Selain marga pokok di atas masih ada lagi marga marga cabang keturunan Silahisabungan, yakni :
Sipangkar, Sembiring, Sipayung, Silalahi, Dolok Saribu, Sinurat, Nadadap, Naiborhu,Maha, Sigiro, Daulay.
Penjelasan selanjutnya tentang asal muasal marga Sipayung, yang berdiam di daerah Simalungun, yaitu Marga Sipayung adalah Keturunan Langsung dari Tungkir Raja (Situngkir)
Raja Oloan mempunyai 6 (enam) orang putera, yaitu:
# Naibaho, yang merupakan cikal-bakal marga Naibaho dan cabang-cabangnya
# Sigodang Ulu, yang merupakan cikal-bakal marga [http://www.sihotang.s5.com/sejarah.html Sihotang] dan cabang-cabangnya yang terdiri dari 7 orang anak yaitu Pardabuan, Sorganimusu, Torbandolok, Randos, Marsoit, [http://www.hasugian.net/sejarah-hasugian/ Raja Tunggal Hasugian, Orang Kaya Tua Hasugian] dan anak perempuan bernama: Sobosihon
# Bakara, yang merupakan cikal-bakal marga Bakara
# Sinambela, yang merupakan cikal-bakal marga Sinambela
# Sihite, yang merupakan cikal-bakalbakl marga Sihite
# Manullang, yang merupakan cikal-bakal marga Manullang
= Sejarah Hasugian =
Untuk dapat mengenal Raja Tunggal Hasugian dan Orang Kaya Tua
Hasugian, maka perlu dibuat secara terperinci silsilah Raja Tunggal agar
<nowiki> </nowiki>identitasnya jelas. Silsilah itu dimulai dari Si Raja Oloan.
Si Raja Oloan ialah ayah bersama dari Siganjang Ulu (Naibaho),
Sigodang Ulu (Sihotang), Bakkara, Sinambela, Sihite dan Manullang.
Sedang ibu yang melahirkan Naibaho, Sihotang, Bakkara, Sinambela, Sihite
<nowiki> </nowiki>dan Manullang ialah boru Limbong dan boru Pasaribu.
Dua orang anak Si Raja Oloan mempunyai bentuk kepala yang ganjil yakni:
* anak pertama bernama: Siganjang Ulu dimana bentuk kepalanya benjol agak memanjang tidak seperti kepala manusia biasa.
* sedang anak yang kedua bernama: Sigodang Ulu, dimana bentuk
kepalanya banyak benjol-benjol (marbuntul-buntul do uluna ndang lemes
songon ulu ni jolma nasomal).
Si Raja Oloan merasa malu bilamana kedua anaknya yang ganjil bentuk
kepalanya hadir pada pesta yang akan diadakannya. Oleh karena itu Si
Raja Oloan mengambil inisiatif dengan menyuruh kedua anaknya itu pergi
ke hutan mencari “hau borotan” dan rotan untuk dipergunakan di pesta
yang akan diadakan nanti, karena hau borotan itu sangat diperlukan.
Kedua anaknya itupun pergi tanpa curiga akan maksud ayahnya. Setelah
kedua anaknya itu pergi kehutan lalu ayahnya mengadakan pesta tanpa
menunggu kehadiran kedua anaknya itu dari hutan. Hanya anaknya yang
empat lagi yaitu : Bakkara, Sinambela, Sihite dan Manullang hadir di
pesta itu.
Waktu Siganjang Ulu dan Sigodang Ulu pulang dan hutan membawa hau
borotan dan rotan mereka terkejut melihat keadaan di rumah dimana masih
banyak daun-daunan berserakan di halaman rumah, menandakan baru
diadakannya pesta tanpa sepengetahuan mereka berdua. Sejak peristiwa
itulah kedua anaknya itu tidak betah tinggal bersama orangtuanya Si Raja
<nowiki> </nowiki>Oloan di Bakkara serta merencanakan pergi meninggalkan tempat
kelahirannya dan keluarganya.
Kepergian Siganjang Ulu dan Sigodang Ulu membawa sejarah tersendiri, di mana:
* Siganjang Ulu pergi kesuatu tempat di kaki Bukit Pusuk Buhit
sehingga namanya menjadi: “Naibaho” berasal dari kata Udan Baho =
ambolas yakni ketika Siganjang Ulu kawin dan anaknya lahir tepat pada
waktu hujan baho = ambolas sehingga diberi nama: “Naibaho”.
* Sigodang Ulu pergi ke tempat lain di mana tempat itu berada yang
berbatasan ke sebelah utara dengan Danau Toba, ke sebelah selatan dengan
hutan yang banyak ditumbuhi rotan, ke sebelah timur dengan Tanah Tamba
dan ke sebelah barat dengan Tanah Harian Boho dan tempat ini disebut:
Tano Sihotang berhubung ditempat ini banyak rotan (Rotan: Hotang).
Setelah itu Sigodang Ulu kawin dan memakai marga Sihotang. Sehingga
Sigodang Ulu disebut Sigodang Ulu – Sihotang.
* Yang pertama dikawini Sigodang Ulu ialah boru Tamba. Setelah boru
Tamba meninggal, kemudian sigodang Ulu kawin dengan boru Simbolon. Oleh
karena itu boru Simbolon adalah istri pengganti dari boru Tamba. Dengan
demikian, jelaslah istri yang kedua ini bukan dimadu.
