Samatha-vipassanā: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
translated from En WP |
kTidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 17:
Beberapa praktek meditasi seperti perenungan objek kasina mendukung pengembangan ''samatha'', praktek lainnya seperti kontemplasi kelompok yang kondusif untuk pengembangan ''vipassana'', sementara praktek yang lainnya seperti perhatian pada pernapasan secara klasik digunakan untuk mengembangkan kedua kualitas mental tersebut.<ref>Lihat, misalnya, [http://www.accesstoinsight.org/lib/authors/bodhi/waytoend.html Bodhi (1999)] dan Nyanaponika (1996), hal. 108</ref>
Sang Buddha dikatakan telah mengidentifikasi dua kualitas mental yang penting yang muncul dari praktek meditasi yang sehat:
*Samatha, kediaman yang tenang, yang memantapkan, menyusun, menyatukan dan memusatkan pikiran;
*Vipassana, wawasan, yang memungkinkan seseorang untuk melihat, mengeksplorasi dan melihat "formasi" (fenomena yang terkondisi berdasarkan lima kelompok).
Sang Buddha dikatakan telah memuji ketenangan dan wawasan sebagai sarana untuk mencapai keadaan ''nibbana'' (Pali; Skt.: ''
Dalam ''Four Ways to Arahantship Sutta'', Ven. Ānanda melaporkan bahwa orang-orang mencapai tingkat kesucian [[arahat]] menggunakan kekekalan dan wawasan yang tenang melalui salah satu dari tiga cara berikut:
#Mereka mengembangkan kediaman yang tenang dan kemudian wawasan (Pali: ''samatha-pubbangamam vipassanam'')
#Mereka mengembangkan wawasan dan kemudian kediaman yang tenang (Pali: ''vipassana-pubbangamam samatham'')
#Mereka mengembangkan kediaman yang tenang dan wawasan secara tandem (Pali: ''samatha-vipassanam yuganaddham''), misalnya, memperoleh jhana pertama dan kemudian melihat kelompok terkait tiga tanda keberadaan sebelum melanjutkan ke jhana kedua.
Dalam kanon Pali, Sang Buddha tidak pernah menyebutkan praktik meditasi ''samatha'' dan ''vipassana'' secara terpisah; sebagai gantinya, ''samatha'' dan ''vipassana'' adalah dua "kualitas pikiran" untuk dikembangkan melalui meditasi. Seperti yang Bhikkhu Thanissaro tulis,
:Ketika [sutta Pali] menggambarkan sang Buddha yang sedang memberitahu siswa-siswanya untuk bermeditasi, mereka tidak pernah mengutipnya dengan mengatakan 'lakukanlah vipassana,' tetapi selalu ‘lakukanlah jhana'. Dan mereka tidak pernah menyamakan kata "vipassana" dengan teknik kesadaran. Dalam beberapa kasus di mana mereka menyebutkan vipassana, mereka hampir selalu memasangkannya dengan samatha - bukan sebagai dua metode alternatif, tetapi sebagai dua kualitas pikiran yang seseorang mungkin 'peroleh' atau 'akan diberkahi dengan’, dan hal itu harus dikembangkan secara bersama-sama.<ref>Thanissaro Bhikkhu (1997) [http://www.accesstoinsight.org/lib/authors/thanissaro/onetool.html ''One Tool Among Many: The Place of Vipassana in Buddhist Practice''.] Diakses 22-05-2014</ref> ▼
▲selalu memasangkannya dengan samatha - bukan sebagai dua metode alternatif, tetapi sebagai dua kualitas pikiran yang seseorang mungkin 'peroleh' atau 'akan diberkahi dengan’, dan hal itu harus dikembangkan secara bersama-sama.<ref>Thanissaro Bhikkhu (1997) ''One Tool Among Many: The Place of Vipassana in Buddhist Practice''. Diakses 22-05-2014</ref>
Demikian pula, mengacu pada MN 151, ay. 13-19, dan AN IV, 125-27, Ajahn Brahm (yang, seperti Bhikkhu Thanissaro, dalam Tradisi Hutan Thailand) menulis bahwa
:“Beberapa tradisi berbicara tentang dua jenis meditasi, meditasi wawasan (vipassana) dan▼
▲“Beberapa tradisi berbicara tentang dua jenis meditasi, meditasi wawasan (vipassana) dan
meditasi ketenangan (''samatha''). Bahkan keduanya adalah aspek tak terpisahkan dari proses yang sama. Ketenangan adalah kebahagiaan yang damai yang lahir dari meditasi; wawasan adalah pemahaman yang jelas yang lahir dari meditasi yang sama. Ketenangan mengarah pada wawasan dan wawasan menyebabkan ketenangan.”<ref>Brahm (2006). ''Mindfulness, Bliss, and Beyond''. Wisdom Publications, Inc. hal. 25. ISBN 0-86171-275-7.</ref>
== Rujukan ==
|