Perang Kurukshetra: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Mas Yudis (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 17:
|casualties2= Hampir semua prajurit. {{br}}Hanya 3 kesatria yang bertahan hidup: [[Aswatama]], [[Krepa]], dan [[Kertawarma]]
}}
'''Perang di Kurukshetra''' {{Sanskerta|कुरुक्षेत्रयुद्ध|Kurukṣētrayud'dha}}, yang merupakan bagian penting dari [[wiracarita]] ''[[Mahabharata]]'', dilatarbelakangi perebutan kekuasaan antara lima putra [[Pandu]] ([[Pandawa]]) dengan seratus putra [[Dretarastra]] ([[Korawa]]). Dataran [[Kurukshetra]] yang menjadi lokasi pertempuran ini masih bisa dikunjungi dan disaksikan sampai sekarang. [[Kurukshetra]] terletak di negara bagian [[Haryana]], [[India]]. Perang di Kurukshetra sering disebut Bharatayuddha di indonesia.
 
Pertempuran tersebut tidak diketahui dengan pasti kapan terjadinya, sehingga kadang-kadang disebut terjadi pada "Era Mitologi". Beberapa peninggalan puing-puing di [[Kurukshetra]] (seperti misalnya benteng) diduga sebagai bukti arkeologinya.<!-- ENGLISH WIKIPEDIA --> Menurut kitab ''[[Bhagawadgita]]'', perang di Kurukshetra terjadi 3000 tahun sebelum tahun Masehi (5000 tahun yang lalu) dan hal tersebut menjadi referensi yang terkenal.<ref name="Bhagawad Gita">Kitab ''[[Bhagawadgita]]'' menurut aslinya oleh Om Visnupada A.C.B. Swami Prabhupada.</ref>
Baris 23:
Meskipun pertempuran tersebut merupakan pertikaian antar dua keluarga dalam satu [[dinasti]], namun juga melibatkan berbagai kerajaan di daratan [[India]] [[kerajaan pada zaman India kuno|pada masa lampau]]. Pertempuran tersebut terjadi selama 18 hari, dan jutaan tentara dari kedua belah pihak gugur. Perang tersebut mengakibatkan banyaknya wanita yang menjadi janda dan banyak anak-anak yang menjadi anak yatim. Perang ini juga mengakibatkan krisis di daratan India dan merupakan gerbang menuju zaman [[Kaliyuga]], zaman kehancuran menurut kepercayaan [[Hindu]].<!-- ENGLISH WIKIPEDIA -->
 
== Latar belakangBelakang ==
[[Berkas:Brahma Sarovar at Kurukshetra.jpg|left|240px|thumb|[[Kurukshetra]], sebuah daratan suci bagi umat [[Hindu]] di [[Haryana]] ([[India]]). Konon di tempat inilah perang Baratayuda berlangsung dan sloka-sloka dalam kitab ''[[Bhagawadgita]]'' diturunkan]]
<!--
Baris 30:
-->
Perang di Kurukshetra merupakan klimaks dari ''[[Mahābhārata]]'', sebuah [[wiracarita]] tentang pertikaian [[Dinasti Kuru]] sebagai titik sentralnya. Perebutan kekuasaan yang merupakan penyebab perang ini, terjadi karena para putra [[Dretarastra]] khususnya <nowiki>[[Duryodana]]</nowiki> tidak mau menyerahkan tahta [[kerajaan Kuru]] kepada saudara mereka yang lebih tua, yaitu [[Yudistira]], salah satu lima putra [[Pandu]] alias [[Pandawa]]. Nama [[Kurukshetra]] yang menjadi lokasi pertempuran ini bermakna "daratan Kuru", yang juga disebut ''Dharmakshetra'' atau "daratan keadilan". Lokasi ini dipilih sebagai ajang pertempuran karena merupakan tanah yang dianggap suci oleh umat [[Hindu]]. Dosa-dosa apa pun yang dilakukan di sana pasti dapat terampuni berkat kesucian daerah ini.<ref>[http://www.haryana-online.com/Districts/kurukshetra.htm Kurukshetra is described as DHARAMKSHETRA i.e. 'Region of righteousness'.]</ref>
 
