Masjid Baiturrahman Banda Aceh: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Hanamanteo (bicara | kontrib) Menolak 37 perubahan teks terakhir dan mengembalikan revisi 7782497 oleh Si Gam |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 9:
|architect =
|architecture_type = Masjid
|architecture_style = Kesultanan Aceh
|groundbreaking =
|year_completed =
|construction_cost =
|capacity =
|dome_quantity = 7
|dome_height_outer =
|dome_dia_outer =
|minaret_quantity = 5 Menara
|minaret_height =
}}
Bangunan indah nan megah yang mirip dengan Taj Mahal di India ini terletak tepat di jantung Kota Banda Aceh dan menjadi titik pusat dari segala kegiatan di Aceh Darussalam.
Sewaktu Kerajaan Belanda menyerang Kesultanan Aceh pada agresi tentara Belanda kedua Bulan Shafar 1290H/10 April 1873 M, Masjid Raya Baiturrahman dibakar. Kemudian, pada tahun 1877 Belanda membangun kembali Masjid Raya Baiturrahman untuk menarik perhatian serta meredam kemarahan Bangsa Aceh. Pada saat itu Kesultanan Aceh masih berada di bawah pemerintahan Sultan Muhammad Daud Syah Johan Berdaulat.
Sebagai tempat bersejarah yang memiliki nilai seni tinggi, Masjid Raya Baiturrahman menjadi objek wisata religi yang mampu membuat setiap wisatawan yang datang berdecak kagum akan sejarah dan keindahan arsitekturnya, dimana Masjid Raya Baiturrahman termasuk salah satu Masjid terindah di Indonesia yang memiliki arsitektur yang memukau, ukiran yang menarik, halaman yang luas dengan kolam pancuran air bergaya Kesultanan Turkey dan akan sangat terasa sejuk apabila berada di dalam Masjid ini.
Mesjid ini berkubah tunggal dan dapat diselesaikan pada tanggal [[27 Desember]] [[1883]]. Selanjutnya Mesjid ini diperluas menjadi 3 kubah pada tahun [[1935]]. Terakhir diperluas lagi menjadi 5 kubah ([[1959]]-[[1968]]). Mesjid ini kemudian telah diperluas dan saat ini memiliki 7 kubah.
|