Fides et Ratio: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
EmausBot (bicara | kontrib)
k Bot: Migrasi 12 pranala interwiki, karena telah disediakan oleh Wikidata pada item d:Q1232827
Kenrick95Bot (bicara | kontrib)
k Bot: Penggantian teks otomatis (- di zaman + pada zaman)
Baris 11:
Tanpa suatu dasar kebenaran spiritual, ia melanjutkan, akal budi telah
 
:''... melahirkan bentuk-bentuk yang berbeda dari agnotisisme dan relativisme yang menyebabkan penelitian filosofi untuk kehilangan arah dalam berbagai pergeseran dari kesangsian yang meluas. Waktu-waktu belakangan ini telah menyaksikan kelahiran berbagai doktrin yang condong untuk merendahkan nilai kebenaran-kebenaran yang telah dinilai sebagai sesuatu yang pasti. Keaneka-ragaman posisi yang sah telah menyebabkan suatu pluralisme yang tidak dibeda-bedakan, yang berdasarkan pada anggapan bahwa semua posisi adalah sama benarnya, yang merupakan suatu gejala yang menyebar luas saat ini dari kurangnya kepercayaan pada kebenaran. Bahkan pengertian-pengertian tertentu akan kehidupan dari Timur menyingkap kekurangan kepercayaan ini, menolak sifat eksklusif kebenaran dan menganggap bahwa kebenaran menyatakan dirinya secara sama di dalam doktrin-doktrin yang berbeda, meski bila doktrin-doktrin ini berlawanan satu dengan yang lainnya. Mengenai pengertian ini, segala sesuatu dikurangi menjadi opini; dan terdapat suatu perasaan hanyut terkatung-katung. Walau, di satu sisi, pemikiran filosofi telah berhasil semakin mendekati realitas kehidupan manusia dan berbagai bentuk ungkapannya, pemikiran tersebut juga cenderung untuk mengejar masalah-masalah keberadaan (''eksistensial''), interpretasi naskah ataupun linguistik, yang tidak memperdulikan pertanyaan mendasar mengenai kebenaran tentang keberadaan pribadi, mengenai makhluk hidup dan mengenai Tuhan. Oleh karena itu kita menyaksikan di antara pria dan wanita dipada zaman kita, dan tidak hanya pada sebagian filsuf, sikap ketidak-percayaan yang semakin meluas akan kemampuan untuk berpengetahuan yang luar biasa dari manusia. Dengan kesederhanaan yang salah, orang-orang cukup puas pada kebenaran-kebenaran yang berat sebelah dan bersifat sementara, tidak lagi mencoba untuk mempertanyakan hal-hal yang mendasar mengenai arti dan dasar utama dari keberadaan umat manusia, pribadi dan sosial. Singkatnya, jumlah harapan bahwa ilmu filosofi mungkin bisa memberikan jawaban-jawaban yang pasti akan pertanyaan-pertanyaan tersebut telah menyusut.
 
Secara keseluruhan, Sri Paus "menyerukan dengan kuat dan keras" bahwa "iman dan filosofi memulihkan kembali kesatuan mereka yang mendalam yang mampu menyebabkan mereka untuk berdiri secara selaras dengan sifat-sifat mereka tanpa mengorbankan kemandirian mereka sendiri. Kewajiban untuk menyuarakan kebenaran dari iman harus disertai dengan keberanian logika.''