Dalam kitab ''[[Mahabharata]]'' disebutkan bahwa pangeran [[Dretarastra]] yang buta sejak lahir terpaksa menyerahkan takhta [[kerajaan Kuru]] dengan pusat pemerintahan di [[Hastinapura]] kepada adiknya, [[Pandu]], meskipun dia merupakan putra sulung. Pandu berputra lima orang, yang dikenal dengan sebutan [[Pandawa]], dengan Yudistira sebagai putra sulung. Setelah Pandu wafat, Dretarastra menggantikan posisinya sebagai kepala pemerintahan sementara sampai kelak putra sulung Pandu dewasa.<ref name="Bhagawad Gita"/> Kelima putra Pandu ([[Pandawa]]) dan seratus putra Dretarastra ([[Korawa]]) tinggal bersama di istana [[Hastinapura]] dan dididik oleh guru yang sama, bernama [[Drona]] dan [[Krepa]]. Disamping itu, mereka dibimbing oleh seorang bijak bernama [[Bisma]], kakek mereka. Oleh guru dan kakeknya, Yudistira dianggap pantas meneruskan takhta Kerajaan Kuru, sebab ia berkepribadian baik. Disamping itu, Yudistira merupakan pangeran yang tertua di antara saudara-saudaranya.
Baris 41:
Setelah masa pengasingan selama tiga belas tahun berakhir, sesuai dengan perjanjian yang sah, [[Pandawa]] berhak meminta kembali kerajaannya. Namun [[Duryodana]] menolak mentah-mentah untuk menyerahkan kembali kerajaannya. Meskipun mendapatkan tanggapan seperti itu, Yudistira dan adik-adiknya masih mampu bersabar. Sebagai seorang pangeran, [[Pandawa]] merasa wajib dan berhak turut serta dalam administrasi pemerintahan, maka mereka meminta lima buah desa saja. Tetapi Duryodana sombong dan berkata bahwa ia tidak bersedia memberikan tanah kepada para Pandawa, bahkan yang seluas ujung jarum pun. Jawaban itu membuat para Pandawa tidak bisa bersabar lagi dan perang tak bisa dihindari. Di pihak lain, Duryodana pun sudah mengharapkan peperangan.<ref name="Bhagawad Gita"/>
 
== Misi damaiDamai Kresna ==
 
Sebelum keputusan untuk berperang diumumkan, para [[Pandawa]] berusaha mencari sekutu dengan mengirimkan surat permohonan kepada para raja di [[Bharatawarsha|daratan India Kuno]] agar mau mengirimkan pasukannya untuk membantu para Pandawa jika perang tidak batal dilakukan. Begitu juga yang dilakukan oleh para [[Korawa]], mencari sekutu. Hal itu membuat para raja di daratan India Kuno terbagi menjadi dua pihak, pihak Pandawa dan pihak Korawa.
Baris 49:
Setelah Kresna meninggalkan istana [[Hastinapura]], ia pergi ke Uplaplawya untuk memberitahu para Pandawa bahwa perang tak akan bisa dicegah lagi. Ia meminta agar para Pandawa menyiapkan tentara dan memberitahu para sekutu bahwa perang besar akan terjadi.
 
== Persiapan perangPerang ==
[[Berkas:Krishna and Arjun on the chariot, Mahabharata, 18th-19th century, India.jpg|left|240px|thumb|Sebuah ilustrasi [[kereta perang]] yang digunakan saat perang di Kurukshetra. Lukisan ini menggambarkan [[Kresna]] yang sedang menjadi kusir kereta [[Arjuna]]. Lukisan dibuat sekitar abad ke-18.]]
[[Kresna]] tidak bersedia bertempur secara pribadi. Ia mengajukan pilihan kepada para [[Pandawa]] dan [[Korawa]], bahwa salah satu boleh meminta pasukan Kresna yang jumlahnya besar sementara yang lain boleh memanfaatkan tenaganya sebagai seorang ksatria. Mendapat kesempatan itu, [[Arjuna]] dan [[Duryodana]] pergi ke [[Kerajaan Dwaraka|Dwaraka]] untuk memilih salah satu dari dua pilihan tersebut.
Baris 119:
Meskipun aturan perang telah disepakati, banyak prajurit dan kesatria dari kedua belah pihak yang melanggarnya, dan tidak jarang mereka melakukannya.
 
