Union Films: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
kata sambung tidak memiliki huruf kapital
Baris 42:
Pada awal 1942 , pemerintah kolonial Hindia Belanda telah kuatir dengan adanya kemungkinan invasi oleh [[Kekaisaran Jepang]].{{sfn|Sardiman|2008|p=98}} Ketakutan ini mencapai masyarakat umum Hindia, dan dalam edisi Februari 1942 majalah ''Pertjatoeran Doenia Dan Film'' dilaporkan bahwa beberapa studio film akan menjauh dari ibukota kolonial Batavia atau masuk dalam masa hiatus produksi. Union, meskipun sudah memulai proses produksi film yang berlatar di era [[Majapahit]] berjudul ''Damar Woelan'', terpaksa menutup perusahaan.{{sfn|Pertjatoeran Doenia dan Film 1942, Studio Nieuws|p=18}} Ketika [[Masa Pendudukan Jepang|Jepang menduduki Hindia]] pada Maret 1942,{{sfn|Biran|2009|p=234}} Union Films ditutup, dan tidak pernah dibuka kembali.{{sfn|Biran|2009|pp=319, 332}}
 
Selain Ariffien , yang terus menyutradarai film hingga tahun 1960-an,{{sfn|Biran|1979|p=390}} tidak ada direksi atau produser dari Union Films yang kembali ke industri film setelah berakhirnya masa pendudukan Jepang pada tahun 1945. Namun beberapa aktor meneruskan karier mereka . Djoewariah, misalnya, membuat film pertamanya setelah meninggalkan Union, ''Sehidup Semati'', pada tahun 1949, dan terus berakting sampai pertengahan 1950-an.{{sfn|Biran|1979|p=145}} Sementara itu, karier Rd Soekarno berlangsung melampaui 1970-an; ia sebagian besar ditulis namanya sebagai Rendra Karno.{{sfn|Biran|1979|p=397}} Tokoh-tokoh lainnya, seperti bintang ''Kedok Ketawa'' Basoeki Resobowo, memiliki karier di belakang layar; Resobowo menjadi penata seni di film-film seperti ''[[Darah Dandan Doa]]'' (1950).{{sfn|Filmindonesia.or.id, Basuki Resobowo}}
{{-}}