadi Desa Kulur masih termasuk kedalam wilayah Desa Cibodas, yang berada di bawah kekuasaan Kerajaan Cirebon. Pada saat itu Desa Cibodas dipimpin oleh seorang kuwu yang dikenal adil dan bijaksana serta dikenal memiliki kesaktian tinggi, yaitu Kuwu Jayaperkosa. Pada masa kepemimpinanya inilah Desa Cibodas menunjukkan sikapnya yang berani kepada kerajaan di Cirebon, yaitu tidak akan mengirimkan upeti (berupa buah-buahan, hasil pertanian dan ubi-ubian) dengan maksud untuk meningkatkan kesejahteraan warga desanya serta menjadikan Desa Cibodas mandiri. Akibat sikapnya ini, Desa Cibodas berusaha ditaklukkan kembali oleh kerajaan, namun tidak berhasil karena konon lokasi Desa Cibodas tidak ditemukan. Karena kesaktiannya itulah Kuwu Jayaperkosa dijuluki Mbah Terong Peot, dan adapula yang menjulukinya Embah Sayang Hawu. Kemudian beliau meninggalkan Desa Cibodas dan menetap di wilayah Sumedang.
 
Sebelum meninggalkan Cibodas, Kuwu Jayaperkosa menyerahkan tampuk kekuasaan pemerintahannya kepada menantunya yang bernama Hamijah. Kuwu baru inipun memiliki sifat dan sikap yang sama dalam memimpin rakyatnya, memiliki tujuan mensejahterakan masyarakat dan membangun kemandirian masyarakatnya dengan melanjutkan sikap pendahulunya yaitu tidak mengirimkan upeti kepada kerajaan di Cirebon.{{Pemerintah Desa Kulurreferensi}}
 
{{Majalengka, Majalengka}}