Folklor Maluku: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: BP2014 |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: BP2014 |
||
Baris 21:
[[Berkas:Telaga-biru-2-warna.jpg|thumb|Telaga Biru, Maluku Utara|250px|kanan]]
'''Asal Mula Telaga Biru''' adalah cerita rakyat atau legenda yang berasal dari Maluku Utara.<ref name="Marina Asril Reza"> </ref> Di wilayah [[Gelela]], [[Dusun|Lisawa]], daerah [[Halmahera]] Maluku Utara ada sebuah [[telaga]] yang dulunya adalah [[mata air]] yang berair jernih dan berkilau berwarna biru.<ref name="Marina Asril Reza"> </ref> Pinggiran telaga itu dikelilingi [[pohon beringin]] dan bebatuan.<ref name="Marina Asril Reza"> </ref> Setiap daun jatuh di sekitar telaga, [[daun]] tersebut seperti dihisap oleh bebatuan, sehingga sekitar telaga tetap terlihat bersih.<ref name="Marina Asril Reza"> </ref>
Konon, kekeringan pernah melanda Galela.<ref name="Superkids Indonesia"> {{cite web|url= http://dev.superkidsindonesia.com/ina/super-fun/7316022012120715/1808092012135727/| title= ''Asal Mula Telaga Biru'',| publisher= SuperkidsIndonesia.com| accessdate= 4 Mei 2014.18.26}} </ref> Penduduk kesulitan [[air]] berbulan-bulan lamanya.<ref name="Superkids Indonesia"> </ref> Pada suatu hari mereka dikejutkan dengan keluarnya air dari sela bebatuan yang terbentuk dari [[pembekuan]] [[lahar panas]].<ref name="Superkids Indonesia"> </ref> Air itu terus mengalir dan membentuk sebuah telaga.<ref name="Marina Asril Reza"> </ref> Letak telaga ini tepat di bawah sebuah pohon beringin yang sangat rimbun.<ref name="Marina Asril Reza"> </ref> Karena peristiwa ini aneh, maka penduduk desa di itu melakukan acara ritula untuk mengetahui jawaban atas kejadian ini.<ref name="Cerita Rakyat"> {{cite web|url= http://www.cerita-rakyat.com/2012/07/asal-mula-telaga-biru/| title= ''Asal Mula Telaga Biru''| publisher= Cerita-rakyat.com|accessdate= 10 Mei 2014.16.00}} </ref> Setelah ritual dilakukan, masyarakat Galela mengetahui bahwa air tersebut timbul dari ''Sininga irogi de itepi Sidago kongo dalulu de i uhi imadadi ake majobubu''.<ref name="Cerita Rakyat"> </ref> Artinya adalah mata air itu timbul akibat patah hati yang remuk-redam, meneteskan air mata, mengalir dan terus mengalir menjadi sumber mata air.<ref name="Cerita Rakyat"> </ref>
Baris 31:
== Batu Badaong ==
'''Batu Badaong''' adalah cerita rakyat yang berasal dari Maluku dan Maluku Utara.<ref name="Kumpulan Cerita Rakyat"> </ref> Di sebelah utara kepulauan Maluku, tepatnya di daerah [[Tobelo]] hidup sebuah keluarga nelayan di rumah yang berdinding daun [[Rumbia]].<ref name="Kumpulan Cerita Rakyat"> </ref> Ayah keluarga itu adalah seorang [[nelayan]] dan ibu adalah ibu rumah tangga.<ref name="Kumpulan Cerita Rakyat"> </ref> Keluarga itu memiliki dua anak.<ref name="Kumpulan Cerita Rakyat"> </ref> Yang sulung seorang anak perempuan yang bernama [[O Bia Moloku]] dan yang bungsu adalah laki-laki yang bernama [[O Bia Mokara]].<ref name="Kumpulan Cerita Rakyat"> </ref> Pada suatu hari ayah mereka pergi melaut, dan ibu mereka pergi berkebun. <ref name="Kumpulan Cerita Rakyat"> </ref> Sebelum ibu mereka pergi, beliau berpesan kepada O Bia Moloku dan O Bia Mokara untuk tidak memakan [[telur ikan]] yang ada di dapur, karena akan membahayakan ayah mereka di laut.<ref name="Kumpulan Cerita Rakyat"> </ref>
Tiga jam berlalu, O Bia Mokara merasa lapar, dan meminta telur ikan yang ada di dapur.<ref name="Marina Asril Reza"> </ref> O Bia Moloku tak mau memberikan telur ikan kepada adiknya.<ref name="Marina Asril Reza"> </ref> Namun, O Bia Mokara menangis dan makin lama tangisannya makin membesar.<ref name="Marina Asril Reza"> </ref> Karena merasa kasihan, O Bia Moloku memberikan telur ikan tersebut kepada adiknya.<ref name="Marina Asril Reza"> </ref> Tak lama kemudian, ibunya kembali dari [[kebun]] dengan membawa hasil kebun.<ref name="Marina Asril Reza"> </ref> Ibunya menggendong O Bia Mokara, dan menyanyi bersama di pangkuannya.<ref name="Marina Asril Reza"> </ref> Ibunya terkejut, melihat sisa-sisa telur ikan yang melekat di [[gigi]] O Bia Mokara dan memastikan telur ikan di dapur.<ref name="Marina Asril Reza"> </ref> Ibunya sangat kecewa, pesannya telah dilanggar, telur ikannya nihil.<ref name="Marina Asril Reza"> </ref> Ibunya merasa telah melanggar aturan, dan pasti suaminya tidak akan selamat di lautan.<ref name="Marina Asril Reza"> </ref> Itu sudah merupakan adat dan pantangan yang dipercayai oleh seluruh masyarakat.<ref name="Marina Asril Reza"> </ref> Kemudian beliau melarikan diri menyusuri pesisir [[pantai]].<ref name="Marina Asril Reza"> </ref> Sambil menggendong O Bia Mokara, O Bia Moloku mengejar ibunya, memanggil-manggil ibunya.<ref name="Marina Asril Reza"> </ref> Ibunya hanya menjawab, menyuruh O Bia Moloku memberikan susu kepada adiknya dari daun [[Katang-katang]].<ref name="Marina Asril Reza"> </ref> Pada saat itu O Bia Moloku melihat ibunya masuk ke dalam laut.<ref name="Marina Asril Reza"> </ref> Saat ibunya masuk ke laut, tiba-tiba muncul batu besar di permukaan air laut.<ref name="Marina Asril Reza"> </ref> Ibunya merayap dan berdiri di atas batu tersebut.<ref name="Marina Asril Reza"> </ref> Lalu beliau berteriak meminta batu tersebut membuka mulutnya.<ref name="Marina Asril Reza"> </ref> Tiba-tiba batu tersebut mengikuti perintah dan terbuka lebar.<ref name="Marina Asril Reza"> </ref> Kemudian ibu O Bia Moloku dan O Bia Mokara masuk ke dalam batu.<ref name="Marina Asril Reza"> </ref> Setelah itu, ibu mereka menyuruh batu itu menutup, dan batu itu pun menutup dan menelan ibu mereka dengan sendirinya.<ref name="Marina Asril Reza"> </ref>
== Referensi ==
|