Syarif Abubakar dari Pelalawan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Shaid22 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Shaid22 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 8:
== Masa Pemerintahan ==
Ketika itu Kerajaan Siak Sri Indrapura menanda tangani Traktatnya dengan pihak Belanda, namun Pelalawan merasa tidak terikat dengan perjanjian itu, karena pelalawan berdiri sendiri dan tidak tunduk pada Siak Sri Indrapura. Sikap Raja-raja Pelalawan yang anti Belanda dibuktikan dengan banyaknya Kerajaan Pelalawan menampung pelarian politik ke wilayahnya, khususnya Orang-orang yang menentang Belanda dari berbagai negeri lain dan mendapat suaka di Pelalawan. Baik dari Siak Sri Indrapura, Indragiri, Jambi, maupun dari Minangkabau. Di wilayah Pelalawan sampai sekarang masih terdapat beberapa makam pelarian politik yang menentang Belanda kala itu, seperti makam Tengku Ngah di Teluk Mundur, makam Tuanku Lintau (?) di kota Pelalawan (kampung pinang Sebatang) dan lain-lainnya.
 
Sikap Raja-raja Pelalawan yang jelas menentang Belanda itu tak lepas dari pengamatan Belanda, hingga dalam tahun 1878 Belanda mendesak Pelalawan untuk mengadakan perjanjian. Namun Syarif Abubakar menolak untuk mengadakan perjanjian apapun dengan Belanda, sehingga penolakan tersebut menyebabkan timbulnya ketegangan diantara kedua belah pihak.
Belanda semakin meningkatkan tekanannya dengan mengancam akan memblokir jalur Kuala Sungai Kampar dengan armada perangnya, karena pada masa itu sungai kampar merupakan urat nadi utama kehidupan perekonomian Rakyat Pelalawan. Setelah dilakukan beberapa perundingan, maka pada tanggal 4 februari 1879 Syarif Abubakar memutuskan untuk memilih kepentingan rakyatnya daripada harus berperang melawan Belanda, dan perjanjian yang disebut "Lange Verklaring" itupun ditandatangani, sejak itu pula pengaruh Belanda sudah menjangkau ke Istana Pelalawan.
 
== Akhir Hayat ==
Pada tahun 1886, Tengkoe Besar Syarif Abubakar mangkat dengan gelar Marhum Bungsu, karena beliau merupakan anak bungsu dari Syarif Abdurrahaman (Sultan pertama Pelalawan). Setelah kemangkatannya, takhta kerajaan diwariskan pada Putra tertuanya Tengku Sontol Said Ali.