Kritik kanonik: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
BP21Danang (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: BP2014
BP21Danang (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: BP2014
Baris 11:
Kritik Kanonik tidak mempertimbangkan arti setiap kata yang berubah-ubah sesuai perkembangan zaman mulai dari terbentuknya Alkitab hingga saat ini, atau yang sering kita sebut proses [[diakronik]].<ref name="Hayes"/>Kritik ini sama sekali tidak mempertimbangkan kritik [[sejarah]] yang ada di balik peristiwa dalam Alkitab.<ref name="Hayes"/>
 
Pendekatan Kritik Kanonik adalah menarik pesan dari teks tertentu tanpa dapat dipisahkan dari teks-teks lain, setiap pesan tidak boleh bertentangan dengan kebenaran Alkitab secara keseluruhan.<ref name="Hayes"/> Misalnya cara membaca Alkitab dalam [[Perjanjian Baru]] harus juga diterangi dengan pesan yang didapat dari membaca [[Perjanjian Lama]] atau sebaliknya.<ref name="Hayes"/> Alkitab sebagai buku suci memiliki dayanya tersendiri terlepas dari sejarah dan konteks penulisannya.<ref name="Hayes"/>
 
Baris 18:
[[Agustinus]], seorang bapa gereja abad 4-5 (354-430) telah memulai memakai kritik kanonik.<ref name="Hayes"/> Cara tersebut diperbolehkan karena ia percaya bahwa Allah dapat berfirman secara langsung, atau menyatakan kehendak-Nya melalui Alkitab yang sudah jadi itu kepada umat-Nya.<ref name="Hayes"/> Relasi antara teks dan pembaca sangat mempengaruhi hasil tafsir akhirnya, artinya konteks pembaca lebih dominan dalam menghasilkan tafsiran.<ref name="Hayes"/> Kewibawaan Alkitab dalam Kritik Kanonik ini, Akitab diibaratkan sebagai kendaraan untuk mengenal Allah.<ref name="Hayes"/>
 
Menurut John Van Seters mengatakan bahwa [[Origenes]] (abad 6) pernah mengusulkan kritik teks atau [[filologi]] dalam menafsir Alkitab, hal ini senada dengan Kritik Kanonik.<ref name="Seters">{{en}} John Van Seters., The Edited Bible: The Curious History of the "editor" in Biblical Criticism, Eisenbrauns, 2005, 362-363</ref> Kritik Kanon memang dikembangkan oleh [[Brevard S. Childs]] tahun 1970-an, namun dia sendiri sebenarnya memraktikkan kritik sejarah dan kritik kanonik dalam menafsir Alkitab.<ref name="Seters"/><ref name="Krasovec"/> Pada tahun Satu-satunya aspek penting dari Kritik Kanonik adalah, bahwa [[firman]] Allah memiliki relasi yang kuat dengan umat beriman, komunitas yang dibentuk Allah sendiri dalam sejarah.<ref name="Seters"/> Melalui Alkitab yang kita pegang sekarang, Allah sanggup menyatakan dirinya kepada umat manusia.<ref name="Krasovec"/>