Perang pandan: Perbedaan antara revisi

Upacara perang pandan didahului dengan mengelilingi desa sebagai wujud permintaan keselamatan kepada Dewa. <ref name="WD"></ref> Setelah mengelilingi desa, kemudian dilanjutkan ritual minum tuak bersama. <ref name="DT"></ref> Tuak kemudian di kumpulkan bersama dan dibuang di sebelah panggung. <ref name="DT"></ref> Pemangku adat akan memberikan aba-aba tanda perang dimulai. <ref name="DT"></ref> Perang dilakukan berpasangan yaitu sejumlah dua orang. <ref name="DT"></ref> Peserta perang pandan akan menari-nari dan sesekali menyabetkan pandan berduri pada peserta lainnya sealam datu menit lalu bergantian dengan pasangan lain.<ref name="DT"></ref> Meskipun tubuhnya berdarah, pada peserta tetap terlihat senang karena hal itu adalah salah satu ungkapan syukur mereka dan cara menghormati Dewa Indra.<ref name="DT"></ref> Setelah perang selesai peserta yang terluka diolesi ramuan tradisional yang terbuat dari kunyit.<ref name="DT"></ref> Acara selanjutnya setelah perang usai adalah melakukan sembahyang di pure.<ref name="DT"></ref> Meskipun peserta terluka tetapi tidak ada dendam diantaradi antara peserta.<ref name="DT"></ref> Hal tersebut disimbolkan dengan makan bersama yang menunjukkan kebersamaan.<ref name="DT"></ref> Acara tersebut dinamakan [[megibung]].<ref name="DT"></ref>