Sinden: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 9:
*{{en}} Graham, Duncan ''[http://www.thejakartapost.com/Archives/ArchivesDet2.asp?FileID=20060910.C01 Karen Elizabeth Sekararum: The descent of good fortune and material wealth]'', [[The Jakarta Post|The Sunday Post]]'', 10 September 2006
 
Sindhen menurut Ki-Mujoko Joko Raharjo (Alm) berasal dari kata "pasindhian" yang berarti yang kaya akan [[lagu]] atau yang melagukan (melantunkan lagu). Sinden juga disebut [[waranggana]] "[[wara]]" berarti seseorang berjeni kelamin wanita, dan "[[anggana]]" berarti sendiri. Pada jaman dahulu wrangganawaranggana adalah satu-satunya wanita dalam panguungpangung pergelaran wayang ataupun pentas klenengan. Sindhen memang seorang wanita yang menyanyi sesuai dengan [[gendhing]] yang di sajikan baik dalam [[klenengan]] maupun pergelaran wayang. Sindhen tidak hanya satu orang dalam pergelaran tetapi untuk saat ini pada [[pertunjukan]] wayang bisa mencapai delapan hingga sepuluh orang bahkan lebih untuk pergelaran yang sifatnya spektakuler.
 
Pada pergelaran wayang jaman dulu Sindhen duduk dibelakang Dalang, tepatnya di belakang [[tukang]] [[gender]] dan di depan tukang [[Kendhang]]. Hanya seorang diri dan biasanya istri dari Dalangnya ataupun salah satu pengrawit dalam pergelaran tersebut. Tetapi seiring perkembangan jaman, terutama di era Ki [[Narto Sabdho]] yang melakukan berbagai pengembangan, Sindhen dialihkan tempatnya menghadap ke penonton tepatnya di sebelah kanan Dalang membelakangi simpingan wayang dengan jumlah lebih dari dua orang.