== Jalannya pertempuranPertempuran ==
<!-- SEBAGIAN MERUPAKAN TERJEMAHAN DARI "ENGLISH WIKIPEDIA", SEBAGIAN LAGI DARI BHAGAWAD GITA DAN MAHABHARATA -->
 
Baris 261:
[[Aswatama]], [[Krepa]], dan [[Kertawarma]] bertemu [[Duryodana]] pada saat kesatria tersebut sedang sekarat. Mereka berjanji akan membalaskan dendamnya. Kemudian pada malam hari, mereka menyerang perkemahan para Pandawa, lalu membunuh lima putra Pandawa ([[Pancawala]]), [[Drestadyumna]] dan [[Srikandi]].
 
== Akhir peperanganPeperangan ==
 
Hanya sepuluh kesatria yang bertahan hidup dari pertempuran, mereka adalah: [[Pandawa|Lima Pandawa]], [[Yuyutsu]], [[Satyaki]], [[Aswatama]], [[Krepa]] dan [[Kertawarma]]. Aswatama ditangkap oleh para Pandawa setelah ia melakukan pembunuhan di malam hari kedelapan belas, saat sekutu Pandawa sedang tidur. Krepa kembali ke Hastinapura, sedangkan Kertawarma ke kediaman Wangsa Yadu. Akhirnya, Yudistira dinobatkan sebagai Raja [[Hastinapura]]. Setelah memerintah selama beberapa lama, Yudistira menyerahkan tahta kepada cucu Arjuna, [[Parikesit]]. Kemudian, ia bersama Pandawa dan [[Dropadi]] mendaki gunung [[Himalaya]] sebagai tujuan akhir perjalanan mereka. Dropadi dan empat Pandawa, kecuali Yudistira, meninggal dalam perjalanan. Akhirnya Yudistira berhasil mencapai puncak Himalaya, dan dengan ketulusan hatinya, oleh anugerah [[Dharma|Dewa Dharma]] ia diizinkan masuk [[surga]] sebagai seorang manusia.
 
== Perkiraan kapanKapan terjadinyaTerjadinya perangPerang ==
 
Para sarjana berusaha mencari tahu pada tahun berapa sebenarnya perang di Kurukshetra terjadi. Mereka menggunakan catatan dalam Mahābhārata, memperhitungkan posisi benda langit, menggunakan sistem kalender, bahkan sampai melakukan analisis radiokarbon. Hasil perhitungan mereka sebagai berikut<ref>Among other references, a list of nine pre-1950 papers for the astronomical dating of the War is found in [[R. C. Majumdar]] and [[A. D. Pusalker]] (editors): The history and culture of the Indian people. Volume I, The Vedic age. Bombay : Bharatiya Vidya Bhavan 1951, p.320 (fn.4)</ref>:
Baris 281:
Beberapa sarjana memperkirakan usia perang di Kurukshetra tidak setua yang diperkirakan oleh sarjana di atas. John L Brockington memperkirakan perang tersebut sangat mungkin terjadi 900 SM.<ref name="brockington">John L Brockington, The Sanskrit Epics (1998) Brill Academic Publishers, ISBN 90-04-02642-8</ref> [[Pertempuran Sepuluh Raja]], pertempuran antara Raja Bharata bernama [[Sudas]] dan perserikatan sepuluh suku yang muncul dalam [[Rgveda]], dipercaya sebagai asal mula mitologi perang di Kurukshetra terjadi.<ref>S.S.N. Murthy, School of Physical Sciences, Jawaharlal Nehru University, New Delhi-110067, [http://www1.shore.net/~india/ejvs/ejvs1005/ejvs1005article.pdf The Questionable Historicity of the Mahabharata]</ref> Beberapa arkeolog India mencoba mencari tahu kapan sebenarnya perang di Kurukshetra terjadi, seperti penelitian belanga yang ditemukan di Ganges. Penelitian radiokarbon menunjukkan artifak tersebut berasal dari periode 800 - 350 SM<ref>[http://ignca.nic.in/nl002503.htm Scholars from across the world came together, for the first time, in an attempt to establish the ''Date of Kurukshetra War based on astronomical data.'']</ref>.
 
== Catatan kakiKaki ==
 
{{reflist}}