Samatha-vipassanā: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Bthohar (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Bthohar (bicara | kontrib)
translated from En WP
Baris 36:
:“Beberapa tradisi berbicara tentang dua jenis meditasi, meditasi wawasan (vipassana) dan meditasi ketenangan (''samatha''). Bahkan keduanya adalah aspek tak terpisahkan dari proses yang sama. Ketenangan adalah kebahagiaan yang damai yang lahir dari meditasi; wawasan adalah pemahaman yang jelas yang lahir dari meditasi yang sama. Ketenangan mengarah pada wawasan dan wawasan menyebabkan ketenangan.”<ref>Brahm (2006). ''Mindfulness, Bliss, and Beyond''. Wisdom Publications, Inc. hal. 25. ISBN 0-86171-275-7.</ref>
 
== Faktor-faktor dalam samatha ==
 
=== Sembilan kediaman mental ===
Dalam formulasi yang berasal dari Asanga (4 Masehi), praktik ''samatha'' dikatakan untuk peningkatan melalui sembilan "kediaman mental" atau Sembilan tahapan melatih pikiran (Sans. ''navākārā cittasthiti'', Tib. ''Sem Gnas dgu''), yang mengarah ke samatha yang benar (setara dengan "konsentrasi akses" dalam sistem Theravada), dan dari sana ke keadaan konsentrasi meditasi yang disebut ''dhyana'' pertama (Pali: ''jhāna''; Tib. ''Bsam gtan'') yang sering dikatakan sebagai keadaan ketenangan atau kebahagiaan.<ref>Wallace, A: 'The Attention Revolution', Wisdom Publications, 1st ed., 2006, hal.6</ref><ref>''The Practice of Tranquility & Insight: A Guide to Tibetan Buddhist Mediation'' by Thrangu Rinpoche. Snow Lion Publications; 2 edition. 1998 ISBN 1-55939-106-5 hal.19</ref> Asanga melukiskan sembilan kediaman mental dalam ''Abhidharmasamuccaya''-nya dan dalam bab ''Śrāvakabhūmi'' dari ''Yogācārabhūmi-sastra''-nya. Hal ini juga ditemukan dalam ''Mahayanasutralankara'' dari ''Maitreyanātha''.
 
Sembilan Kediaman Mental (''navākārā cittasthiti'', ''sem-gnas dgu'') tersebut adalah:<ref>''Meditative States in Tibetan Buddhism'' By Lati Rinpoche, Denma Locho Rinpoche, Leah Zahler, Jeffrey Hopkins Wisdom Publications: December 25, 1996. ISBN 0-86171-119-X halaman 53-85</ref>
 
1. '''Penempatan pikiran''' (S. ''cittasthāpana'', Tib འཇོག་པ - ''sem 'jog-pa'') terjadi ketika praktisi mampu menempatkan perhatiannya pada obyek meditasi, tetapi tidak dapat mempertahankan perhatiannya tersebut untuk waktu yang lama. Gangguan, kebodohan pikiran dan rintangan lainnya merupakan hal yang umum terjadi.
 
2. '''Perhatian yang berkelanjutan''' (S. ''samsthāpana'', Tib རྒྱུན་དུ་འཇོག་པ - r''gyun-du
'jog-pa'') terjadi ketika praktisi mengalami saat-saat perhatian yang terus-menerus pada objek sebelum akhirnya terganggu. Menurut B Alan Wallace, ini adalah ketika Anda bisa mempertahankan perhatian Anda pada obyek meditasi selama sekitar satu menit.
 
3. '''Perhatian yang diulang''' (S. ''avasthāpana'', Tib བླན་ཏེ་འཇོག་པ - ''slan-te 'jog-pa'') adalah ketika perhatian praktisi terpaku pada objek selama sebagian besar sesi latihan dan dia mampu segera menyadari ketika dia telah kehilangan pegangan mentalnya pada objek dan mampu mengembalikan perhatiannya dengan cepat. Sakyong Mipham Rinpoche menunjukkan bahwa kemampuan untuk mempertahankan perhatian untuk 108 tarikan napas adalah tolak ukur yang baik ketika kita telah mencapai tahap ini.
 
4. '''Perhatian yang Seksama '''(S. ''upasthāpana'', Tib ཉེ་བར་འཇོག་པ - ''nye-bar 'jog-pa'') terjadi ketika praktisi mampu mempertahankan perhatiannya sepanjang seluruh sesi meditasi (satu jam atau lebih) tanpa kehilangan pegangan mentalnya pada objek meditasi sama sekali. Dalam tahap ini, praktisi mencapai kekuatan kesadaran. Namun demikian, tahap ini masih mengandung bentuk halus kesenangan dan kebodohan atau kelemahan.
 
5. '''Perhatian yang dijinakkan''' (S. ''damana'', Tib དུལ་བར་བྱེད་པ - ''dul-bar
byed-pa''), pada tahap ini praktisi mencapai ketenangan dalam pikiran, tetapi harus mewaspadai terhadap bentuk-bentuk halus dari kelemahan atau kesuraman, keadaan pikiran yang damai yang bisa rancu dengan kediaman yang tenang. Dengan berfokus pada manfaat masa depan dari mendapatkan Shamatha, praktisi dapat mengangkat (''gzengs-bstod'') pikirannya dan menjadi lebih fokus dan jelas.
 
6. '''Perhatian yang ditenangkan''' (S. ''Samana'', Tib ཞི་བར་བྱེད་པ་ - ''zhi-bar byed-pa'') adalah tahap di mana kebodohan mental atau kelalaian yang halus tidak lagi menjadi kesulitan yang besar, tapi sekarang praktisi rawan terhadap kesenangan halus yang timbul di ujung perhatian meditatif. Menurut B. Alan Wallace tahap ini hanya akan tercapai setelah ribuan jam pelatihan yang ketat.
 
7. '''Perhatian yang sepenuhnya ditenangkan''' (S. '''vyupaśamana,''' Tib རྣམ་པར་ཞི་བར་བྱེད་པ་ - ''nye-bar-bar zhi byed-pa''), meskipun praktisi mungkin masih mengalami kegembiraan atau kesuraman yang halus, hal tersebut jarang terjadi dan ia dapat dengan mudah mengenali dan menenangkannya.
 
8. '''Perhatian fokus-tunggal''' (S. ''ekotīkarana'', Tib རྩེ་གཅིག་ཏུ་བྱེད་པ་ - ''Rtse-gcig-tu byed-pa'') dalam tahap ini praktisi dapat mencapai tingkat konsentrasi yang tinggi dengan hanya sedikit usaha dan tanpa terganggu bahkan oleh kelemahan atau kegembiraan halus selama seluruh sesi meditasi.
 
9. '''Keseimbangan Pikiran''' (S. ''samādhāna'', Tib མཉམ་པར་འཇོག་པ་བྱེད་པ་ - ''Mnyam-par 'jog-pa'') meditator sekarang mudah mencapai konsentrasi yang diserap (''ting-nge-'dzin'', S. ''samadhi'') dan bisa mempertahankannya selama sekitar empat jam tanpa gangguan apapun.
 
(10. samatha, Tib ཞི་གནས་, ''shyiné''- puncaknya, kadang-kadang disebut sebagai tahap kesepuluh) 
== Rujukan ==
<references />