Teologi kontekstual: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
BP25Vanya (bicara | kontrib)
Tag: BP2014
55hans (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 2:
 
 
'''Teologi kontekstual''' adalah cabang ilmu [[teologi]] [[Kristen]] yang menelaah bagaimana ajaran Kristen dapat menjadi relevan di konteks-konteks yang berbeda.{{fact}} Teologi ini merupakan bagian dari [[teologi pembebasan]].<ref name="Drewes">{{id}}Drewes, B. F. dan Julianus Mojau. 2007. ''Apa itu Teologi: Pengantar ke dalam Ilmu Teologi''.Jakarta: BPK Gunung Mulia.</ref> Beberapa contoh teolog yang mengangkat isu teologi kontekstual adalah [[Kosuke Koyama]], [[C. S. Song]], dan [[Gustavo Gutierrez]].<ref name="Elwood">{{en}}Douglas J. Elwood. 2006. ''Teologi Kristen Asia: tema-tema yang tampil ke permukaan''.Jakarta: BPK Gunung Mulia.</ref>
 
==Sejarah Singkat==
Istilah kontekstualisasi telah digunakan secara populer dalam dunia teologi pada akhir abad ke-20.<ref name="Tomatala">{{id}}Y. Tomatala. 1993. ''Teologi Kontekstual: Suatu Pengantar''.hal 2. Malang: Gandum Mas.</ref> Kata ini ditambahkan pada perbendaharaan kata dalam bidang misi dan teologi sejak diperkenalkan oleh ''Theological Education Fund'' (TEF) pada tahun 1972.<ref name="TEF">{{en}}Theological Education Fund Staff. 1972. ''Ministry in Context: The Third Mandate Programme of The Theological Education Fund''.England: Theological Education Fund.</ref> Ada kelompok yang mempergunakan dan mempertahankan penggunaan istilah kontekstualisasi.<ref name="Tomatala"></ref> Namun, ada pula yang menggunakan istilah lain, seperti [[teologi lokal]], [[teologi inkulturasi]], dan [[teologi pribumi]].<ref name="Tomatala"></ref>
 
Konteks pembicaraan tentang kontekstualisasi dalam diskusi TEF adalah pendidikan teologi di negara-negara [[Dunia Ketiga]].<ref name="TEF"></ref> Namun, para teolog menyadari bahwa ide dari kontekstualisasi itu sendiri sebetulnya sudah ada jauh sebelum TEF bersidang, yaitu terdapat dalam [[Alkitab]].<ref name="TEF"></ref> Contohnya adalah inkarnasi [[Yesus]] dan pendekatan [[Paulus]] pada waktu ia mengkomunikasikan [[Injil]] kepada orang bukan [[Yahudi]].<!--tidak jelas bagi pembaca non teologi--><ref name="TEF"></ref> Oleh karena itu, para teolog beranggapan bahwa kontekstualisasi hanya merupakan istilah baru dari istilah-istilah yang telah ada dan dipakai sebelumnya.<ref name="TEF"></ref> Istilah-istilah itu adalah pribumi, inkulturasi, akomodasi dan adaptasi.<ref name="TEF"></ref>
 
==Model-model Pendekatan Kontekstual==
Dalam penerapannya, teologi kontekstual memiliki beberapa model pendekatan.<ref name="Tomatala"></ref> Model-model pendekatan ini memberikan gambaran umum tentang usaha berteologi dalam suatu konteks.<ref name="Tomatala"></ref>
 
Dalam penerapannya, teologi kontekstual memiliki beberapa model pendekatan.<ref name="Tomatala"></ref> Model-model pendekatan ini memberikan gambaran umum tentang usaha berteologi dalam suatu konteks.<ref name="Tomatala"></ref>
 
===Model Akomodasi===
 
Akomodasi adalah sikap menghargai dan terbuka terhadap kebudayaan asli.<ref name="Tomatala"></ref> Sikap ini dinyatakan dalam bentuk kelakuan, perbuatan, dan perkataan, baik dalam ranah ilmiah maupun praktis.<ref name="Tomatala"></ref> Objek akomodasi adalah kehidupan busaya yang menyeluruh dari suatu bangsa, baik dari segi fisik, sosial, dan ideal. <ref name="Tomatala"></ref> Dalam pendekatan ini, terjadi sebuah pengambilalihan nilai-nilai budaya dan dipadukan dengan nilai-nilai Kristiani.<ref name="Tomatala"></ref> Dengan demikian, terdapat pandangan positif bagi [[Alkitab]].<ref name="Tomatala"></ref> Selama ini, [[Alkitab]] dipandang menghancurkan nilai-nilai dalam suatu budaya.<ref name="Tomatala"></ref>
 
