Sri Baduga Maharaja: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Okkisafire (bicara | kontrib)
Membalikkan revisi 7855276 oleh 180.244.149.212 (bicara)
Baris 17:
=== Masa muda ===
 
Waktu mudanya Sri Baduga terkenal sebagai ksatria pemberani dan tangkas, bahkan satu-satunya yang pernah mengalahkan [[Ratu Japura]] (Amuk Murugul) waktu bersaing memperbutkan [[Subanglarang|Subang Larang]] (istri kedua Prabu Siliwangi yang beragama Islam). Dalamsebagaimana berbagaiketerangan hal,di orangsebuah sezamannya"naskah teringatkuno" kepadadiceritakan kebesaranbahwa mendiang buyutnya (Prabu MaharajaSiliwangi Lingga Buana) yang gugur di Bubat yang digelari Prabuadalah Wangi.seorang
Muslim, bersumberkan "Buku Carita Purwaka Caruban Nagari:, yang ditulis
Pangeran Arya Cirebon (1720), Prabu Siliwangi masuk Islam saat hendak
menikahi Subang Larang. Sri Baduga diislamlkan oleh Syekh Hasanuddin atau lebih dikenal dengan sebutan
Syaikh Quro (seorang ulama besar yang lahir sebelum era Wali Sembilan,
yang berperan penting dalam Islamisasi di Jawa Barat). Subang Larang tak lain sebagai santri di pesantren yang dipimpin Syaikh Quro di Karawang.
 
Dalam berbagai hal, orang sezamannya teringat kepada kebesaran mendiang buyutnya (Prabu Maharaja Lingga Buana) yang gugur di Bubat yang digelari Prabu Wangi.Tentang hal itu, Pustaka Rajyarajya i Bhumi Nusantara II/2 mengungkapkan bahwa orang Sunda menganggap Sri Baduga sebagai pengganti Prabu Wangi, sebagai silih yang telah hilang. Naskahnya berisi sebagai berikut (artinya saja):
 
:"Di medan perang Bubat, ia banyak membinasakan musuhnya karena Prabu Maharaja sangat menguasai ilmu senjata dan mahir berperang, tidak mau negaranya diperintah dan dijajah orang lain.