Tole Iskandar: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
perbaikan |
||
Baris 32:
Tole Iskandar memiliki catatan perjuangan tertulis dalam Laskar Pemuda Depok. Laskar itu tersohor dengan sebutan Kelompok 21. Pada September [[1945]], diadakan rapat pertama kali di sebuah rumah di Jalan [[Citayam, Tajur Halang, Bogor|Citayam]] (sekarang Jalan [[Kartini|Kartin]]<nowiki/>i), Tole berikut tujuh bekas anggota Heiho dan 13 anggota Pemuda Islam Depok mengadakan rapat dan diputuskan membentuk Barisan Keamanan Depok. Tole Iskandar akhirnya terpilih menjadi komandan. Merekalah cikal bakal perjuangan di Depok. Ide pembentukan Barisan Keamanan Depok karena sehabis kemerdekaan situasi di sana tidak menentu. Semua hal berbau belanda dan tidak mau memasang [[Bendera Merah Putih|bendera merah putih]] dianggap musuh. <ref name="Tentara">[http://www.merdeka.com/khas/diam-diam-jadi-tentara-tole-iskandar-3.html Tole Iskandar Diam-Diam Jadi Tentara] merdeka.com, Diakses 8 Januari 2014</ref>
Buntutnya, pecah insiden di Jalan Pemuda. Masyarakat kampung merebut semua harta melalui peristiwa Gedoran Depok. Mereka menawan para keturunan Belanda Depok ke Bogor. Belanda Depok merupakan mantan pekerja [[Cornelis Chastelein]]. Mereka mendapatkan jatah harta warisan Cornelis berupa tanah untuk dikelola
Pekerja itu didatangkan dari [[Sulawesi]], [[Kalimantan]], [[Timor]] dan [[Bali]]. Cornelis kemudian membentuk 12 marga untuk mereka setelah penghapusan perbudakan pada [[1714]].
Dua belas marga itu ialah Laurenz, Loen, Leander, Jonathans, Toseph, Yakob, Sudira, Samuel, Sadok, Isac, Bakas, dan Tholence. Kini keturunan mereka umumnya tinggal di kawasan [[Depok Lama]].
Kelompok 21 dipimpin Tole Iskandar mengumpulkan Belanda Depok di sebuah tempat dekat Stasiun Depok Lama agar tidak menjadi korban dendam terhadap Belanda. Tole juga ikut mengusir pendudukan Belanda di Depok dan terlibat perang di Kalibata serta Bogor.
Baris 48:
Pada tanggal [[16 Juni]] [[1946]], Depok diserang secara besar-besaran oleh tentara gabungan Inggris dan Belanda. Perjanjian Renville, [[17 Januari]] [[1948]], Jawa Barat harus dikosongkan pejuang. Pasukan Siliwangi hijrah ke Jawa Tengah. Untuk mengisi kekosongan pejuang di Jawa Barat, Jenderal Sudirman dan Tan Malaka berunding. Hasilnya, dibentuklah pasukan rahasia yaitu Devisi [[Bambu runcing|Bambu Runcing]] (BR) dibawah pimpinan Sutan Akbar (mahasiswa kedokteran yang mendirikan Angkatan Pemuda Indonesia (API) bersama pemuda yang mondok di asrama menteng 31 sekarang Gedung Juang).
[[11 Oktober]] [[1949]], Bambu Runcing mengeluarkan maklumat yang menentang seluruh perundingan dengan Belanda karena menilai seluruh hasil dari perundingan-perundingan tersebut hanya merongrong dan menggerogoti cita-cita kemerdekaan. Mereka menginginkan kemerdekaan 100 %. Mau tak mau mereka berhadap-hadapan dengan republik yang masih seumur jagung. Seteru semakin menjadi-jadi menyusul pemberlakuan Restrukturisasi dan Rasionalisasi (RERA) di tubuh [[angkatan bersenjata]].
Perang saudara meletus. Daerah yang dikuasai Bambu Runcing bergolak, termasuk Depok. Bambu Runcing Depok yang dipimpin seorang jawara bernama Sengkud bermarkas di Bulak Garong (sekarang Perumahan Pesona Kahyangan). Sengkud tersohor. Sebelum memimpin Bambu Runcing dia pernah bergabung bersama Pertahanan Desa (PD). [[Pramoedya Ananta Toer]], sastrawan legendaris itu juga pernah aktif di Pertahanan Desa.
Baris 58:
[[Berkas:Jalan_Tole_Iskandar.jpg|thumb|280px|Jalan Tole Iskandar Kota Depok]]
Bagi masyarakat Depok, khususnya warga [[Depok Dua Tengah]] dan Depok Dua Timur, Jalan Tole Iskandar bukan lah nama asing. Sebab, sebelum Jalan Merdeka dan Jalan Keadilan dibuka, Jalan Tole Iskandar merupakan akses satu-satunya menuju [[Stasiun Depok]] maupun Terminal Depok. Setiap hari jalan itu dilintasi warga untuk menuju ke [[Jakarta]]. Baik oleh pengguna jasa angkutan kereta api, bus, angkot, maupun kendaraan pribadi. Aneh rasanya kalau warga Depok Timur tak kenal dengan nama jalan itu. Namun, bukan berarti setiap orang yang melintas di Jalan Tole Iskandar mahfum dengan si pemilik nama tersebut.
Apalagi dulu Jalan Proklamasi dan Jalan Merdeka di Depok II belum ada. Akses ke Jakarta saat itu hanya melalui Jalan Tole Iskandar menuju [[Jalan Raya Bogor]]. Bukan Jalan [[Margonda]] Raya seperti saat ini. Letak Jalan Tole Iskandar sekitar dua kilometer dari Jalan Pemuda melintasi jembatan Vanus peninggalan Belanda. Nama Tole Iskandar dikukuhkan dalam [[Peraturan Daerah (Indonesia)|Peraturan Daerah]] Nomor 1/1999 tentang hari jadi dan lambang Kota Depok. Dia salah satu pahlawan perjuangan Kota Depok selain Margana atau lebih dikenal dengan Margonda. <ref name="Kisah Tole Iskandar">[http://www.republika.co.id/berita/nasional/jabodetabek-nasional/13/04/15/mlam0y-kisah-margonda-dan-tole-iskandar Kisah Margonda dan Tole Iskandar] republika.co.id,Diakses 15 April 2013</ref>
== Lihat pula ==
|