9 Teori Dampak Media: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Kenrick95Bot (bicara | kontrib)
k Bot: Penggantian teks otomatis (- didalam + di dalam)
Baris 6:
 
== Teori Arus Bertahap ==
Teori ini beranggapan bahwa efek media terjadi secara tidak langsung dan termediasi melalui ''opinion leaders''. Opinion Leaders ini memiliki pengertian Individu yang gagasannya dan perilaku menjadi model bagi orang lain yang kemudian mengkomunikasikan pesan dan mempengaruhi sikap dan perubahan perilaku para pengikut mereka.[[Katz]] dan [[Lazarsfeld]], 1955, menambahkan bahwa sebagaian besar masyarakat menerima informasi yang datang dari media melalui "media secondhand" yakni pengaruh personal dari ''opinion leaders''. ''Opinion leaders'' ini merupakan individu yang paling kharismatik dan dipercaya didalamdi dalam komunitas sosialnya. Opinion leaders ini kurang dipengaruhi oleh media massa publik, pengaruh yang mereka terima, dominannya datang dari elit-elit media yang ada. Sebagai contoh, ''Opinion Leaders'' yang datang dari dunia politik, akan menggunakan cara kampanye yang berbeda ketika ingin melakukan komunikasi tentang dirinya dengan penyimak yang memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi (''elite audience''),dengan menggunakan penggunaan bahasa yang lebih kompleks dan rumit. Sebaliknya, ketika ingin berkomunikasi dengan masyarakat secara umum dengan tingkat pengetahuan yang sedang bahkan rendah, politikus tersebut akan menjadi lebih rendah hati, dengan menggunakan bahasa yang lebih merakyat dan media yang bisa dijangkau oleh masyarakat secara luas. <ref>http://www.answers.com/topic/opinion-leader. Diakses pada 7 April 2012</ref>
 
== Teori Proses Selektif ==
Baris 25:
 
== Teori Katharsis ==
Teori Katharsis pertama kali diperkenalkan pada kisaran awal tahun 1960 dalam tulisan berjudul ''"The Stimulating Versus Cathartic Effect of a Vicarious Aggressive Activity"'' yang dipublikasikan dalam journal of abnormal social psychology. Konsep teori ini berdiri diatas psikoanalisa Sigmund freud, yaitu emosi yang tertahan bias menyebabkan ledakan emosi berlebihan, maka dari itu diperlukan sebuah penyaluran atas emosi yang tertahan tersebut.Penyaluran emosi yang konstruktif ini disebut dengan katharsis.Pada masa itu, Freud berpikir bahwa pelepasan emosi yang tertahan dapat menjadi suatu efek terapeutik yang menguntungkan (Corsini & Wedding, 1989). Penyaluran emosi dan agresi tersebut, terkadang didasari oleh sebuah tragedy atau peristiwa yang pernah menimpa seseorang dimasa lalu dan menimbulkan rasa trauma. Contohnya, Warga Indonesia yang jenuh melihat kondisi kehidupan Indonesia dengan segala warna kecurangan, korupsi serta tindak ketidak adilan yang dilakukan oleh pemrintah dan polisi, merasa senang dan emosi serta agresinya tersebut tersalurkan ketika menonton film India, yang menceritakan tentang kepahlawanan seorang inspektur polisi membasmi koruptor dan polisi jahat. Musik, film, gambar, peristiwa merupakan contoh dari efek katarsis tersebut. Teori ini menjelaskan juga bahwa konten dewasa dan juga kekerasan yang ditampilkan oleh media memberikan efek positif karena memberikan kesempatan bagi individu untuk meninggalkan sifat anti sosial mereka didalamdi dalam sebuah dunia [[fantasi]]. Teori ini populer pada tahun 1930 hingga 1940, sebelum akhirnya masyarakat secara luas percayan bahwa media memiliki tanggung jawab terhadap penyakit-penyakit sosial yang terjadi didalamdi dalam masyarakat. <ref>http://ejournal.undip.ac.id/index.php/psikologi/article/download/2879/2562. Diakses pada 8 April 2012.</ref>
 
== Teori Kritis ==
Baris 36:
*Nuruddin. 2007. ''Pengantar Komunikasi Massa''. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada.
*Straubhaar, Joseph, LaRose, Robert, & Davenport, Lucinda (2010). ''[[Media]] Now: Understanding Media, [[Culture]] and [[Technology]], 6th edition''. Belmont, CA: Wadsworth (JS).
*J. Severin, Werner. W. Tankard, James Jr. 2009. ''Teori Komunikasi: Sejarah, Metode, dan Terapan didalamdi dalam Media Massa''. Jakarta:Prenada Media Group. ''TM''
{{reflist}}