Hamim Tohari Djazuli: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
BP79Pandu (bicara | kontrib)
sunting wikifisasi
Tag: BP2014
BP79Pandu (bicara | kontrib)
sunting wikifisasi
Tag: BP2014
Baris 6:
== Biografi ==
=== Masa Kecil dan pendidikan awal ===
Gus Miek adalah putra ketiga dari enam bersaudara dari pasangan K.H Djazuli Utsman dan [[Nyai Rodhiyah]].<ref name="Perjalanan"/><ref name="www.tokohtokoh.com"/> Amiek (panggilan masa kecil Gus Miek) lahir dan besar di Kediri.<ref name="Perjalanan"/> Ia tinggal di lingkungan bekas [[kantor]] [[penghulu]] yang telah ditebus orang tuanya dengan biaya 71 [[gulden|golden]].<ref name="Perjalanan"/> Gus Miek kecil adalah sosok yang pendiam dan suka menyendiri, berbeda dengan saudara-saudaranya dan teman sebayanya yang lebih senang dekat ibunya atau kepada para [[santri]].<ref name="Perjalanan"/> Hal ini dapat dilihat bila seluruh keluarga berkumpul, ia selalu mengambil tempat yang paling jauh.<ref name="Perjalanan"/> Ketika kecil ia juga terkenal memiki suara yang merdu dan fasih pada saat membaca al-Qur'an.<ref name="Perjalanan"/>
 
Pendidikan awal ia tempuh dengan masuk di [[Sekolah Rakyat]] ([[SR]]), namun tidak sampai selesai karena sering membolos.<ref name="nu.or.id">[http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,13-id,39262-lang,id-c,tokoh-t,Gus+Miek++dari+Khataman+ke+Tempat+Perjudian-.phpx www.nu.or.id: Gus Miek, dari Khataman ke Tempat Perjudian]. Diakses 6 April 2014</ref> Dalam pendidikan belajar membaca al-Qur'an, Gus Miek dibimbing langsung oleh ibunya, kemudian ia diserahkan kepada [[Ustadz]] [[Hamzah]].<ref name="Perjalanan"/> Sedangkan dalam pendidikan belajar [[kitab]], Gus Miek beserta para saudaranya diajar langsung oleh ayahnya.<ref name="Perjalanan"/>.
Baris 15:
Pada umur 13 tahun, Gus Miek melanjutkan pendidikannya di [[Pondok Pesantren]] [[Lirboyo]], Kediri, setelah K.H. [[Mahrus Ali]] datang menjemputnya di Ploso untuk memintanya belajar di Pondok Pesantren asuhan K.H. Mahrus Ali tersebut.<ref name="Perjalanan"/> Namun pendidikannya di Pondok Pesantren Lirboyo hanya bertahan selama 16 hari dan kemudian Gus Miek kembali pulang ke Ploso.<ref name="nu.or.id"/>
 
Kepulangan Gus Miek yang mendadak ke Pondok Pesantren Ploso membuat orang tuanya resah karena ia tidak mau untuk melanjutkan belajarnya di Pesantren Lirboyo. Namun Gus Miek mampu menunjukkan bahwa selama belajarnya di Pesantren Lirboyo ia melakukannya dengan sungguh-sungguh, ia membuktikan kepada orang tuannya dengan cara menggantikan semua jadwal [[pengajian]] yang biasa diampu oleh ayahnya di Pondok Pesntren Ploso.<ref name="Perjalanan"/> Gus Miek membuktikannya dengan mengajarkan berbagai kitab kepada para santri, yakni: kitab ''[[Tahrir]]'' (kitab [[fiqh]] tingkat dasar), ''[[Fatkhul Mu'in]]'' (kitab fiqh tingkat menengah), ''[[Jam'ul Jawami]]''' (kitab [[ushul fiqh]]), ''[[Fatkhul Qarib]]'' (kitab fiqh tingkat menengah), ''[[Shahih Bukhari]]'' (kitab [[hadis]]), ''[[Shahih Muslim]]'' (kitab hadis), ''[[Tafsir al-Jalalain|Tafsir Jalalain]]'' (kitab [[tafsir]] al-Qur'an), ''[[Iqna]]'' (kitab fiqh penjabaran dari kitab ''Fatkhul Qarib''), ''[[Shaban]]'' (kitab [[tata bahasa]] [[Arab]]) dan ''[[Ihya Ulumuddin|Ihya' Ulumuddin]]'' (kitab [[tasawuf]]).<ref name="Perjalanan"/>. Pada saat inilah orang tuanya menyadari adanya karomah (kelebihan) kewalian pada diri Gus Miek.<ref name="Perjalanan"/>
 
Setelah menunjukkan kemampuannya kepada orang tuanya, beberapa bulan kemudian Gus Miek memutuskan untuk belajar lagi di Pesantren Lirboyo.<ref name="Perjalanan"/> Di pesantren tersebut ia cukup rajin dalam mengikuti pengajian. Namun ia mempuyai kebiasaan yang sulit dihilangkan sejak di Ploso, yaitu ketika santri lain sedang sibuk mengaji, ia hanya tidur dan meletakkan kitabnya di atas meja.<ref name="Perjalanan"/> Meskipun demikian, ketika gurunya mengajukan pertanyaan terkait materi yang telah disampaikan, Gus Miek selalu mampu menjawabnya dengan memuaskan.<ref name="Perjalanan"/>