Hasil perkawinan Sigodang Ulu dengan boru Tamba dan boru Simbolon adalah : 7 (tujuh) anak laki-laki bernama :
# Pardabuan
# Sorganimusu
# Torbandolok
# Randos
# Marsoit
# Raja Tunggal Hasugian
# Orang Kaya Tua Hasugian
# dan anak perempuan bernama: Sobosihon
Sobosihon kawin dengan Raja Marsundung. Perkawinan Raja Marsundung
Simanjuntak dengan Sobosihon adalah istri pengganti Boru Hasibuan yang
meninggal. Hasil perkawinan Sobosihon dengan Raja Marsundung mempunyai
tiga orang anak bernama: Mardaup, Sitombuk dan Huta Bulu yang disebut
Simanjuntak Si Tolu Sada Ina.
Dengan demikian Raja Tunggal adalah anak yang ke-enam dari Sigodang
Ulu – Sohotang. Di mana Raja Tunggal bersama adiknya Orang Kaya Tua anak
<nowiki> </nowiki>yang ke-tujuh, yang membawakan marga Hasugian.
RAJA TUNGGAL BERADA DI TENGAH-TENGAH KELUARGA SIGODANG ULU SIHOTANG
Pada waktu itu anak yang paling besar dan dapat bekerja ke hutan
adalah anak pertama, kedua, ketiga, keempat dan kelima sehingga mereka
berlima sehari-hari bekerja bertani dan mencari rotan ke hutan sedang
anak yang dua orang lagi yakni anak keenam dan anak ketujuh tinggal di
rumah, karena merasa belum mampu melakukan pekerjaan seperti pekerjaan
yang dilakukan abangnya yang lima orang itu.
Dengan demikian anaknya yang lima orang itulah setiap hari bekerja
keras untuk mencari nafkah mereka. Namun pada waktu makan selalu kepada
anak yang dua orang itu diberikan makanan yang paling banyak padahal
anak yang lima orang itulah yang setiap hari bekerja keras mencari
nafkah mereka, dan hal ini tidak wajar dihati dan pikiran anak yang lima
<nowiki> </nowiki>orang itu.
Oleh karena Raja Tunggal dan adiknya tinggal dirumah, maka kesempatan
<nowiki> </nowiki>ini dipergunakan Sigodang Ulu – Sihotang (ayahnya) mengajar anaknya
yang dua orang itu ilmu tradisional (hadatuon) dan ilmu alat perang
yakni<nowiki> </nowiki>: ULTOP dan TALI SOLANG yang lama-kelamaan ilmu ini menjadi
ketertarikan bagi Raja Tunggal sendiri.
Raja Tunggal sudah tertarik dan dipengaruhi akan ilmu tradisional
(hadatuon), ULTOP dan TALI SOLANG sehingga dia bersama adiknya tidak mau
<nowiki> </nowiki>membantu abangnya bekerja. Sedang pada waktu makan selalu mereka berdua
<nowiki> </nowiki>lebih banyak mendapat makanan (nasi) daripada abangnya yang lima orang
itu. Ketika mereka tidak sama-sama makan selalu kepada anak yang lima
orang itu ditinggalkan makanan lebih sedikit bila dibandingkan dengan
bagian anak yang dua orang itu dan hal ini dibenarkan oleh ibu mereka
yakni boru Simbolon yang lama kelamaan anaknya yang lima orang itu
menjadi benci terhadap adiknya yang dua orang itu.
Setelah Sigodang Ulu – Sihotang (ayahnya) meninggal maka kebencian
yang selama ini masih terpendam dihati yang lima orang itu terhadap
adiknya dan ibunya boru Simbolon menjadi kenyataan, dimana mereka
mencari alasan yang tepat agar adiknya itu dapat dipukul dan bila perlu
dibunuh. Hal ini kelihatan ketika adiknya Raja Tunggal selesai makan dan
<nowiki> </nowiki>turun ke halaman rumah kemudian memotong sedikit ujung rotan yang
kebetulan baru selesai dikumpul abangnya itu yang dipergunakan Raja
Tunggal untuk menjungkit sisa makanan digiginya, lalu melihat keadaan
itu Randos marah dan langsung memukul serta mengancam untuk dibunuh dan
berkata: “Kami telah bersusah payah mencari rotan tersebut dari hutan
sedang engkau enak-enak memotong”. Akan tetapi Raja Tunggal tidak mau
melawan abangnya itu karena dia sadar akan aturan berabang adik walaupun
<nowiki> </nowiki>sebenarnya dia dapat melawan abangnya itu karena dia mempunyai ilmu,
akan tetapi ilmu yang dipelajarinya itu tidak banggakannya. Begitu
abangnya itu memarahi, Raja Tunggal selalu tidak melawan dalam bentuk
apapun.
Karena ancaman dari abangnya itu dan dirasa mereka tidak aman lagi
berkumpul dengan abangnya, maka Raja Tunggal merencanakan akan lari
meninggalkan Tanah Sihotang. Dari keadaan inilah kata HASUGIAN berasal
dari kata: Sugi (benci = Sogo) atau HASOGOAN dimana abangnya yang lima
orang itu telah membenci Raja Tunggal dan Orang Kaya Tua. Oleh sebab itu
<nowiki> </nowiki>lama kelamaan marga Raja Tunggal dan Orang Kaya Tua memakai marga
HASUGIAN ( sumber: (http://www.hasugian.net/sejarah-hasugian/)
'''Raja Hutalima'''
|