===Model Adaptasi===
Model ini berbeda dengan model akomodasi.<ref name="Tomatala"></ref> Model ini tidak mengasimilasikan unsur budaya dalam nilai-nilai Kristiani.{{fact}} Model ini menggunakan bentuk atau pemahaman yang ada dalam suatu budaya untuk menjelaskan suatu pemahaman dalam Kekristenankekristenan.<ref name="Tomatala"></ref> Tujuan dari model ini adalah untuk mengekspresikan dan menerjemahkan Alkitab dalam istilah setempat (''indigenous terms'').<ref name="Tomatala"></ref> Hal ini dilakukan agar istilah Kristiani tersenut dapat dipahami oleh suatu masyarakat dengan konteks yang berbeda.<ref name="Tomatala"></ref>
 
Model ini berbeda dengan model akomodasi.<ref name="Tomatala"></ref> Model ini tidak mengasimilasikan unsur budaya dalam nilai-nilai Kristiani. Model ini menggunakan bentuk atau pemahaman yang ada dalam suatu budaya untuk menjelaskan suatu pemahaman dalam Kekristenan.<ref name="Tomatala"></ref> Tujuan dari model ini adalah untuk mengekspresikan dan menerjemahkan Alkitab dalam istilah setempat (''indigenous terms'').<ref name="Tomatala"></ref> Hal ini dilakukan agar istilah Kristiani tersenut dapat dipahami oleh suatu masyarakat dengan konteks yang berbeda.<ref name="Tomatala"></ref>
 
===Model Prossesio===
 
''Prossesio'' adalah sikap yang menanggapi budaya secara negatif.<ref name="Tomatala"></ref> Proses ''prossesio'' terjadi melalui seleksi, penolakan, reinterpretasi, dan rededikasi.<ref name="Tomatala"></ref> Kelompok yang menganut model ini memahami bahwa kebudayaan adalah sesuatu yang telah dirusak oleh dosa.<ref name="Tomatala"></ref> Tidak ada kebaikan di dalam kebudayaan.<ref name="Tomatala"></ref> Model ini juga memahami bahwa hanya Kekristenan dan Alkitab yang kudus dan tidak berdosa.<ref name="Tomatala"></ref>
 
===Model Transformasi===
 
Model ini berakar pada pemahaman [[Richard Niebuhr]] mengenai [[Allah]] dan kebudayaan. [[Allah]] dipahami berada di atas kebudayaan.<ref name="Tomatala"></ref> Melalui kebudayaan, [[Allah]] berinteraksi dengan manusia.<ref name="Tomatala"></ref> Bila seseorang dibaharui oleh Allah, maka kebudayaan tersebut juga ikut dibaharui.<ref name="Tomatala"></ref>
 
===Model DialekDialektis===
 
Model ini menekankan interkasi yang dinamis antara teks dan konteks. Konsep ini didukung oleh pemahaman yang kuat bahwa kebudayaan juga membawa perubahan.<ref name="Tomatala"></ref> Tidak hanya Kekristenan yang membawa perubahan bagi konteks, tetapi konteks juga memberi perubahan bagi Kekristenan.<ref name="Tomatala"></ref> Contohnya dalam [[teologi]], kebudayaan memberi warna baru bagi teologi dalam usahanya menghadirkan Kekristenan di tengah konteks yang ada.<ref name="Tomatala"></ref>
 
==Tokoh==
 
===Matteo Ricci===
[[Berkas:Ricci1.jpg|frame|right|Matteo Ricci (kiri) dan [[Xu Guangqi]](徐光启) (kanan) dalam [[Unsur Euclid]] edisi Cina(《几何原本》)]]
Baris 40 ⟶ 32:
 
===Gustavo Gutierrez===
 
[[Gustavo Gutierrez]] adalah seorang imam [[Katolik]].<ref name="Lane">{{id}}Lane, Tony. 2007. ''Runtut Pijar''.Jakarta: BPK Gunung Mulia</ref> Ia juga seorang teolog.<ref name="Lane"></ref> Ia lebih dikenal sebagai teolog pembebasan.<ref name="Lane"></ref> Ia mencetuskan ide [[teologi pembebasan]].<ref name="Lane"></ref> Ide itu berakar pada konteks saat itu.<ref name="Lane"></ref> Ia melihat bahwa gereja tidak memihak kepada yang miskin.<ref name="Lane"></ref> Gereja hanya mementingkan dirinya sendiri.<ref name="Lane"></ref>
 
===C. S. Song===
 
[[Choang Seng Song]] atau yang dikenal sebagai C. S. Song adalah salah satu teolog kontekstual di Asia.<ref name="Song">{{en}}Song, C. S. 1982. ''The Compassionate God''.New York: Orbis Books</ref> Ia memahami bahwa ilmu teologi yang selama ini diajarkan dan dikembangkan oleh gereja-gereja di Asia tidak menyentuh budaya lokal.<ref name="Song"></ref> Dalam pandangannya, teologi semestinya menyentuh konteks.<ref name="Song"></ref>
 
Baris 52 ⟶ 42:
 
===Aloysius Pieris===
 
[[Aloysius Pieris]] adalah seorang teolog dari [[Sri Lanka]].<ref name="England">{{en}}England, John C. 2009. ''Asian Christian Theologies: A Research Guide to Authors, Movements, Sources. Volume 1: Asia Region, South Asia, Austral Asia''.New Delhi: ISPCK</ref> Ia juga ikut mengembangkan teologi kontekstual di negara tersebut.<ref name="England"></ref> Salah satu bentuk teologinya adalah teologi kemiskinan dan kaitannya dengan [[pluralisme]].<ref name="England"></ref>
 
===Hope S. Antone===
 
[[Hope S. Antone]] adalah salah satu teolog dari [[Filipina]].<ref name="Antone">{{id}}Antone, Hope S. 2003. ''Pendidikan Kristiani Kontekstual: Mempertimbangkan Realitas Kemajemukan dalam Pendidikan Agama''.Jakarta: BPK Gunung Mulia</ref> Ia mengembangkan teologi kontekstual dengan pendekatan [[pendidikan Kristiani]].<ref name="Antone"></ref> Ia memahami bahwa [[Filipina]] memiliki teologinya sendiri dari budaya yang ada di negara tersebut.<ref name="Antone"></ref> Hal ini dicetuskan karena adanya dominasi teologi [[Barat]] yang dianggap mengabaikan konteks masyarakat [[Filipina]].<ref name="Antone"></ref>
 
Baris 62 ⟶ 50:
 
===Andreas A. Yewangoe===
 
Andreas Anangguru Yewangoe adalah salah satu teolog yang mengembangkan teologi kontekstual di [[Indonesia]].<ref name="Yewangoe">{{en}}Yewangoe, A. A. 2009. ''Tidak Ada Penumpang Gelap: Warga Gereja, Warga Bangsa''.Jakarta: BPK Gunung Mulia</ref> [[Pendeta]] yang sering disebut [[A.A. Yewangoe]] ini mengembangkan [[teologi penderitaan]] dalam konteks [[Asia]], khususnya Indonesia.<ref name="Yewangoe"></ref> Ia juga memadukan ideologi [[Pancasila]] dengan nilai-nilai Kristiani.<ref name="Yewangoe"></ref> Salah satu bukunya berjudul ''Theologia Crucis'' di Asia: Pandangan Kristen Asia tentang Penderitaan dan Iman, Agama dan Masyarakat dalam Negara Pancasila.<ref name="Yewangoe"></ref>
 
===Eka Darmaputera===
 
[[Eka Darmaputera]] adalah [[pendeta]] dan [[teolog]] yang cukup berpengaruh dalam teologi kontekstual di [[Indonesia]].<ref name="Darmaputera">{{en}}Darmaputera, Eka. 1988. ''Pancasila and the Search for Identity and Modernity in Indonesian Society: a Cultural and Ethical Analysis''.Leiden, New York: E.J. Brill</ref> Ia mengembangkan teologi dalam studi [[Pancasila]].<ref name="Darmaputera"></ref> Ia juga dikenal sebagai tokoh muda yang memajukan pemikiran teologi di Indonesia.<ref name="Darmaputera"></ref> Ia sempat menjabat sebagai ketua Gerakan Mahasiswa Kristen di Indonesia ([[GMKI]]).<ref name="Darmaputera"></ref>
 
===Emanuel Gerrit Singgih===
[[Emanuel Gerrit Singgih]] adalah salah satu teolog [[Perjanjian Lama]] di [[Indonesia]].<ref name="Singgih">{{en}}Hamel, Victorius A. 2010. ''Gerrit Singgih: Sang Guru dari Labuang Baji''.Jakarta: BPK Gunung Mulia</ref> Ia juga mengembangkan teologi kontekstual di Indonesia.<ref name="Singgih"></ref> Ia juga [[dosen]] di [[Fakultas Teologi]], Universitas Kristen Duta Wacana ([[UKDW]]).<ref name="Singgih"></ref> Salah satu bukunya berjudul Berteologi dalam Konteks.<ref name="Singgih"></ref><!--Tidak adakah penjelasan mengapa Eka dan Gerrit dipandang sebagai teolog kontekstual berpengaruh?-->
 
[[Emanuel Gerrit Singgih]] adalah salah satu teolog [[Perjanjian Lama]] di [[Indonesia]].<ref name="Singgih">{{en}}Hamel, Victorius A. 2010. ''Gerrit Singgih: Sang Guru dari Labuang Baji''.Jakarta: BPK Gunung Mulia</ref> Ia juga mengembangkan teologi kontekstual di Indonesia.<ref name="Singgih"></ref> Ia juga [[dosen]] di [[Fakultas Teologi]], Universitas Kristen Duta Wacana ([[UKDW]]).<ref name="Singgih"></ref> Salah satu bukunya berjudul Berteologi dalam Konteks.<ref name="Singgih"></ref>
 
==Referensi==